Bab 7 : Prinsip

74 14 10
                                    

Hai!

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Hai!. Makasi yaa udah nungguin cerita ini up!.

Masih sepi pembacanya tapi ngga papa, ku tetap tulis walau jarang2 ni updatenya.
Ku kasih banyak!. 4100 Kata!.

Voment ya, tinggalkan jejak kalian ❤️

☀️❄️

Sola pikir, ia takkan pernah jatuh cinta lagi. Namun ternyata, pikirannya salah. Ia jatuh cinta lagi, merasakan debaran itu lagi setiap kali Arnav bersamanya. Ia senang saat Arnav memberi perhatian dengan tindak dan perilakunya, bukan hanya kata-kata ataupun janji manis. Arnav juga selalu bisa Sola andalkan tiap kali ia sedang mendapat masalah, khususnya dalam hal perkuliahan. Arnav yang cerdas itu, selalu jadi tempatnya bertanya, mengajari dengan sabar tanpa pernah menghakimi sifat malasnya.

Sola masih sangat ingat, bagaimana reaksi tubuhnya saat Arnav menciumnya tepat di bibir. Hal itu terjadi begitu saja, saat mereka sedang berada di dalam mobil, di basement parkiran Mall di daerah Jakarta Selatan sepulang dari menonton bioskop. Arnav yang sebelumnya hanya mencium pipinya, secara tiba-tiba menggeser bibirnya ke arah tengah, tepat di atas bibir Sola saat perempuan itu baru saja memasang sabuk pengamannya.

Tubuh Sola mematung, jantungnya bertalu-talu kencang. Bayang wajah Winter entah kenapa muncul kembali di ingatannya. Wajah itu nampak terluka, memberi rasa nyeri di dada Sola seakan ia mengkhianatinya.

Perempuan berrambut lurus itu menarik wajahnya ke belakang, memberi jarak untuk memastikan kembali siapa yang mencium bibirnya?. Bola mata berwarna hitam itu bergerak gelisah, menyapu wajah Arnav yang kini kembali bergerak maju untuk menyatukan bibir mereka.

Ada gerak panggut lembut dan nafas hangat yang menyapu wajahnya. Dan lagi-lagi Sola merasa dadanya sesak. Ia bingung, takut dan juga cemas dalam satu waktu.

"Muff?. Kenapa?" Arnav menjauh, menangkup wajah Sola lalu mengusap bibirnya dengan Ibu jari.

Sola menggeleng, mencoba mengatur nafasnya yang cepat, "Ngga papa.. Cuma.. Kaget aja.."

"I'm not your first kiss, right?" Tanyanya tersenyum geli.

"Of course not!." Protes Sola.

Arnav menenglengkan kepalanya, "Terus?. Kenapa ngga bales?"

Sola mengeratkan kepalan tangannya di atas lutut, bingung sekali. Ia harus menjawab apa?. Tidak mungkin kan ia jawab bahwa ia mengingat mantannya?!. Cepat berpikir Sola!, batinnya panik. "Umm.. Ya.. Karena aku... Cuma pernah ciuman sekali. Dan ngga tahu gimana balesnya." dia memilih jujur walau tidak sepenuhnya.

Arnav mengerjap-ngerjap, "Serius?."

Sola mendorong bahu Arnav menjauh, menundukkan pandangannya, "Awkward banget kita bahas beginian, ya ngga sih?" ia salah tingkah. Tenggorokannya terasa kering sekali. Jantungnya juga masih berdetak kencang.

Winter in Sola's HeartTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon