Bab 3 Masa Remaja : Menyatakan Rasa

76 15 1
                                    

"Kamu, suka sama Sola

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu, suka sama Sola.. ya kan?"

Winter terlalu terkejut dengan pertanyaan itu. Ia tak pernah menyangka, bahwa Bunda akan bertanya secara terang-terangan seperti sekarang ini. Di bandingkan dengan Mommy, Winter jauh lebih dekat dengan Bunda. Mommy sibuk sekali bekerja, malam setelah pulang kerjapun sang ibu memilih untuk beristirahat, dibandingkan berbicara dengannya dan membahas hari-harinya.

Sedang Bunda, selalu memberi perhatian, kasih sayang dan tak pernah absen untuk mengajaknya berbincang mulai dari hal-hal sepele hingga penting. Membuatnya merasakan kasih sayang seorang ibu yang sesungguhnya, rasa nyaman dan arti sebuah keluarga.

Winter menoleh ke kanan lalu ke kiri, memastikan tidak ada orang lain yang mungkin mendengar pembicaraan mereka.

Bunda tertawa pelan, "Win, muka kamu kenapa panik gitu sih?!. Gemes deh Bunda sama kamu tuh!."

"Bunda tahu dari mana?"

"Tahu apa?"

"Kalau aku... suka Sola?"

Bunda mengulum bibirnya rapat, nampak menahan tawa. Ia berdeham satu kali untuk membersihkan kerongkongannya. "Gini ya Win. Bunda tuh tahu banget watak kalian masing-masing dan dari cara kamu menatap Sola dan juga cara kamu memperlakukan dia, Bunda bisa tahu hal itu."

Winter menunduk, menatap pada satu tangkap roti coklat yang baru saja ia buat. Kalau Bunda sampai tahu, apa kedua sahabatnya yang lain juga tahu? Atau.. mungkin Sola pun menyadarinya?. Ada rasa cemas dan takut yang menghampiri.

"Kenapa?" Selidik Bunda lagi.

"Sola, Hideo atau Damian.. Apa mungkin... mereka juga tahu, Bun?"

"Umm.. Kalau Hideo atau Damian, Bunda ngga tahu. Tapi Sola?, Bunda rasa dia ngga tahu."

"Menurut Bunda.. aku harus gimana?"

"Apanya?"

"Menyukai Sola dalam diam sebagai sahabat? Atau.. memberani kan diri untuk.. tembak sola?"

"Kalau kamu sudah berani untuk nyatain perasaan kamu, artinya kamu juga harus siap untuk ditolak?"

Winter menggelengkan kepalanya. Ia benar-benar tak tahu harus bersikap bagaimana, jika Sola menolaknya. Pasti... ia akan sangat kecewa kan?.

"Pikirkan baik-baik Win. Apapun keputusan kamu, Bunda dukung. Tapi ingat ya, pacaran ada batasannya. No sex before marriage. Ngga boleh juga ganggu sekolah. Kalaupun kamu sudah siap pacaran, kamu juga harus siap kalau suatu saat nanti ada kemungkinan putus. Dan Bunda ngga mau hubungan kalian jadi rusak karena putus atau bertengkar."

Winter mengangguk mengerti.

Sore itu Winter, Damian dan juga Hideo sedang berkumpul di kamar Hideo. Kamar yang memiliki satu dinding penuh rak buku, mulai dari buku-buku pengetahuan dengan Bahasa Jepang, Inggris, dan Indonesia, sampai komik-komik koleksi Hideo. Sola, sedang pergi bersama keluarganya menghadiri sebuah acara keluarga.

Winter in Sola's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang