Question and Answer

10.2K 856 41
                                    

Apa kabar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa kabar?

Selamat datang kembali di lapak Ara-Narendra. Yang belum mampir ke lapaknya Sekar-Javas, sok atuh baca projekku yang judulnya 'Let's Stop being Friends'

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi teman-teman yang menjalankan!! 

Ada yang bangunin sahur gak, nih selain alarm sama ortu? Xixi.

Happy Reading!

***

Sepulang dari Yogyakarta, aku memikirkan banyak hal. Terutama tentang perasaanku dan bagaimana aku harus mengambil sikap. Aku tahu, aku tidak bisa menggantungkan Narendra terlalu lama. Kami sudah bukan anak remaja lagi. Bukan hanya soal umur, tapi kedewasaan dalam menentukan pilihan.

Aku menemui Dimas. Ya, adik ulung satu itu jadi pelabuhanku untuk bercerita dan meminta saran. Aku memang tidak terbiasa berterus terang atau bercerita tentang perasaanku ke orang lain, bahkan keluargaku sendiri.

Tapi entah mengapa aku merasa kali ini aku harus jujur dan meminta sarannya. Dia kan sudah berkeluarga, aku berharap pikirannya jadi lebih dewasa.

"Di minum dulu, ya mbak." Naura meletakkan segelas teh hangat dan ikut duduk di sampingku.

Aku membalasnya dengan senyuman. "Thanks, Naura."

"Sama-sama. Mbak katanya kemarin abis nonton Mas Duta, ya? Duh irinya," katanya sambil mengatupkan kedua tangan di depan dada.

Aku tersenyum penuh semangat. "Iya. Seru banget! Kata Dimas lo juga suka Sheila On 7 juga?"

"Gak se-ngefans Mbak kok. Tapi kalau diajak ngonser aku ya gak nolak."

"Duh, sorry ya gue malah gak ngajak," ujarku meminta maaf.

Ia mengayunkan tangannya ke udara. "Alah gak apa-apa, santai aja. Lagian kalau aku sama Dimas ikut, Mbak gak jadi ngedate dong."

Dimas tuh kok tahu apapun, ya? Dia emang gen cewek rempongnya lebih banyak dibanding aku ya.

"Apaan. Cuma nonton doang."

"Nonton doang kok sambil pelukan," saut suara di belakang kami. Dimas yang gak tahu datang dari mana tiba-tiba ikut nimbrung obrolanku dengan Naura. Dan lagi-lagi dia tahu aku ngapain aja sama Narendra.

Narendra tuh gak ada temen curhat lain selain Dimas ya?

"Apaan sih! Nyaut mulu lo," sungutku kesal.

"Yee! Daripada lo, di sautin kaga nyambung-nyambung. Keburu yang mau nyambung cari sambungan lain, baru tahu rasa lo!"

Naura menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kami berdua. Semoga deh, semoga, kalau anak Dimas lahir sifat kekanak-kanakannya bisa langsung luntur. Malu banget punya bapak clometan macam dia.

COMEBACK MANTAN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang