13

2.3K 77 1
                                    

Hari-hari kembali seperti biasa.
Erlan yang kembali mengajar di tempat SMP Ira dulu. Kantornya ia pegangkan ke sekertarisnya kalau ada waktu senggang saat mengajar ia gunakan untuk mengerjakan urusan kantornya.

Ira juga kembali bekerja di cafenya. Ia berangkat diantar suaminya dan pulang juga dijemput suaminya.

Bertambahnya waktu mereka mulai dekat dan tak ada lagi kecanggungan yang ada hanya tawa yang mengisi hari-hari mereka.

saat ini Ira sedang sarapan berdua dengan suaminya.

Setelah makan ia mencuci bekas piringnya.

Ira tak menyewa pembantu, selagi ia bisa mengerjakan sendiri ia akan mengerjakannya. Erlan sempat memaksa untuk menyewa pembantu agar istrinya tak kecapean namun Istrinya tak mau.

"Ayo mas" Ira menggandeng lengan kekar suaminya.

Keluar dari pekarangan rumah dan menuju tempat milik cafe Ira berada.

"Mas" panggil Ira menatap suaminya.

"Dalem, kenapa?" Erlan mengelus punggung tangan Ira.

"Katanya mas punya kantor dan mas jadi bosnya, kok masih ngajar di sekolah mas?"

"Iya, kantornya dipegang sama sekertaris mas, kalau ada waktu senggang saat mengajar mas gunain buat ngecek kantor. Gitu sayang"

"Ohh" Ira mengangguk-anggukkan kepalanya paham.

"Kalau restoran punya mas yang ada dua di kota yang berbeda itu gimana?"

"Kalo itu mas tinggal nerima bersih saja"

"Mas hanya nerima uang setiap bulannya gitu?"

"Iya cantik. Kalau ada masalah baru mas dateng kesana"

"Oh"

"Cantik" ujar Erlan menatap Ira.

"Mas manggil aku?" Ira menunjukkan dirinya sendiri.

"Iya mas manggil kamu cantik" Erlan mencubit pipi tembam Ira.

"Padahal aku lebih suka dipanggil adek"

"Kalo gitu nanti mas manggilnya campur deh"

"Adek nggak mau berhenti kerja aja? Cafenya suruh orang buat menjaga"

"Mas nggak ngizinin aku kerja?"

"Bukan gitu cantik, Mas nggak mau cantiknya mas ini capek-capek cari uang. Biar mas aja ya yang nyari uang buat cantik. Apapun keperluan cantik bakal mas tanggung!" Erlan menyempatkan waktu untuk mengecup pelipis Ira saat lampu merah berhenti.

"Gimana sayang" lanjutnya.

"Oke. Nanti aku ngomong sama salah satu karyawan aku buat menghandle cafenya" Ira tak ingin membantah omongan suaminya, ia ingin menjadi istri yang berbakti dengan menuruti perintah suaminya.

"Udah sampe. Nanti mau pulang jam berapa? biar mas jemput" Erlan membuka sabuk milik Ira.

"Mas pulangnya jam berapa?" bukannya menjawab Ira malah membalik tanya.

"Mas pulang jam 2"

"Berarti nanti adek jemputnya jam dua aja, biar sekalian sama mas" Ira menyalimi tangan suaminya sebelum masuk cafe.

"Iya, mas berangkat sekarang ya" Erlan mengecup kening Ira.

Ira mengangguk "hati-hati dijalan nggak boleh ngebut-ngebut! Terus ngajarnya nggak boleh sembarangan senyum sama perempuan!"

"Iya dek, tanpa adek minta mas bakal lakuin itu" Erlan meletakkan telapak tangan Ira tepat di bibir tebalnya, lalu tersenyum manis "senyum ini hanya milik istrinya mas sepenuhnya dan selamanya"

Ira menabok pelan bibir tebal itu "Gembel"

"Bukan gembel sayang, tapi ini beneran nyata"

"Iya deh iya, udah sana berangkat nanti telat nggak boleh masuk loh" ucapnya istrinya membuat Erlan tertawa.

"Mas guru sayang bukan murid jadi mas bisa masuk kapanpun"

"Gak boleh gitu, mas harus kasih contoh yang baik buat murid-muridnya!" omel Ira dengan bibir mengerucut.

Cepat-cepat Erlan menutup bibir Ira dengan tangan besarnya.
"Jangan gitu dek nanti diliat orang mas nggak rela"

Ira tersenyum sampai matanya tinggal segaris "hehe nggak lagi mas"

"Bagus. Mas berangkat ya"

"Ngomong berangkat-berangkat Mulu tapi nggak berangkat beneran"

"Ini beneran kok" Erlan mengecup kening Ira dan mengusap bahu mungil istrinya "Assalamu'alaikum cantikku"

"Wa'alaikumsalam gantengku" Ira melambaikan tangan ke arah suaminya. Lalu Ira masuk ke dalam cafenya.

****

Sehabis selesai mengajar Erlan menjemput istrinya.

"Mas kita beli makan diluar buat nanti malam gapapa kan?"

"Capek ya dek?" Erlan memijat pelipis Ira menggunakan tangan kirinya.

"He'em" dehem Ira.

"Mas mau kan?" Tanya Ira memastikan.

"Iya dek mas mau. Adek pengen makan apa?"

"Soto sama paha upin ipin!" ujar Ira dengan girang.

Sempat ngebug mendengar dua kata terakhir dari istrinya tapi akhirnya ia paham.

Setelah sampai rumah mereka membersihkan diri dan melakukan sholat ashar.

Lalu mereka membersihkan rumah bersama. Takut kalau istrinya kecapean dan berujung sakit ia tak sanggup melihat istrinya sakit.

Saat semuanya udah selesai Ira menghampiri suaminya yang sudah duduk lebih dulu.

"Mas" Ira ikut duduk di samping suaminya yang sedang fokus nonton TV.

"Dalem dek" Erlan menoleh ke sang istri.

"Mas aku pengen sesuatu yang harus mas lakuin" Ira memegang rahang suaminya agar terus menatapnya.

"Apa sayang, katakan!" Erlan mengecup tangan istrinya yang berada di rahangnya.





Pencet tombol bagian bintang disebelah kiri dulu pren⭐

MY TEACHER MY HUSBAND [END]Where stories live. Discover now