"Itik gue habis main dimana sih? Udah dekil, bau lagi."

Kalimat itu sontak mengundang tawa dari penghuni kelas.

"Arghh.." Edel memegangi kepalanya saat rasa sakit di kepalanya semakin cepat menyerangnya. Suara tawa penuh kepuasan dari seseorang kini memenuhi benaknya. Terus bersahutan dengan tawa dari teman-teman sekelasnya membuat Edel menutup telinganya dengan kedua tangan.

"Stop.. please.." kata Edel yang justru terdengar seperti bisikan.

"Gausah drama deh lo!" Sally mendorong kening Edel. "Udah dekil, bau, centil lagi. Parahnya bukan cuma satu korbannya. So? Gue harus sebut lo apa? Murah?"

Sekali lagi Selly mendorong Edel hingga membuat Edel terhuyung. Beruntung ada meja guru yang bisa Edel jadikan pegangan agar tidak jatuh akibat dorongan Selly.

"Apa-apaan ini!"

Di sana, tepatnya di depan pintu kelas. Alden berdiri menatap tajam Sally. Di belakang Alden terdapat para anggota The Covers minus Kalandra, yang ikut terkejut dengan kejadian di kelas mereka. Hawa kelas yang tadinya terasa sejuk seketika berubah dingin dan mencekam seiring tatapan Alden yang kian menajam.

Dengan langkah tegas Alden berjalan mendekati Sally yang sudah menciut lantaran tatapan tajam yang dilayangkan oleh Alden pada gadis itu.

"Lo! Siapa yang kasih izin bikin rusuh di kelas gue?" Alden bertanya dengan nada dingin.

"I-itu.." Sally meremas kedua tangannya takut. Tatapan Alden benar-benar mengerikan.

"Boleh juga nyali lo. Sabi lah main-main sama gue." Braga tersenyum manis pada Sally namun justru terlihat menakutkan dimata Sally. Siapa pun paham apa yang di maksud 'main-main' oleh Braga disini. Apalagi jika bukan menjadi bulan-bulanan seorang Braga Laksamana selama satu Minggu.

"G-gue cuma mau kasih si itik pelajaran kecil aja kok," kata Sally sedikit terbata.

Darka tersenyum sinis. "Lo siapa? Guru? Kepsek? Apa yang punya sekolah?"

Selly diam, tak tahu harus berbuat apa. Namun ketika dirinya mengingat kejadian dimana Braga menjahili Edel membuat dirinya yakin jika Braga juga tidak menyukai Edel, sama seperti dirinya.

Setelah mengumpulkan secuil keberanian, Sally balas menatap The Covers, terutama Braga.

"Lo juga gak suka, kan, sama dia." Sally menatap Braga sambil menunjuk Edel yang menunduk gemetar sambil meremas ujung rok nya.

Braga berdecak kagum. "Wah.. masuk sekte mana lo sampai bisa baca pikiran gue?"

Mendengar perkataan Braga yang terdengar seperti pujian tentu membuat wajah Selly yang tadinya ketakutan berubah jadi jumawa.

"Sekali lihat juga gue bisa tahu kok kalau dia itu cewek gak bener. Udah gitu kecentilan lagi. Itu juga, kan, yang bikin lo gak suka sama dia dan jadiin dia target lo?"

Braga mengangguk sambil tersenyum manis membuat Selly kegirangan. Benar, kan, dugaannya kalau Braga tidak menyukai Edel.

Di belakang, Cello tersenyum remeh menatap Selly.

"Cuma orang bego yang dengan suka rela menawarkan diri masuk ke kandang macan," gumam Cello sambil terus memperhatikan raut wajah Alden.

Braga yang sudah malas melihat wajah sok Selly akhirnya maju kehadapan gadis itu dan menepuk pundak nya dua kali.

"Sayangnya lo salah dalam 2 hal, Selly Patricia. Pertama, gue gak benci sama Edelweiss. Kedua, bukan Edel target gue. Tapi, lo!" bisik Braga dengan penuh penekanan di telinga Selly. "Selamat datang di dunia seorang Braga Laksamana, Bitch."

FIREFLIESWhere stories live. Discover now