Part 2

4.3K 339 0
                                    

***

Pagi ini, aku sedang berada di kedai kopi dekat apartemen ku.

Hanya jalan-jalan keluar sebentar, mencari inspirasi untuk buku ku yang sedang dalam proses.

Sesekali aku menyesap kopi panas ku kemudian memainkan kembali handphone-ku.

"Alex, itu lo kan?". Aku yang merasa terpanggil pun menoleh kearah wanita yang memanggil ku tadi, oh ternyata itu nicole.

Aku pun hanya tersenyum tipis kearahnya, dia pun menghampiriku dengan gelas kopi yang ia genggam.

"Hey". sapanya yang ku balas hanya dengan senyum tipis. Kemudian aku kembali terfokus kan pada handphone-ku, karena aku sedang bicara dengan editor ku.

Ini penting.

"lo sendiri aja lex? hahaha". Ucapnya, uhm, oke, dia bertanya atau memang niat menyindirku?

Aku mengangguk kecil tapi tatapan ku masih terfokus pada layar handphone ku.

Kemudian kami sama-sama diam. Dia sibuk dengan pikirannya, sedangkan aku sedang sibuk bicara dengan editor ku.

Oke, ini Awkward.

ya, aku dari dulu kurang suka yang namanya awkward moment. Akhirnya aku pun membuka suara agar keadaan seperti ini tak bertahan lama.

"Gimana kabar bokap lo itu?". Tanyaku singkat pada nicole yang menatap ku nanar. Aku jadi kasihan melihatnya seperti ini.

Sikapnya dulu padaku seakan hilang begitu saja saat dia menceritakan semua yang dialaminya saat ini.

"Ya, dia baik". Jawabnya singkat, kemudian tersenyum tipis padaku.
Sedangkan aku hanya mengangguk kecil mendengernya.

"Lex, lo ada kerjaan gak hari ini?". Tanya nicole padaku, aku yang mendengarnya hanya menaikkan sebelah alisku.

"Uhm, sebenernya sih gak terlalu penting juga. Gue paling di apartemen, terus nyelesein buku yang belom selesai". Ucap ku, Nicole pun memamerkan senyum sumringahnya itu.

"Kalo gitu lo mau ikut gue gak?".

"Kemana?".

"Temenin gue beli bahan buat gue jait, Lusa kayanya gue udah gak disini lagi soalnya". Ucapnya penuh semangat.

"Emang lo mau kemana?".

"Manajemen gue buka acara fashion di LA. Jadi, lusa gue berangkat ke LA bareng rekan-rekan kerja gue". Jelasnya, aku hanya mengangguk tipis tanda paham.

"Kita juga lagi nyari model-modelnya". ucapnya.

"Modelnya gak langsung dari manajemen lo?". tanyaku padanya yang belum menghapus senyum di wajahnya itu.

"Sebenernya sih udah ada, tapi kita masih butuh 3 orang lagi-". tiba-tiba saja dia menatap ku penuh arti, aku yang bingung pun mendiami nya dan menyesap kopi ku.

"Lex, lo mau gak jadi model buat acara fashion gue nanti?". tanya nya, aku membelalakkan mata ku, yang benar saja.

Seorang Adriana Alexandra menjadi bintang model fashion yang berjalan diatas panggung layaknya pragawati.

Itu bukan aku, oke.

"Oh maaf gue gak bisa Nick, sorry. Gue dipanggil editor gue, katanya ada urusan penting. Gue duluan ya". Aku pun langsung cepat-cepat pamit.

Aku menghindarinya bukan karena apa-apa. Hanya saja jika aku menolak, aku akan dipaksa habis-habisan dengannya.

Aku pun cepat-cepat keluar dari kedai itu dan berjalan kaki hingga menuju apartemenku. Apa aku sudah bilang, kalau jarak kedai dengan apartemenku itu dekat?

"Alex!". Aku yang merasa terpanggil pun menoleh kearah sebelah, disana ada rangga, didalam mobilnya lebih tepatnya.

"Mau kemana? biar gue anterin". Tawarnya.

"Gausah". Ucapku sambil tersenyum tipis dan terus berjalan tanpa menghiraukan keberadaannya.

"Hey, lo mau kemana?". Tanya nya lagi, aku memejamkan kedua mata ku sebentar sebelum menoleh kearahnya lagi.

"Bukan urusan lo, Ohiya gue duluan ya, bye". Ucapku, karena memang iya, sekarang saja aku sudah berada didepan apartemenku.

Aku pun masuk meninggalkan rangga yang masih sibuk memanggil-manggil namaku. Apa daya ku, saat 2 lelaki itu kembali dan membuat hati ku kembali merasakan yang namanya sakit.

Ditambah lagi sekarang.. ah sudahlah. Jangan dibahas lagi. Aku pun masuk kedalam lift dan menekan tombol 13. Ya, kamar ku ada di lantai 13.

ting!

Pintu lift terbuka dan aku pun langsung berjalan menuju kamar ku.

Ketika aku masuk, mata ku seakan ingin keluar saat melihat julian dan kayla yang lagi nonton televisi berduaan di sofa ku.

"Juls! kok lo bisa ada disini?". Tanya ku ke julian saat aku sudah benar-benar berdiri dibelakangnya.

Dia mendapat kunci apartemen ku dari siapa?

"Apa guna identitas jika tidak digunakan". Ucapnya sambil cekikikan berdua sama kayla. Oh, Aku lupa jika kakak ku itu CEO besar.

Cukup.

Aku tak mau menjadikan pagi ku ini sebagai pagi terburukku. Aku pun langsung masuk kedalam kamar ku dan langsung menghambur ke kasur ku.

Beberapa kali aku merenung, memikirkan masalah ku yang tak kunjung selesai ini.

Setelah ku pikir-pikir.

Kota yang sama akan mengenang kenangan yang sama, bukan.

***

heyhoo we back, sepertinya karena cerita ini udah lama ditinggal jadi nggak berpenghuni lagi ya? haha salah kami.

bagi yang masih baca cerita ini, vote dan comment kalian sangat berharga untuk kami.

Us. xx

Begin AgainWhere stories live. Discover now