9

1.9K 78 0
                                    

Di malam yang gelap penuh suara petir menggelegar dan hembusan angin kencang membuat badan Ira kedinginan.

Disini Ira berada, ditempat restoran bintang lima. Tadi Ira habis bertemu dengan teman yang ingin bekerja sama dengan cafenya untuk membuka cabang diluar kota.

Ira tidak membawa mobil ataupun motor, tadi Ira kesini diantar oleh abangnya tapi karna abangnya ada urusan mendadak jadilah Ira ditinggal disini sendirian.

Nanti kalau abang nggak bisa dihubungin naik taksi aja ya dek, ini uangnya, itulah kata abangnya yang diucapkan sebelum meninggalkannya.

Sudah beberapa menit lamanya tapi Ira masih belum menemukan taksi lewat, mungkin karna hujannya terlalu lebat, mau memesan ojol pun tak bisa karna baterainya habis.

Huh terlalu lama disini menunggu hujan reda membuatnya sakit karna kedinginan.

Tiba-tiba ada laki-laki bertubuh tegap menghampirinya.

Deg!

Mata itu, mata yang selama lima tahun ia rindukan. Kini menatap matanya.

"Avira?" ucap lelaki itu duduk disamping Ira tapi masih memiliki jarak.

Jantung Ira serasa berhenti berdetak saat mendengar suara berat yang ia rindukan kini terdengar kembali.

"I-iya, pak Erlan?" Ira menatap manik mata teduh itu.

"Ngapain disini sendirian. Nunggu seseorang?" tanya pak Erlan.

"Enggak pak, cuma lagu nunggu hujan reda" Ira meremas gamisnya menahan kegugupan.

"Ini bakal lama redanya. Saya anterin pulang mau?" tawar pak Erlan. Pak Erlan ingin menemui kelurga Ira karna ada keperluan penting yang harus disampaikan.

Ira tampak ragu tapi tak dipungkiri kalau Ira juga senang.

"Hey kenapa melamun. Ayo saya antarkan!" ucap pak Erlan yang sudah berdiri.

"Nggak akan saya apa-apakan. Saya nganterin kamu juga karna ingin bersilahturahmi dengan keluargamu" lanjutnya meyakinkan.

Ira melotot seketika dengan jantung yang berdebar-debar.
Orang yang selama ini ia cintai dalam diam ingin mengunjungi rumahnya.

"Avira Vinaya Az-zahra!" ucap pak Erlan membuyarkan lamunan Ira.

"I-iya pak, ayo" Ira ikut berdiri mengikuti langkah kaki pak Erlan. Masih sama langkah kaki itu kalau berjalan selalu cepat.
Entah kaki pak Erlan yang kepanjangan atau kakinya yang kependekan.

Saat diperjalanan hanya ada keheningan, Ira yang merasa canggung dan pak Erlan yang bingung mau ngomongin apa dengan muridnya ini.

"Bapak nggak mau nanya alamat rumah aku dimana?" Ira bertanya setelah sekian lama sama-sama terdiam. Ini sudah mau sampai dirumahnya tapi kenapa bapak gurunya itu tak menanyakan sama sekali seolah-olah sudah tau alamat rumahnya.

"Emang dimana?"

"Ini tinggal lurus terus nanti ada perempatan belok kiri terus nanti belok kanan masuk kompleks perumahan" ucap Ira sambil menggerakkan tangannya.

Pak Erlan menggigit bibir bawahnya menahan senyumnya, kenapa muridnya ini lucu sekali. Jadi tambah yakin untuk me.........

"Oh saya udah tahu" ucap pak Erlan dengan muka datar. Bapak guru satu ini memang selalu datar diluar entah gimana kalau didalam.....mungkin polos-polos menggemaskan.

"Capek-capek jelasin panjang lebar tapi nggak guna" batin Ira menatap pak Erlan.

"Udah sampe ayo turun!" pak Erlan membuka sabuknya sendiri tanpa membuka sabuk Ira. Belum halal nggak boleh deket-deket nanti aja kalau udah halal dibukain semuanya.

Ira berjalan dibelakang pak Erlan menatap bahu lebar itu, masih tak percaya kalau ia akan bertemu secepat ini dengannya.

Jawaban dari do'anya yang ingin bertemu kembali sudah tekabul, akankah do'a menua bersamanya juga akan terkabul?

"Assalamu'alaikum" Ira lebih dulu membuka pintu dan mempersilahkan pak Erlan duduk.

"Bapak tunggu disini bentar! aku mau panggilin bunda" pak Erlan hanya mengangguk membalas.

Ira menghampiri bunda yang ada diruang tengah bersama ayahnya.

"Bunda" panggilnya.

"Udah pulang nak"

"Iya Bun. Ada tamu didepan"

"Siapa?" tanya ayah.

"Guru Ira waktu SMP yah"

"Kok bisa kesini?" heran ayah, ada keperluan apa guru anaknya itu datang kerumah.

"Ya bisalah, tadi abis nganterin Ira pulang, terus dia bilang mau silaturahmi gitu" jelas Ira menatap ayah bundanya.

"Udah sana ayah samperin! Bunda mau bikin minuman dulu"

Ira kekamarnya mengganti pakaian yang lebih tebal sehabis kedinginan.

Pak Erlan berdiri menyalimi tangan ayah Ira.

"Assalamu'alaikum om"

"Wa'alaikumsalam. Duduk dulu" suruh ayah dan dituruti pak Erlan.

"Kamu guru Ira waktu SMP?" Tanya ayah menatap lelaki tampan yang ada didepannya. Terlihat sudah dewasa dan berumur namun tak mengurangi ketampanannya.

"Iya om. Nama saya Muhammad Erlangga Alvaro" ucapnya memperkenalkan diri.

Pak Erlan berdiri lagi saat bunda
Sudah selesai manaruh minuman.

"Tante" ucapnya sambil menyalimi tangan bunda.

Bunda hanya tersenyum menanggapi dan duduk disamping suaminya.

"Diminum dulu nak" ucap bunda tersenyum.

Pak Erlan meminum sedikit pemberian bunda untuk menghargainya.

"Ekhem. Om tante sebenarnya tujuan saya kesini mau minta restu" ucap pak Erlan sopan menatap kedua paruh baya itu.

"Minta restu mau ngapain nak?" tanya ayah.

"Saya mau meminta restu untuk meminang anak bapak, Avira"




















Huaaaaa author bahagia sekalehhh akhirnya mereka beneran jodohhhh woyyy lahhh
😁😉

Jangan lupa VOMEN💙

MY TEACHER MY HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang