8

2K 68 0
                                    

Dua tahun kemudian.

Kemaren Ira sudah melalui wisuda SMA.

Kini Ira sudah membangun usahanya sendiri dengan uang hasil tabungannya.

Ira membangun sebuah cafe.

Alasan Ira tidak ingin kuliah adalah ia ingin punya penghasilan sendiri walaupun setiap bulannya masih dikasih ayahnya.

Ira pengen mandiri dan Ira juga pengen nikah muda, mungkin.

Namun..... jodoh Ira belum datang.

Entah itu orang yang selama ini ia kagumi atau jodoh yang sudah tertulis di lauhul mahfudznya.

Ira masih memendam rasa seperti yang dulu.

Ira tinggal menunggu jawaban yang selama ini ia do'akan.

Apakah hasilnya orang yang dikagumi? Atau orang yang tertulis di lauhul mahfudznya?

Siapapun itu Ira akan menerima dengan ikhlas lahir batin.

**

Hari weekend ini Ira akan pergi menjenguk cafenya bersama abangnya.

Jalanan terlihat macet akan hari weekend banyak bepergian.

"Bang?" Ira menoleh ke arah abangnya yang fokus menyetir.

"Apa dek" Arvind menoleh sekilas ke arah Ira.

"Aku rindu sama seseorang" ucap Ira tiba-tiba membuat Arvind mengerutkan keningnya.

"Siapa?"

"Seseorang!" ucap Ira sambil membayangkan wajah yang selama ini ia rindukan.

"Iya siapa?" tanyanya masih dengan nada sabar. Entah kenapa kalau adeknya lagi  serius suka membuatnya kesal.

"Laki-laki" jawab singkat penuh dengan makna.

"Temen, sahabat, atau pacar kamu?" Tanya Arvind penuh selidik

"Awas aja kalau pacaran aku aduin sama ayah bunda" sewotnya.

"Bukan pacaaar abang!" ucap Ira menggeplak bahu Arvind.

"Dia tuh seorang laki-laki yang mampu membuatku menyimpan cinta dan memendam rindu selama lima tahun" ucap Ira lirih sambil menatap jalanan dengan sendu.

"Ekhem lagi curhat tentang cinta nih ceritanya" Arvind menaik turunkan alisnya bermaksud menggoda sang adik, namun tak mempan karna adiknya sibuk melamun.

"Iya cinta yang aku pendam selama lima tahun bang"

"Siapa orang itu yang betah bikin kamu menyimpan rasa selama itu dek?"

"Jangan kasih tau siapa-siapa ya bang" Ira menyodorkan Kelingkingnya di depan Arvind.

"Iya janji abang akan jaga rahasia kamu" Arvind menautkan jarinya dengan jari adiknya.

"Dia seorang guru IPA yang mengajar aku waktu SMP kelas dua"

"Guru?"

"Iya dia guru"

"Pasti jarak umur kalian jauh kan?"

"Jarak kita 11 tahun bang" ucap Ira yang hampir meneteskan air mata.

"Umur emang nggak guna kalau kita udah cinta ya dek. Gini ya menurut abang kodrat perempuan itu dikejar bukan mengejar jadi kamu simpan aja perasaan itu dengan baik. Minta sama tuhan yang membolak-balikkan hati manusia. Allah tau mana yang terbaik buat kamu, walaupun menurutmu baik tapi belum tentu baik menurut Allah. Kalau memang dia yang terbaik buat kamu pasti akan Allah dekatkan. Tapi kalau tidak, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik lagi dari orang itu. Jika dia yang memang menjadi takdirmu pasti kalian akan bertemu, jika tidak kamu harus ikhlas ya dek"

"Gak boleh maksa seseorang untuk mencintai kamu balik. Intinya kamu jangan pernah putus berdo'a"

"Oke cantik?!" Arvind mengelus kepala Ira dan merangkul bahu Ira untuk masuk ke cafe.

Sebenarnya udah sampai beberapa menit lalu, tapi Arvind setia mendengarkan dan ngasih petuah ke adiknya.

"Assalamu'alaikum bu bos" ucap salah satu karyawan menyapa Ira.

"Wa'alaikumsalam. Gimana cafenya akhir-akhir ini? Gak ada masalah kan?" tanya Ira menatap satu persatu karyawan yang menyambut kedatangannya.

"Alhamdulillah aman sentosa bu, gak ada masalah"

"Alhamdulillah kalo gitu"

***

Jam dinding menunjukkan pukul delapan malam.

Ira sedang berkumpul di ruang tv bersama keluarganya.

Ira asik beradu mulut dengan Arvind.

"Ambil sendiri bang!" kesal Ira karna abangnya terus meminum minumannya yang ada di gelas.

"Ambilin lah kamu kan adeknya!"

"Males"

"Heh nanti kamu kualat loh!"

"Males jalan bang. Gendong dulu ke dapur nanti aku yang ambilin minum"

"Sama aja kalo gitu!" sinis Arvind.

"Yaudah" Ira mengangkat bahunya acuh.

"Ira gimana cafe kamu?" tanya ayah.

"Alhamdulillah lancar yah"

"Abang kapan nikah, udah lulus s1 loh" tanya bunda.

"Nanti" jawabnya santai.

"Aku masih muda bun" lanjutnya.

"Udah cukup umur si buat nikah" jawab ayah.

"Males ah kalau ngomongin nikah mulu" ucap Arvind cemberut.

"Yaudah ganti topik deh" ucap bunda yang mengerti mungkin anaknya masih mau main-main sama temannya.

"Noh anak bungsu yang sedang menunggu seseorang untuk melamarnya" ucap Arvind melirik sang adik yang melamun.

"Ira?" ayah menatap Ira.

"Iya kenapa yah?" jawab Ira menatap ayahnya.

"Kamu suka sama seseorang?"

"E-enggak yah"

"Jangan bohong sayang!" sahut bunda.

"Emang enggak kok bun. Ira lagi fokus sama usaha aja"

"Bener?" tanya ayah dan bunda bersamaan.

"I-iya yah bun" cicit Ira menatap tajam abangnya, yang ditatap hanya menggerakkan bibir 'peace' itulah yang Ira tangkap dari gerakan bibir abangnya.














VOMEN

VOTE DAN KOMEN💙

MY TEACHER MY HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang