; 8

1.1K 192 30
                                    

JIwa Jonas sebagai sulung of the pack sedang muncul. Sedangkan Athala sebagai tersangka yang disidang. Mereka memenuhi meja makan. Senyap, hingga buangan napas berat Jonas terdengar jelas. Dia sendiri duduk di kursi utama bak pemimpin sidang.

"Gara-gara capek, ngantuk di jalan, eh kejadian nabrak orang di lampu merah. Omongan gue kemaren beneran dianggep bercanda?"

Auranya membuat yang lain tidak berani berbicara. Athala sendiri menunduk, tangannya saling meremat di atas meja. Dia sadar, salahnya juga terlalu menyepelekan istirahat seperti yang pernah Jonas ingatkan.

"Minta berapa mereka?" tanya Jonas kemudian, baru lah Athala mengangkat wajah.

"Kemaren 50 juta buat pasang pen kaki."

"Itu masih nambah?" Dengan ragu Athala mengangguk. "Lo ada?"

"Tabungan gue sisa 2 juta. Buat nutup sampe nanti lepas pen sama treatment lain bakal gue usahain."

"Bukannya distro lo lagi sepi?" Joe menyeletuk.

Athala menarik napas dalam-dalam lalu dibuang kasar. "Penjualan emang lagi menurun banget. Rencananya gue mau fokus ke distro yang di sini aja, yang lebih menjanjikan. Udah ngurus pindah, uang juga harusnya buat sewa tempat lebih gede, eh malah dapet musibah." Sempat-sempatnya dia terkekeh meski hambar.

"Jadi?" tanya Jonas mulai skeptis.

"Ya gue bertahan bayar ganti rugi pake satu distro. Sambil nyari kerjaan lain mungkin一part time kaya dulu."

Yang lain saling melirik seolah bertelepati. Kemudian Harsa yang menyampaikan, "Tha, gue tau lo nggak bakal ambil alternatif dengan minjem dari gue atau yang lain. Tapi kalo keadaannya gini, please pertimbangin.

Gue siap berapapun, malah kalo perlu sementara alihin semua biayanya ke gue dulu. Lo bisa bayar kapan pun kalo usaha lo udah membaik." Sangat hati-hati dan berusaha memilih kata yang tepat agar tidak menyinggung Athala.

Sedangkan Athala mendengkus seraya tersenyum miris. "Prinsip buat nggak melibatkan kalian di masalah keuangan gue diuji banget ya? Susah juga jadi orang sebatang kara."

"Lo nggak sebatang kara nyet. Lo punya kita," ucap Noah.

"Thanks," jawab Athala masih dengan senyum yang sama. "Nanti kalo udah mentok larinya juga ke kalian, gampang. Cuma sekarang yang lebih gue pikirin, selain masalah duit, gue juga punya tanggung jawab moral dan psikis."

Melihat dahi teman-temannya mengernyit, dia lanjutkan, "kemungkinan cewek yang gue tabrak ini bakal lumpuh sementara. Selama treatment fisioterapi dan sebagainya, keluarganya minta gue buat dampingin dia."

Tiga pasang mata milik yang termuda melebar. Baru dengar ada syarat seperti itu dari keluarga korban kecelakaan. Apalagi ini Athala yang diberi tanggungan. Untuk bisa di posisi sekarang saja harus memeras keringat dan tenaga.

Athala terbiasa hidup seorang diri, mencari uang sendiri, tanpa keluarga dan orang tua yang menyokong. Namun, hal tersebut tidak membuatnya bergantung dengan teman-teman 'kaya'nya. Dia cukup sadar diri dan temannya pun khatam dengan prinsip itu.

Akhir diskusi, Jonas menyuruh Nuki memesan makanan. Dia sedang malas memasak dan bilang akan menunggu di kamar. Pusing juga memikirkan jalan keluar untuk masalah Athala. Namun, bagaimanapun dipikirkannya, satu-satunya jalan terbaik adalah dengan menuruti permintaan keluarga korban.

Seperti biasa, lumayan lama memutuskan menu makan. Banyak pendapat dan perbedaan selera. Ini saja baru 5 orang, apalagi kalau full team.

"Yaudah ayam geprek," ucap Noah mengalah. Dia ingin makanan sehat, tapi sebagai anak kos sejati perlu mempertimbangkan ongkos kirim.

CALV : Season 2 ⁽ᴱᴺᴰ⁾Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang