6

2K 74 0
                                    

Hari-hari telah dilalui Ira dengan rasa suka duka bersama teman-teman barunya.

Belajar dengan giat dan diiringi do'a. Ira selalu mendapatkan peringkat pertama dari sd sampai sekarang.

Hari ini Ira dan teman-temannya menerima raport untuk naik ke kelas XI.

Disekolah Ira dikenal perempuan yang manis, lemah lembut, anggun, dan kalem. Tapi ketika bersama keluarganya Ira akan mengeluarkan sifat cerewet dan bar-barnya

Banyak yang menyatakan perasaan cintanya ke Ira, namun ditolak mentah-mentah olehnya.

Gimana nggak ditolak. Selain pacaran itu haram dan sangat-sangat dilarang dalam agama Islam, Ira juga masih menyimpan rasa dengan seseorang yang dulu.

Iya, sudah hampir tiga tahun lebih Ira masih mencintainya dalam diam.

Ira juga belum pernah ketemu lagi dengannya.

Bayangan-bayangan saat orang yang dicintainya menatapnya dengan tatapan teduh dan senyum tulus, masih tersimpan didalam benaknya.

Entah kini seseorang itu sudah mempunyai pasangan ataupun belum. Ira masih menyimpan rasa, jika Ira mengetahui kalau dia sudah memiliki pasangan Ira akan berusaha menghapusnya, walaupun sulit akan Ira usahakan.

Kini Ira, Laras, Ana dan Ani sedang duduk diluar kelas.

"Iraa aku duduk sama kamu boleh ya" ucap Ani menunjukkan puppy eyes.

"Aku bosen sama kak Ana" lanjutnya dengan muka cemberut.

"Gak boleh Ira duduknya sama aku!" sahut Laras tak terima, enak aja teman barunya ini merebut sahabatnya yang sudah ia anggap jadi saudara.
Laras sangat cemburu.

"Laras kali ini aja boleh ya, cuma satu tahun. Nanti kalau kita kelas 12 boleh kok kamu sebangku sama Ira lagi" ucap Ani dengan nada yang disedih-sedihkan.

"Nggak, nggak bisa!" keukeh Laras tak mau kalah.

"Aaaaa Ira mau yaa sama aku. Aku bosen duduk sama kak Ana" Ani mengguncang bahu Ira.

"Heh nggak boleh bosen sama kakak sendiri" sewot Ana.

"Hust kakak diem aja deh!"

"Iraaaaaaa yayayaya" rayu Ani tak henti-hentinya menunjukan puppy eyes nya.

"Izin dulu sama Laras" jawab Ira sambil menatap Laras.

"Hem" dehem Laras.

"Boleh?" tanya Ani memastikan.

"Hem"

"Yeayy makasih Laras" Ani memeluk Laras erat.

"Woyy Ani sesek nih"

"Hehe sorry sorry"

"Hihi Sirry sirry" ejek Laras.

"Udah-udah ayo masuk" ajak Ana.

***

Rumah.

Ira menenteng plastik yang berisi sate ayam. Tadi ditengah jalan tiba-tiba Ira menginginkan sate jadilah ia mencari penjual satenya.

"Assalamu'alaikum bunda" Ira menyalimi tangan bunda yang sedang nonton TV.

"Wa'alaikumsalam. Bawa apa itu?" tanya bunda.

"Sate ayam" Ira mengangkat plastiknya tinggi-tinggi, tiba-tiba dari belakang ada yang merebut plastiknya membuat Ira membalikkan badan.

"Eh ayah kok ada dirumah" heran Ira.

"Emang kamu gak suka kalau ayah dirumah?"

"Suka kok suka banget. Nanti sore kita jajan yang banyak-banyak ya ayah"

"Kebiasaan kalau ayahnya dirumah selalu diajak pergi. Padahal ayah dirumah mau manjain bunda" ucap bunda.

"Bener tuh apa yang diucapin bundamu. Kita mau manjah-manjah cintah" ayah manarik tangan bunda untuk dibawa kekamar.

"Eh eh bunda gak mau minta satenya?" teriak Ira menatap bundanya yang tengah digandeng mesra oleh ayahnya.

"Enggak. Makan kamu aja" balas bunda ikut berteriak.

"AYAH BUNDA JANGAN BIKININ IRA ADEK. AWAS AJA KALAU BESOK ADEKNYA JADI, IRA MARAHH!" teriak Ira menggema di seluruh rumah.
Ira tak ingin mempunyai adek, takut kalau bundanya akan melantarkannya dan hanya fokus ke sang adik. Ira lebih suka menjadi anak kecilnya ayah, bunda, dan abangnya.

***

Malam.

Ira sedang mengerjakan pr biologinya. Ketika mau membuka catatannya yang dulu-dulu Ira menemukan secarik kertas yang terlipat rapi didalamnya.

Disitu ada tugas IPAnya waktu smp, yang didalamnya terdapat nilai+ tanda tangan sang guru.

Ira tersenyum ternyata tulisan tangan pak Erlan masih ada yang ia simpan.

Mengusap kertas itu lembut walau sudah terlihat usang.

Mengingat-ngingat kembali tatapan tajam nan indah itu, senyuman manis nan tulus itu, suara beratnya itu, tangan kekarnya yang selalu menuliskan  pelajaran dipapan tulis itu, dan kaki jenjangnya yang selalu berjalan cepat bahkan tak sanggup untuk ia gapai langkah itu. Membuat Ira tak sadar meneteskan air matanya. Ira rindu sangaaat rindu.

Apa kabarnya dia?

Sehatkah? Atau sedang sakit?

Apakah dia sudah memiliki istri?

Ataupun belum?

Apakah dia masih mengingat namanya?

Apakah kini dia sedang bahagia?

Ataupun sebaliknya?

Ah Ira sangat rindu dengannya, sangat sangat dan sangat.

Ingin bertemu pun tak bisa jika tuhan belum mengizinkan untuk bertemu.

Bertemu, ketemu, dan temu. Yang selalu Ira tunggu di gelapnya malam ini.

"Huft aku sangat rindu pak. Sangat sangat rindu."

Ira menghapus air matanya kasar lalu melipat kertas itu kembali dan memasukan di kotak diary nya.




VOTE DAN KOMEN


MY TEACHER MY HUSBAND [END]Where stories live. Discover now