Chapt. 3

959 47 3
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Chaens.

Selamat Membaca ^•^
Jangan lupa vote dan komen

=================================================



Malam harinya, empat cowok berkumpul. Di ruang tengah, ada televisi yang menyala. Entah siapa yang menonton. Semuanya fokus dengan benda pipih nan gepeng berbentuk persegi panjang, dengan ujung yang sedikit lengkung.

"Hewan, hewan apa yang suka genit ke cewek?"

Di tengah keheningan ruang tengah, Ravend tiba-tiba saja menyeletuk demikian. Memulai permainan teka-teki tanpa kotak dan persilangan. Ya, bisa dibilang ini tebak-tebakan. Hati-hati terjebak!

"Buaya," jawab Arsen dengan cepat. Satu tangannya terangkat ke atas.

Ravend menggeleng, membuat semuanya terdiam. Semakin penasaran, tapi mulutnya tak mau menjawab. Ada yang berusaha berpikir keras, ada juga yang bodoamat. Karena pasti, jawaban tidak akan benar. Hanya Ravend yang akan menjawabnya sendiri.

"Yang bener itu kambing," ujar Ravend, melanjutkan.

Aiden dan Arsen seketika melongo. Mengapa harus kambing? Dia tak salah pun.

Ravend tersenyum, lalu membalas kebingungan temannya. "Kenapa, tau? Kambing, kan, kalau ada orang lewat selalu manggilnya, "mbaak"." Ravend menirukan suara kambing.

Satu bantal sofa langsung melayang, mengenai wajah rupawan Ravend yang mulai masam.

"Apa salah dan dosaku, Iden?"

"Nah, gue juga punya tebak-tebakan lagi." Aiden membetulkan posisi duduknya.

Seketika itu, yang tertarik mendengarkan langsung fokus padanya. Mereka berpikir bahwa tebak-tebakan Aiden akan lebih serius dibandingkan Ravend.

"Siapa sahabat sejatinya keong, sampai kalau dia hilang, selalu dipanggil-panggil namanya?" Aiden bertanya.

Diam sejenak. Ravend pun ikut berpikir keras. Begitu juga dengan Arsen yang tak mau kalah lagi. Bagaimana caranya, ia harus bisa menebak.

Sedangkan Dragon hanya diam. Malas berbicara, seperti biasa. Jangan tanyakan yang cewek lagi apa, Hazell dan Starlie ada di dapur. Asik mengobrol sambil membantu Rain memasak makan malam.

"Ck. Kelamaan kalian!" Aiden kesal sendiri, langsung menjawab pertanyaannya. "Jawabannya kucing.'

Arsen mengedipkan matanya berkali-kali. Mulutnya terbuka sambil menatap Aiden, hingga kepalanya miring ke kanan karena kebingungan. "Kok, kucing?"

"Keong, keong, keong. Begitulah cara kucing memanggil sahabatnya, keong." Dengan santainya, Aiden menirukan suara kucing. Namun, sama saja seperti Ravend tadi.

"Itu, meong!" Sang pencinta kucing garis keras langsung berteriak. Geram dan tidak terima. Bisa-bisanya suara kucing yang lucu diubah begitu saja oleh Aiden.

Dua orang tertawa. Ravend dan Aiden. Arsen memanglah penyuka kucing. Jika ditelisik lebih jauh, di rumahnya ada banyak belasan kucing. Orang tuanya jelas tidak marah karena sama-sama pecinta kucing. Sampai maid pun suka.

"Ngamuk lho, Den. Meongnya dipanggil keong," ujar Ravend.

"Enggak. Cuma kurang terima aja."

Seruan dari dapur mengundang perhatian mereka. Tanpa disuruh, ketiganya langsung berlari, cepat-cepat menuju dapur dan duduk dengan tenang di kursi makan.

"Makanan siap!"

Dragon berjalan dengan santai. Tak ada gunanya berjalan cepat, karena makanan pun masih sangat panas. Akan membakar lidahnya nanti.

Hi, We Are ZxVorst Team Where stories live. Discover now