Chapt. 1

3.5K 117 148
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Halo, Chaens.

Selamat Membaca ^•^
Jangan lupa vote dan komen

===============================================

"Lo kapan balik, Ga?" Ravend langsung bertanya pada Dragon yang mengemasi barang-barangnya.

Semalam, Dragon berkata bahwa ia akan pulang ke kampung halamannya. Neneknya sakit dan memintanya untuk pulang. Remaja ini telah lama merantau di kota.

Dragon sempat melirik Ravend sebentar, lalu fokus berbenah. "Sore ini."

"Uhuk!" Ravend tersedak teh kotak yang ia minum. "Yang bener aja lo. Enggak kemaleman? Ntar lo diculik tante pedo, mampus!"

Tatapan tajam di wajah kusut Dragon mengarah ke Ravend. Sedangkan yang ditatap merasa merinding. Sungguh, wajahnya seperti seorang pembunuh berantai.

"Biasa aja, dong. Muka lo kek serigala mau makan pizza!" pungkas Revend.

Ucapan Ravend tak sampai di situ. Ia kembali bertanya lagi pada Dragon meskipun hati Dragon seakan ingin berkata, ia sedang tidak ingin diganggu.

"Nenek lo sakit apa?"

"Kalau gue ikut lo, gimana, Naga?"

"Astaga, Naga. Kok, lo enggak jawab, sih? Lagi sariawan? Coba minum lagasegar."

Pusing mendengar kalimat-kalimat dari mulut Ravend, Dragon langsung menyela. "Lo bisa diem?"

Ravend menggeleng. Cowok itu tersenyum amat jahil. "Enggak. Gue punya mulut. Kan, lo tahu sendiri, gue itu enggak bisa diem. Jadi, ya, terima aja. Lagian, suara gue merdu nan syahdu, kok. Ngalahin qasidah ibu-ibu," jelasnya.

"Harusnya gue masuk master chef gak, sih, Ga? Soalnya, kan, gue— mmpp!"

Cowok yang sejak tadi terus berbicara itu, langsung bungkam ketika mulutnya disekap oleh Dragon. Hanya gerakan tangan saja yang membantunya untuk memberontak.

Diam beberapa saat, Dragon melepaskan tangannya dari mulut Ravend.

"Tangan lo bau jigong," komentar Ravend sembari mengusap bibirnya.

"Iya, jigong mulut lo!" Dragon menyambar.

Ketika Ravend hendak menolak, sebuah teriakan terdengar jelas. Padahal Ravend dan Dragon berada di lantai 2. Dan suara teriakan itu berasal dari lantai 1. Rasanya, amat dekat dengan mereka.

"MANA APEN? DISURUH BELI GAS MALAH ILANG!"

Tebaklah siapa. Dia adalah Rain. Ibunya ZxVorst yang bawel dan gemar berteriak. Lebih tepatnya, suka mengamuk.

Teriakan itu, mampu membuat Ravend menepuk jidatnya. "Astaghfirullah, mampus gue. Keluar lewat mana, ya? Masa gue terjun," monolognya.

Dragon tidak menanggapi. Hanya mendengarkan saja. Berada di situasi ini sudah biasa baginya. Namun, selalu saja tak ingin ikut campur.

"Naga, kalau gue lompat, terus khatam usianya. Lo yang urus jenazah gue, ya? Gue ikhlas banget."

"Hm."

Brak

Pintu kamar terbuka lebar. Cewek dengan rambut pendek, memakai daster sambil bawa irus terpampang di sana. Amarahnya memuncak.

"Di sini, ya, lo. Mana gas?" tanya Rain sedikit naik nadanya.

"Ekhem. Itu, di warung, belum gue ambil. Uangnya ketinggalan, hehe." Seperti tak ada alasan lain, Ravend hampir setiap disuruh Rain ke warung, alasannya seperti ini.

Hi, We Are ZxVorst Team Where stories live. Discover now