03 - Ceroboh

42 22 19
                                    

Selamat sore..

Sebelumnya aku mau ucapin, Marhaban yaa Ramadhan..

Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan..

Semoga puasa kita berjalan lancar hingga akhir..

Yang lagi ngabuburit, selamat ngabuburit..

Sengaja aku update sekarang buat temanin jam-jam ngabuburit kalian..

Happy reading!!

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian!!

☆☆

Edel menatap paper bag ditangannya dengan penuh senyum. Kemarin sebelum pulang sekolah, dia berjanji akan membuatkan bekal untuk kedua teman barunya yang disambut antusias oleh duo kembar. Anggap saja ini sebagai bentuk ucapan terima kasih untuk mereka karena mau berteman dengannya.

Dengan perasaan bahagia, Edel berjalan menaiki tangga. Saking semangatnya Edel sampai tidak sadar jika kakinya salah berpijak hingga terpleset jatuh.

Saat tubuh Edel akan menghantam anak tangga, sepasang tangan kekar muncul menarik Edel kedalam pelukannya.

"Ceroboh!"

Edel membuka matanya, menatap laki-laki yang sudah menolongnya dengan sedikit terkejut. Kenapa bisa laki-laki ini ada disini? Kenapa harus dia yang menolongnya? Kenapa sang pemilik netra hitam tajam itu? Kenapa harus Alden?

Tersadar jika dirinya berada dalam pelukan Alden, Edel langsung melepaskan diri.

"Maaf." Edel menunduk tak berani menatap Alden.

"Lo punya mata, kan? Dipake!" Alden menatap Edel tajam sebelum pergi.

Begitu Alden sudah menghilang, Edel segera bernafas lega.

"Bego banget sih, Del. Jangan cari masalah Edelweiss." Edel memukul pelan kepalanya merutuki kecerobohannya.

"Bekalnya!" seru Edel yang baru sadar jika bekal yang ia buat sudah hancur dan berceceran di lantai.

☆☆☆

Selama pelajaran berlangsung, Edel sama sekali tidak bisa fokus. Tatapan mata Alden terus mengawasinya sejak tadi. Apa yang harus Edel lakukan sekarang? Ia sudah melihat sendiri bagaimana menakutkannya seorang Alden. Dia tidak ingin menjadi korban perundungan Alden dan teman-temannya.

Dengan lesu Edel menelungkupkan wajahnya diatas lipatan tangannya. Bel istirahat sudah berbunyi, namun Edel tidak bersemangat untuk pergi ke kantin. Bahkan untuk beranjak dari tempat duduknya saja ia malas.

"Lo gak ke kantin, Del?" tanya Yeslin.

Edel mendongak menatap Yeslin lalu menggeleng pelan.

"Kenapa? Lo masih ngerasa bersalah soal bekal? Gue kan udah bilang gapapa Edel."

"Aku lagi gak mood, Lin. Mau di kelas aja."

"Yaudah kalau gitu. Lo mau nitip apa biar nanti gue beliin," tawar Yasmin tak ingin memaksa.

"Tolong beliin roti sama air mineral ya?"

"Oke. Udah lanjut istirahat aja. Gue ke kantin dulu," pamit Yasmin.

Edel mengangguk lalu kembali merebahkan wajahnya diatas meja. Menatap murid-murid yang sedari tadi berlalu-lalang dari jendela kelas.

Ketukan di mejanya mengambil alih kesadaran Edel. Satu kotak Cimory rasa almond tersodor di depannya. Edel mendongak dan mendapati sosok Alden yang tengah menatapnya.

FIREFLIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang