27. Makasih

109 15 2
                                    

***

Satu kebiasaan baik Azura yang perlu di contoh Angkasa adalah, perempuan itu selalu membuang sampah pada tempatnya. Dimanapun ia berada, dan sedang apapun dia, dia tidak akan mengabaikan sampah yang berada di dekatnya. Seperti ini contohnya, perempuan itu baru saja membuang robekan bungkus kopi yang ia temui di lantai dekat water dispenser di tempat sampah.

Angkasa memerhatikan istrinya yang masih sibuk di pantry dengan seduhan kopinya, jangan lupakan lubang  hidungnya yang tertutupi bibir atas. Angkasa tanpa sadar tersenyum, lalu beranjak dari tempatnya dan mendekat pada Azura.

"Beneran nggak suka kopi?" Tanyanya basa basi, padahal ia tahu betul se benci apa perempuan itu dengan kopi.

Azura mengangguk dan bergumam panjang.
Memberi cangkir kopi pada Angkasa yang kemudian diterima oleh lelaki itu. Asap masih mengepul disana, dan bau kopi menguar kuat, jadi Azura menghindar dan mengambil jarak sedikit karena ia benar-benar merasa pusing sekarang.

"Gimana?" Tanyanya saat Angkasa selesai menyesap kopinya.

Lelaki itu menjilat bibirnya lalu mengangguk. "Enak, makasih yah."

Azura tersenyum, lalu kemudian kembali ke kitchen, tepatnya pada washtafel dan melanjutkan cucian piringnya yang belum selesai.

Angkasa menaruh kopinya di meja, lalu berdiri di sisi wanita itu, mengambil piring-piring yang baru saja ia gosok dengan bersih, membilasnya di bawah air mengalir. "Udah ujian tutup, kan?"

Azura menoleh padanya dengan alis mengerut. "Apa?" Tanyanya.

"Kamu udah ujian tutup, kan?"

Wanita itu menggumam. "Wisudanya dua minggu lagi. Kamu kapan balik ke jakarta?"

Kali ini Azura bertanya tanpa melihat Angkasa, menunggu jawaban itu. "Nggak tahu".
Jawaban itu membuatnya meneleng, menatap Angkasa dengan mata memicing. "Kerjaan kamu?"

"Bisa di kerjain di sini", Angkasa menaruh mangkuk yang sudah di bilasnya ke rak piring, lalu mengambil mangkuk lain dari tangan Azura.

Azura menutup keran setelah membilas kedua tangannya, lalu beralih ke sisi kiri Angkasa setelah meraih sebuah lap bersih dalam kabinet di atasnya, mengeringkan piring-piring dari sisa basah bilasan.

"Bisa hadir di wisuda ku, kan?" Tanyanya memastikan.

Azura sebenarnya tidak terlalu berharap, karena lelaki itu selalu mematahkan harapannya.

"Pasti. Aku bakal stay di sini lumayan lama"

Itu benar. Angkasa berniat tinggal disini lebih lama untuk memulihkan dirinya, masih tidak tahu harus bersikap seperti apa walau setiap waktu ia memikirkan jalan keluar masalahnya. Seperti buntu, tidak ada yang bisa di selamatkan, namun ia menolak kenyataan itu, ia masih menginginkan Anara dalam hidupnya.

"Besok ada kerjaan?"

"Nggak deh, kayaknya."

"Temanin aku ke nikahan teman, boleh?" Ia mengerjap pelan, berharap Angkasa menyanggupinya.

"Boleh, pagi?" Tanyanya.

"Malam." Katanya, Azura menaruh piring-piring yang sudah di lapnya ke dalam kabinet.

"Oke"

***

Untuk pertama kalinya, Azura se semangat ini menunggu hari esok, mengingat Angkasa menyetujui ajakannya membuat perempuan itu diam-diam memesan dress dan kemeja yang bewarna senada. Azura kembali berharap, semoga lelaki itu besok tidak bertanya tentang kemeja yang ia siapkan, karena ia tidak akan tahu harus menjawab apa. Ia terlalu senang.

This is HurtWhere stories live. Discover now