9. Terluka

116 18 1
                                    

***

Saat pagi tiba, semua berkumpul di meja makan untuk sarapan. selain Azhila, untuk saat ini personel lengkap dan sempurna.

Sembari menunggu Eyang turun, Tante Sarah menunjukan menu makanan pada Azura. "Gimana menurut kamu?"

Gadis itu mencermati setiap nama hidangan yang tersusun rapi disana, ada beberapa hidangan yang tidak ia ketahui. "Zuppa Soup apaan tante?"

Aizat yang mendengarnya tertawa keras. "Zuppa Soup Elo nggak tau?"

Yang lain ikut tersenyum. Azura tidak salah jika ia tidak tahu apa itu Zuppa Soup bukan? Hal yang sangat wajar. Gadis itu mendelik kesal dan melempari sapu tangannya. Lelaki yang duduk di depannya menaikan mata dengan wajah jelek, mengejeknya karena lemparannya tak mengenainya.

"Zuppa Soup itu salah satu makanan eropa. Supnya di taruh di cangkir gitu"

Berbeda dengan Aizat yang menertawakannya, Mas Aby justru menjelaskan dan memberikan pemahaman pada gadis itu. "Wah, unik juga yah!" Katanya dengan penuh antusias.

"Tante Sarah aja deh yang atur, Azura nggak tahu banyak soal menu makanan"

Tante Sarah mengangguk setuju lalu mengusap lembut puncak kepala gadis itu. "Kamu tenang aja, pernikahan impian kamu bakal Tante wujudin. Ya nggak, pah?" Tanyanya pada suami.

Ayah dari Mas Aby itu mengangguk mantap. "Apa sih yang nggak buat putri rumah satu-satunya"

Para om tertawa mendengar gombalan itu.

Rasanya baru kemarin Azura bermain dengan ibunya, sekarang gadis itu sudah sebesar ini dan sebentar lagi akan menikah.

"Kok diam aja, kenapa sih, Nak?"
Atensi yang lainnya menuju pada Angkasa. Lelaki itu menatap Ibunya yang sedang bertanya.

"Nggak apa-apa Ibu."

Tak sengaja pandangan Azura dan Angkasa bertemu. Memori pembicaraan mereka kembali terngiang di otak gadis itu.

Azura menyetujui kontrak yang dibicarakan Angkasa.

Mereka menikah, mengurus hidup masing-masing tanpa harus saling ikut campur, Angkasa masih bisa berhubungan dengan Anara, dan Azura bisa menyukai siapapun yang dia mau.

Setelah satu tahun menikah, mereka akan bertingkah seolah-olah ada masalah, lalu kemudian bercerai dan berpisah.

Dilihat dari keuntungan, Azura justru malah mendapat kerugian. Ia akan berstatus janda jika sudah berpisah dengan Angkasa nanti, masyarakat akan memandangnya jelek, sementara lelaki itu tidak akan terdampak apa-apa.
Namun Azura tipe gadis yang bodoh amat, ia tidak akan mendengarkan semua itu. Oleh karena itu, ia hanya meminta satu syarat, bahwa saat pernikahan nanti Angkasa tidak mengundang Anara, atau Anara tidak boleh muncul di acara nikahan bahkan resepsi nanti.

Angkasa menyetujui syarat itu, lelaki itu juga tak keberatan apabila Azura mengundang semua temannya, setidaknya kedua hal itu adalah keuntungan bagi gadis itu. Namun Angkasa tak akan mengundang siapapun dari teman-temannya. Ia tidak ingin Anara tersakiti akan hal ini.

Azura bodoh. Ia mengakuinya sendiri.
Tidak akan ada perempuan yang ingin menikah kontrak seperti ini, mengapa ia tidak tetap bertahan saja dan membiarkan Angkasa mengurus masalahnya sendiri dengan Anara.

Azura takut, ia akan sakit hati nantinya andai suatu saat nanti ia jatuh cinta pada lelaki itu.

Karena itu, sebelum semuanya terlambat. Azura berfikir ini adalah yang terbaik menurutnya, toh Angkasa juga memberinya kebebasan tentang siapa yang dia mau.

This is Hurtحيث تعيش القصص. اكتشف الآن