Beberapa cerita dikumpulkan disini,
dibuat jika mempunyai ide yang menurut saya cemerlang
dan ingin meminta maaf jika buku seperti ini membuat
anda merasa tidak nyaman dan terganggu.
Dan ingin berterima kasih jika menyukai buku ini
sepenuh hatinya...
Di pagi haru yang cerah, rumput-rumput tanaman terlihat hijau begitupun dengan bunganya yang bermekaran dengan warna yang memikat hati juga cuaca yang menenangkan hati.
Terlihat senyuman terukir di wajah seorang lelaki yang memakai perlengkapan tentara, dengan gagah ia berjalan menuju rumah yang sudah ia nanti-nantikan sembari memegang bunga mawar dan juga kotak kecil.
"Wonpil.." mengucapkan nama itu saja sudah membuat matanya menampakkan cahaya benderang terlalu bersemangat untuk menemui seseorang tersebut.
Sesampainya di rumah yang sudah lama tak ia lihat, diketuknya pintu rumah tersebut beberapa kali sebelum dibukakan oleh ibunda dari seseorang yang ia kasihi.
"..Jae?"
"Tante! Apa ada Wonpil di dalam?"
Perempuan paruh baya itu tersenyum lemah lalu menggeleng memudarkan senyuman yang sudah tertempel di Jae, "dia sedang berbelanja Jae"
"Baiklah, akan ku tunggu sebentar."
"Jae.."
"Iya tante??"
"Sebaiknya kau tak usah lagi menemui Wonpil.."
Jae mengerutkan alisnya bertanya-tanya.
"Aku takut kau akan semakin sedih dan sakit jika menemui Wonpil sekarang." Ucap wanita tersebut menggunakan nada yang terdengar seperti ingin menangis.
"IBU! Aku pulanggg!!!"
Suara itu. Alunan suara yang merdu, manis yang sungguh sudah dari lama Jae rindukan akhirnya terdengar kembali saat ini.
Jae dengan cepat menolehkan kepalanya ke sumber suara memperlihatkan Wonpil yang memakai pakaian rumah dan menggendong seorang bayi.
Hm..?
"Jae?" Panggil lelaki mungil tersebut, dengan wajah yang terlihat menahan kebahagiannya karena melihat orang yang sudah lama ia tunggu.
Jae tanpa berpikir dua kali langsung mendekap lelaki tersebut dengan erat dan lama.
"Siapa ini?? Keponakan mu kah pil?"
"Ini.. anakku, Jae."
Senyuman Jae perlahan menghilang, "anakmu?"
"Kau terlalu lama, Jae.."
"Apa maksudmu?"
Wonpil terlihat seperti menahan tangisannya yang tak lama lagi akan pecah, "aku menunggumu bertahun-tahun, Jae. Ku kira kau sudah melupakanku, aku lelah menunggu tanpa kabar dan kepastian."
Mendengarkan perkataan Wonpil, Jae mulai mengerti apa yang ingin Wonpil sampaikan kepadanya yang pastinya Jae tolak mentah-mentah pikiran tersebut.
"Wonpil? Kau sudah... menikah?"
Ketika kalimat tersebut diucapkan oleh Jae tangisan Wonpil pecah sudah tak dapat lagi untuk ditahan beberapa detik lagi.
"Pil, a-aku minta maaf.."
Jae memegang kedua tangan yang terlihat sudah terpakaikan cincin di jari manisnya Wonpil. Yang seharusnya sudah Jae kasih sedari tadi barang yang serupa di dalam kotak kecil yang ia pegang sekarang.
"Aku capek Jae.. aku lelah menunggumu, kau bahkan tidak mengirim surat atau sekedar menelpon, sesusah itu untuk memberi kabar kepada kekasihmu yang menunggumu selama bertahun-tahun? Menunggumu untuk datang kepadaku untuk melamarku? Kau bilang tunggu saat kau sukses jae!" Semua yang Wonpil tahan bertahun-tahun lamanya ia luapkan semuanya dengan Jae.
"Maaf, maafkan aku Wonpil.." berulang kali Jae ucapkan perkataan tersebut sembari mengecup kepala Wonpil melepaskan kerinduannya dengan kekasih.
"Maaf Jae, kau terlambat.."
Brak!
Setelah kalimat itu terucapkan, Wonpil menutup pintu rumahnya untuk selama-lamanya. Tidak ada kata terakhir yang romantis, tidak tawa lucunya yang akan Jae dengar, yang ia pikir akan membawa kebahagiaan jika ia kemari namun hanya merusak suasana yang sudah keluarga Wonpil bangun.
"It's my fault isn't it..?"
Bunga mawar dan kotak kecil tersebut hanya ia tinggalkan di teras rumah seseorang yang dahulunya merupakan orang tersayang yang merupakan satu-satunya motivasi Jae untuk mengejar ilmu juga bekerja keras agar dapat melamarnya.
Hari yang cerah seketika berubah menjadi hari dimana yang Jae harap tak akan pernah ada dan seharusnya tidak seperti ini di pikirannya. Langit berkata lain hal, tetesan air mata lelaki tersebut tiba-tiba tertutupi oleh tetesan hujan yang makin menderas membuat suasana menjadi semakin sedih.
Entah berapa lama Jae akan berada di depan rumah dengan teras yang dipenuhi bunga mawar yang ia sangat tahu siapa yang menanamnya dan merawat tanaman tersebut. Nuansa rumah yang sederhana dan didominansi oleh warna cokelat tua.
Betapa rindunya ia kepada Wonpil.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.