Beberapa cerita dikumpulkan disini,
dibuat jika mempunyai ide yang menurut saya cemerlang
dan ingin meminta maaf jika buku seperti ini membuat
anda merasa tidak nyaman dan terganggu.
Dan ingin berterima kasih jika menyukai buku ini
sepenuh hatinya...
Merasa seperti di atas awan yang sangat empuk, berlari kesana kemari, tersenyum dan tertawa, aku merasa gembira. Meskipun aku sendirian di tempat itu.
Tidak ada yang memperdulikan aku, tidak ada yang menolongku, tidak ada yang bisa membuatku bersedih hati lagi, ini seperti surga dunia. Aku senang.
Tapi hanya sesaat. Aku terjatuh dan aku tak bisa melihat apapun, semuanya gelap, aku merasa seperti dilemparkan ke dalam jurang, aku tak pernah membuka mataku.. karena aku takut.
Setelah itu, aku merasa seperti ada yang menggoncang tubuhku, aku terbangun dan berada di tempat serba putih serta ada tiang di sampingku, dan pria misterius yang tersenyum hangat di hadapanku.
"Jaehyung Park?" Tanya suara perempuan itu.
Jae menoleh dan menganggukkan kepalaku perlahan, dan sedang berusaha menstabilkan detak jantungku juga membersihkan keringat yang turun dari jidatku sampai ke leherku.
"Syukurlah anda selamat dari percobaan bunuh diri dengan cara melompat dari lantai paling atas sebuah apartemen. Anda mengalami depresi pada saat itu, dan berterima kasihlah kepada pria ini, karena berkat donor darahnya, anda bisa selamat."
"Apa?"
"Selamat pagi dan sampai jumpa tuan Park."
Jae tak sempat bertanya lebih jauh lagi pada suster tersebut. Dan sekarang dia berdua bersama dengan pria yang mendonorkan darahnya di ruangan rawat inapnya pribadi.
"Apa yang kau ingin?"
"Hm?"
Jae marah lalu, sedikit berteriak, "kenapa kau menyelamatkanku?!"
Pria itu langsung terkejut dengan nada bicara Jae, "aku minta maaf, tapi kau tak seharusnya bunuh diri untuk 'bebas'," lelaki itu mendekat kearah Jae.
"Jangan mendekat! Kau siapa?!"
"Aku Kim Wonpil, aku tak sengaja melihat kerumunan di apartemen dan menemukanmu tergeletak dibawah dengan darah yang mengalir keluar dari telinga dan juga bagian belakang kepalamu."
Jae terdiam dan kelihatan seperti ingin Wonpil untuk melanjutkan ceritanya tersebut.
"Aku panik dan langsung menelpon ambulans untuk segera mengobatimu. Lalu, dokter memberitahu bahwa kau kehilangan banyak darah sehingga agar kau bisa selamat kau membutuhkan darah dengan golongan tipe A. Kebetulan kita mempunyai golongan darah yang sama jadi.. kenapa tidak? Aku mendonorkan darahku kepadamu," akhir Wonpil dengan senyuman manis.
"Kenapa kau menolongku?"
"Bukankah sesama makhluk sosial harus membantu? Aku heran kerumunan itu tidak ada satupun yang menolongmu. Mereka hanya mengambil gambar dari handphone mereka lalu, pergi satu persatu."
"Itu karena mereka hanya ingin terlihat baik di sosial media," ketus Jae.
"Kenapa tidak menolongmu?"
"Percuman jika golongan darah mereka tidak sama."
"Setidaknya dari banyaknya orang disitu, pasti ada yang memiliki golongan darah A, bukan?"
"Entahlah kau aneh, manusia teraneh yang aku temui."
Wonpil mengerutkan dahinya merasa bingung. Aneh darimananya? Bukankah baik jika menolong seseorang dengan sepenuh hati?
"Aku hidup sendirian sejak kecil. Aku gelangtungan di jalanan sebelum aku mendapatkan pekerjaan dan menyewa apartemen kecil saat aku berumur 17 tahun. Aku hidup sudah lebih dari 25 tahun dan tak pernah sekalipun ada seseorang yang menolongku di saat susah maupun sedang senang."
"Kenapa?-"
"Kau yang pertama."
Wonpil merasa sedikit beda ketika pria bernama Jae itu mengutarakan perasaanya dengan kata-kata seperti itu. Dia merasa seperti dia berada di tempat yang berbeda di sisi Jae.
"As long as i'm here, no one can hurt you." Ujarnya.
"Jae?"
─cup.
Jae barusan mengecup tangan kanan Wonpil, dengan perasaan campur aduk Wonpil mengambil kembali tangannya yang masih terasa bekas kecupan Jae tadi.
"Apa?"
"I fell in love at first sight."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.