Beberapa cerita dikumpulkan disini,
dibuat jika mempunyai ide yang menurut saya cemerlang
dan ingin meminta maaf jika buku seperti ini membuat
anda merasa tidak nyaman dan terganggu.
Dan ingin berterima kasih jika menyukai buku ini
sepenuh hatinya...
Wonpil adalah seorang mahasiswa baru yang kini sedang menjalani proses dimana seluruh mahasiswa akan di tes mentalnya atau yang biasa kita kenal dengan sebutan 'Ospek'.
Kali ini diberikan tantangan untuk meminta 50 nomor telepon kakak senior yang ada di universitas yang masih terasa baru sekali untuk ia jelajahi jadi terkadang Wonpil seringkali tersesat juga tak tahu arah jalan untuk keluar. Seperti saat ini.
Wonpil sudah kebingungan juga panik untuk kesekian kalinya demi mendapatkan 50 nomor telepon kakak senior dengan berbagai macam tantangan lainnya yang diberikan seniornya sebelum ia mendapatkan nomor telepon mereka.
Lelaki bersurai hitam legam itu sudah mulai mengeluarkan air matanya melewati kedua manik yang berwarna persis seperti rambutnya.
"Aduh bagaimana ini? Aku belom punya teman untuk bertanya sementara aku dikelilingi senior-senior lainnya." Ucapnya sambil mengucap matanya yang meneteskan satu dua air mata.
Puk!
Reflek, Wonpil menoleh ke belakang merasakan sesuatu menepuk bahunya dari belakang. Menampakkan seseorang yang sudah pasti kakak seniornya yang lain dengan memakai turtleneck abu-abu juga kemeja kotak-kotak sebagai luarannya.
"Hey, kau anak baru ya?"
Wonpil mengangguk saja.
Pria tersebut membenarkan kacamata hitamnya dan berkata, "mari, ku tunjukkan jalan keluar."
Tak mengatakan apapun karena terlalu malu juga sedikit terkesima dengan paras seniornya itu. Bukannya apa-apa, dia adalah senior pertama yang Wonpil lihat dari penampilannya adalah kakak senior yang jarang menjahili mahasiswa baru sepertinya juga tidak nakal.
"Jadi perlu diingat ya, dari tempatmu tadi kau bisa belok kanan dan menemukan perpustakaan lalu, lurus saja dan disinilah kita. Tempat keluar masuk mahasiswa juga para dosen yang berada di universitas ini." Urainya.
Wonpil mengangguk-angguk tanpa sepatah kata pun dengan wajah kagumnya menatapi ketampanan seniornya itu. Jika dilihat lebih dekat, seniornya ini memiliki hidung yang mancung, senyuman yang tidak terlalu manis tapi lebih dari cukup melelehkan hati Wonpil dan lengkap dengan cara bicaranya yang sangat berwibawa dan terkesan tidak meninggi.
"Dek? Helloo?"
Wonpil bangun dari imajinasinya, "ah! Maaf aku tadi melamun, makasi!"
Lelaki itu hanya tersenyum simpul sambil memegang bahu Wonpil lagi, "lain kali harus diingat ya jalan-jalan dan tempat-tempat universitas ini."
Wonpil mengangguk sambil tersenyum.
"Oh ya! Kak, perkenalkan namaku Kim Wonpil. Saya izin meminta nomor telepon kakak karena saya diberi tantangan oleh kakak senior ospek saya untuk mendapatkan 50 nomor telepon kakak senior universitas ini." Pinta Wonpil dengan panjang lebar sambil membungkuk 90° serta buku diarinya yang ia hadapkan ke laki tersebut.
Seniornya itu dengan senang hati mengambil buku diari milik Wonpil, "boleh saja. Tapi ada satu syaratnya!"
Wonpil sudah lelah dengan rintangan dalam rintangan ini, tapi mau bagaimana lagi? Memang sebuah tradisi bagi mahasiswa baru untuk mengalami hal-hal seperti ini. Wonpil yakin, dulu kakak yang sekarang mengospeknya pernah di posisinya saat ini.
"Saya bersedia untuk melakukan seluruh syarat yang kakak berikan!"
Lelaki dengan senyumannya yang melekat mulai mendekatkan jaraknya dengan Wonpil dan berbisik, "nomor ini tolong ditelpon ya nanti malam."
Wonpil tak tau ingin merespons bagaimana perkataan kakak seniornya tersebut. Ia hanya bergeming di depannya, sambil membiarkan buku diarinya dituliskan nomor telepon senior itu.
"The name's Jae, but you can call me more than that tonight." Ucapnya dengan kedipan mata sebelum ia berjalan menjauh dari Wonpil sambil menyembunyikan tangannya di saku celana agar terlihat keren dan menarik.
Masih dengan kediamannya, setelah beberapa menit Wonpil pun sadar dan melihat buku diarinya yang berisikan nomor telepon kakak seniornya yang bernama Jae.
Yang lucu adalah bukan hanya angka-angka tertuliskan di kertas berwarna putih tulang tersebut. Tetapi, ada sebuah note yang seniornya tinggalkan.
I like your eyes when you look at me, give me that same look on our first date instead. - your future husband.
"KOK DIA KEPEDEAN?" Teriak Wonpil dengan semburat merah tertanam di kedua pipinya yang ia tutupi memakai buku diarinya itu.
Ia berlari-larian kesana kemari mengelilingi halaman luar universitas itu. Rasanya ketika menyelesaikan tantangan dari senior ospeknya dan juga sekaligus mendapatkan kakak senior yang tipenya meskipun sangat terlalu percaya diri.
"MAMAAA! WONPIL MAU NIKAH!"
Ya begitula ciri-ciri anak yang tak pernah merasakan kasmaran dari sejak SD sampai sekarang baru mengalami.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.