Maaf Naka

10 2 0
                                    

"Zen!!, Naka pergi"kata Janna dalam panggilan

"Pergi kemana?!"tanya Lara yang sudah mulai panik

"Lara dikirim Opah ke Paris"jelas Janna

"Duk" buku yang sedang dipegang Lara terjatuh seketika, "Kenapa pergi?"tanya Lara berusaha tenang

"Naka buat kesalahan yang fatal, dia pulang dengan keadaan mabuk, dari bar , dan di sana ada orang yang dengan sembarangan ambil foto Naka sama perek"

"Terus kondisi Naka sekarang gimana??"tanya Lara

"Naka dia bakal terbang ke Paris dalam kurang lebih 1 jam lagi Zen, dia lagi di jalan menuju bandara"jelas Janna

"Datang Zen, temuin dia, kasih pengertian"saran Janna

"Oke Jan..., gue akan ke bandara secepatnya "ucap Lara lalu mematikan panggilan nya

Lara mengambil kunci mobil nya, lalu dia bergegas menuju bandara, dia membawa mobil nya dengan sangat cepat, bahkan sebenarnya saat Lara menerima panggilan disana sedang ada Jonathan.

"Jangan pergi dulu Ka, gue harus kasih tau alasan gue berubah takdir ini"ucap Lara sambil menggigit jarinya, lalu Lara menambah kecepatan

Bandara Soekarno Hatta

"Hati hati Ka"ucap Bintang lalu memeluk temannya

"Jaga Shana dan Janna Bin"ucap Naka, "gue titip mereka berdua"

"Dan Lo Nat, gue.... titip Zena"Ucap Naka dengan nafas panjang di akhir kalimat

"Selamat Zeno ga di dekat Zena gue mohon jaga Zena", "Jangan buat perempuan yang gue cinta bersedih"

"Gue pergi dulu"ucap Naka

Lara berlari terburu buru sampai dia tadi dia terjatuh, Lara berlari dengan kaki yang pincang sebelah, "Tunggu Nak"ucap Lara

Disana ada Bintang dan Nathan yang nampak dengan wajah sedih, "mana Naka??"tanya Lara sambil menggenggam tangan Nathan

"Naka udah terbang ke Paris"jelas Bintang lalu memeluk Lara layaknya saat mereka masih anak anak dulu, Naka akan selalu sayang sama Lo Ra, selamanya, walau Lo milih Jonathan di hati Lo "jelas Bintang membuat air mata Lara menetes

"Engga Bin, gue ga milih siapapun di hati gue"batin Lara sambil terisak

"Zen udah, Naka titip Lo ke gue, dia bilang ke gue untuk jaga Lo"ucap Nathan lalu menggenggam jemari Lara, "Dia bilang kalau wanita yang diancintai ga boleh bersedih"jelas Nathan semakin membuat dada Lara terasa sesak

"Gue jahat banget ya...."

"Engga Zen, ini namanya takdir, dan kalau Lo merasa bersimpati dengan takdir ini. Tunggu.... Itu aja yang bisa Lo lakuin , minta maaf sekarang itu ga akan ngaruh apapun, tunggu Naka pulang dan minta maaf, hanya itu"jelas Nathan lalu membawa Lara ke pelukannya

"Gue akan selalu tunggu Lo Ka. Maafin gue, gue adalah wanita terjahat yang hadir dalam hidup Lo"batin Lara lalu memejamkan matanya dan

"Bruk"

"Ra.."panggil Bintang

"Ayo bawa Lara Nath"ucap Bintang lalu membawa Lara ke mobil Bintang lalu menuju rumah Bintang

"Bintang ini siapa??"tanya Renjani, ibu dari Bintang

"Lara ma"jelas Bintang

"Astaga, dia teman kecil kamu, ayo baringkan di kasur"arah Renjani

Nathan memberi tau Janna soal kondisi Lara, Janna langsung segera menuju rumah Bintang, bersama dengan Jendra.
"Ka ayo lebih cepat"

Sesampainya di rumah Bintang Janna langsung menemui Lara, "Zen Lo gapapa??"tanya Janna cemas

"Gue gapapa Jan"balas Lara

Wajar bukan banyak pria yang mencintai Janna, disaat dia telah dihinna oleh seseorang ia tetap membuka hati untuk membantunya, dia bisa mendorong semua orang yang sedang terjatuh dalam penderitaan, seperti Shana dan Lara saat ini. Janna indah seperti namanya, murah senyum, dan pengasih, hatinya bangai isi sebuah buah apel yang masih segar, berbentuk sempurna dan manis.

"Zena, jangan salahin diri Lo, Lo itu ga salah, situasi nya yang salah"ucap Janna

"Lo punya gue, dan kan Jendra"

"Makasih"balas Lara yang sudah ingin meneteskan air matanya namun ia tidak ingin membuat Janna terluka maka dari itu lebih baik tahan luka itu.

"Ayo Zen pulang, Lo bisa nginep di rumah, Shana juga nginep di sana, dia sama kondisinya kaya Lo, biar gue gampang jaga kalian.

"Iya Jan, makasih"balas Lara lalu tersenyum

"Kenapa setiap apa yang dia lakuin buat hati gue tersentuh"

"Pakai baju gue aja, ukuran kita kan ga beda jauh, apa kalian berdua mau nginep juga??"tanya Janna

"Sama Ka Jendra tuh"

"Ga usah Jan, gue harus pulang nyokap gue lagi di rumah, lusa mau ke Ausie lagi"ucap Nathan

"Gue engga dulu Jan"balas Bintang

"Ok, kalau gitu gue pamit dulu ya. Tante Rinjani aku izin pulang ya"ucap Janna lalu memeluk Renjani

"Iya Jan, hari hati ya"balas Renjani

"Iya Tante makasih ya"balas Janna lalu membantu Lara menuju mobil

Sesampainya di rumah sudah ada Shana yang sedang bersama Miracel, "ma ada Zena"ucap Janna

Wajah Miracel nampak kesal namun dia merasa kasihan tapi dia harus menjadi seorang yang bijak, dia juga seorang ibu.

"Sini Zena"panggil Acel

"Ma Zena nginep di sini ya. Bareng sama Shana, biar rame"ucap Janna sambil tersenyum

"Iya Jan, Shana Zena Tante tinggal dulu ya"ucap Acel lalu meninggalkan mereka semua

"Shan maaf"ucap Lara

"Terlambat"balas Shana

"Seharusnya gue ga ngerubah apapun"

"Apa yang mah Lo rubah sekarang?? , Lo mau bujuk Opah untuk batalin kata katanya, Gue rasa Lo harus belajar kalau mau jadi bagian keluarga Felosa. Dan gue masih menghargai Lo karena Lo ketua Rhocera"ucap Shana

"Maafin gue Shan, maafin gue udah buat orang yang selalu mendukung Lo pergi, maafin gue semua orang yang mendukung Lo harus pergi"sesal Lara

"Lo tau kan apa yang gue bisa lakuin, cuman diam"

"Tapi gapapa, karena memang takdir gue hanya mendapatkan penderitaan dan hanya bisa terdiam menyaksikan penderitaan gue berlangsung "jelas Shana

"Lo sama gue punya sama kesamaan yang terasa tapi ga realita, Lo ga punya bokap nyokap dalam bukti nyata" ,"Shan..." ,"Dan gue ga punya bokap nyokap yang sebenarnya mereka ada" , "Cuma itu kesamaan kita", "dan Lo juga merupakan Kaka dari seorang pembunuh, jangan lupain itu"

"Shan...."lirih Janna

"Kalau Lo mau benci gue silahkan, gue ga akan pernah larang Lo"ucap Lara lalu keluar dari rumah

"Shana gue rasa ucapan Lo sangat amat tidak pantas"tegur Janna

"Maaf"potong Janna sebelum Shana membalas ucapan Janna, "untuk kali ini Lo sudah lewatin batas Lo"

"Zen tunggu"panggil Janna

Lara berlari sekencang kencangnya, namun dia tidak menyadari kalau ternyata di depannya ada sebuah truk yang melintas dengan cepat, dan Lara tidak melakukan apapun, dia merasa lelah, "mungkin gue memang harus selesai ini semua dengan berakhirnya hidup gue"batin Lara

"Tinnnn......"

"BRAKKK!!...."

"ENGGA!!!"

NALARAWhere stories live. Discover now