"Sini, Put," katanya sambil menepuk paha.

Puput menurut. Dengan perlahan, ia melangkah mendekati suaminya. Tangannya segera diraih oleh Jata dan ditarik semakin merapat ke tubuh kekar itu. Puput berdebar. Ketika tubuhnya berada di pangkuan, napasnya mulai tidak teratur.

"Kayaknya aku nggak sabar menunggu sampai nanti malam," bisik Jata. "Sup kambingmu sudah bereaksi."

"Oh? Si adik sudah bisa bangun?" Puput mulai tegang. Apakah si adik sudah bisa bangun? Apakah sebentar lagi ia akan mengalami rasa sakit itu?

Jata menggeleng. "Belum. Tapi jantungku menjadi banyak."

"Hah? Mana bisa?"

"Ini buktinya, debar-debarnya nggak cuma di satu tempat, tapi di semua sisi dada."

Puput tertawa dengan lega. Ia selamat dari si adik saat ini. "Muka serius kayak kamu itu nggak cocok merayu receh, Kak."

"Aku merayunya serius, Put! Masa nggak kerasa?"

"Iya, iya! Kalau si adik masih tidur, lalu kita ngapain, dong?" Puput memasang wajah memelas.

Jata mulai memutar otak, mencari ide. "Hmm, kita lihat nanti." Matanya berpijar terang karena harapan. Apakah mereka akan berhasil di percobaan ke-39 nanti? Semoga!

Puput menjilat bibir dengan gugup namun senang. "Kalau begitu, habiskan dulu sup kambingnya, biar staminamu maksimal."

"Suapin!" rajuk Jata kembali

Puput berdecak manja. Disendoknya sepotong daging. "Bayi besar, ayo buka mulut! Haaaa," instruksinya. "Enak?"

Jata mengangguk. "Ini masakan apa namanya?"

"Sup Jakarta, Kak. Amis nggak?"

Jata menggeleng. "Hmm ... rasanya segar." Ia membuka mulut kembali dan Puput memberikan sepotong daging. Ia melahap daging itu dan mengunyah tanpa berprasangka. "Ini daging bagian apa, kok kenyal-kenyal?"

"Itu bagian khusus, Kak," jawab Puput dengan nada bangga.

"Oh, ya? Bagian khusus itu apa?"

"Torpedo dan buah pelir kambing. Enak? Aku beli dua set tadi. Tuh, masih ada stok di panci buat besok. Selain sumsum tulang, bagian itu juga bagus buat kejantan ...."

Kata-kata Puput tidak selesai. Suaminya menurunkan dirinya dari pangkuan, lalu menghambur ke tempat cuci di dapur. Di sana, lelaki gagah itu mengeluarkan seluruh isi perut.

"Kak, kenapa? Kok tiba-tiba muntah-muntah?" tanya Puput dengan cemas.

Jata menggeleng. "Torpedo itu ... Aku ... tiba-tiba mual banget!"

☘☘☘

Tidak semua makhluk memiliki keberuntungan sepanjang hayat. Ada yang merana dan tersia-sia. Ada yang selalu ditindas dan hidup dalam amarah serta dendam. Di dunia yang penuh kekelaman, apa yang bisa ditanam? Tentu saja kesenangan yang kelam juga.

Biarlah semua orang yang menderita berkumpul dan saling mendukung. Biarlah semua orang tahu artinya membalas dendam. Setiap hutang wajib dibayar, bukan? Kini saatnya menagih pembalasan pada kaum yang telah mencelakai mereka.

Di singgasananya di Puncak Bukit Matang Kaladan, Leilith tercenung menatap dunia. Dunia yang telah mengkhianati dan menganggapnya tak berguna. Sekarang, saatnya untuk menuntut balas. Saatnya untuk menunjukkan kepada dunia siapa yang berkuasa.

Manusia. Makhluk hina dipenuhi nafsu binatang dan keserakahan yang membabi buta. Aku akan memanfaatkan kelemahan kalian itu untuk kesenanganku!

Hmmm, aku semakin menyukai permainan ini. Lihatlah, rakyatku semakin banyak. Dari ujung ke ujung, semua yang berada di bayangan gelap pulau ini telah menjadi milikku.

Oh, aku tak sabar menunggu hari itu datang. Hari ketika tanganku bisa melingkari dunia, suaraku menggemuruh ke seluruh langit, dan jubahku menaungi semua makhluk yang menjerit.

"Wahai, semua anak-anakku!"

"Lihat baik-baik permainan ini. Bukankah kalian senang melihat penderitaan? Bukankah kalian senang kesakitanmu juga dirasakan mereka?"

"Hei, Kalila!"

"Saya, Tuan Putri?"

"Kurang berapa pasang lagi, hah?"

"Ampun. Tiga pasang."

"Hmmm ... Sebelum bulan purnama merah, kamu harus menggenapi 99 pasang, mengerti?"

"Siap, Tuan Putri!"

"Kanaya! Kemari kau"

"Saya, Tuan Putri."

"Pasangan ke-100, kenapa jadi begitu, ha? Aku perintahkan kamu membuat mereka bertikai, kenapa masih lengket saja?"

"Ampun, Tuan Putri."

"Kenapa kausuruh makhluk tanpa tanduk mengurus mereka? Bodoh sekali kau!"

"Ma ... maaf."

"Mulai sekarang, kamu sendiri harus mengurusnya! Berikan permainan terbaikmu!"

"Segera saya laksanakan, Tuan Putri!"

Kanaya, makhluk bertanduk sepuluh jari yang merupakan strata tertinggi di dunia Leilith, melesat pergi.


☆Bersambung☆

Buat yang nggak sabar nungguin apdetan, langsung cuuus aja ke Dreame.

Cerita ini udah tamat di sana. Sobat bisa memanfaatkan koin gratis di aplikasi itu.

Selamat maraton!

Percobaan 44Where stories live. Discover now