12. Cemburu seorang istri

Magsimula sa umpisa
                                    

Jendra meringis lucu menoleh kearah ayahnya. "Ajen lagi liat olap, telus Ajen itung banyak-banyak!."

Narendra pun menciup kepala putranya sambil bocah itu ia gendong dengan sayang. "Hari ini Ajen mau makan apa sayang?"

Jendra terlihat berpikir sebentar "Hmmm apa ya... Ajen bingung ayah, apa aja deh yang penting sama ayah soalna Ajen mau na sama ayah telus" ucap Jendra dengan memeluk leher ayahnya.

Narendra pun ikut mengeratkan gendongan nya pada tubuh si kecil. Pria itu sebenarnya merasa tidak tega saat Jendra menangis keras sambil meminta maaf atas kesalahan nya kepada dirinya dan juga sang istri, Narendra sangat mengerti putranya ini sangat aktif dan selalu penasaran dengan hal baru yang bocah itu temui. Apalagi Jendra baru menemukan bagaimana canggihnya 'pintu nobita' yang menurut bocah itu seperti pintu kemana saja. Diusia lima tahun bocah itu sudah memikirkan bagaimana kecanggihan sebuah lift dibuat. Apakah nobita yang membuat? Pertanyaan seperti itu yang sering bocah itu tanyakan di rumah baik pada ayahnya atau pada ibunya.

Disatu sisi Narendra juga sama sekali tidak memarahinya atau bahkan menatapnya dengan tajam sehingga membuat bocah gembul itu ketakutan.

Alih-alih memarahi atau mengomeli yang pria itu lakukan hanya menggendong nya dan terus membisikan tidak apa-apa pada telinga anaknya. Apalagi saat melihat istrinya yang mendadak lemas tidak bertenaga membuat putranya semakin dilanda rasa bersalah bahkan sampai tidak mau makan. Berulang kali menangis sambil meminta maaf terus menerus.

Diantara para sahabatnya yang sudah memiliki anak memang hanya Narendra yang tidak pernah memarahi anaknya. Pria itu hanya berbicara pelan sambil bermain bersama, disela-sela bermain itulah Narendra memberi tahu tentang sebab akibat di setiap perbuatan mereka. Narendra tidak mau menjadi ayah yang di takuti anak-anaknya, ia hanya ingin putranya nyaman saat berada dekat dengan nya. Semua itu ia pelajari saat perpisahan dengan Yasmine 3 tahun silam, tahun yang selalu Narendra sebut kalau itu adalag tahun kehancuran untuk dirinya, hidupnya dan rumah tangganya.

Dulu sejak bercerai Narendra mati-matian mempelajari parenting yang baik untuk putranya. Yasmine memang sudah jadi mantan istrinya saat itu, tapi tidak ada istilah mantan anak diantara hubungan sesama manusia. Anak tetaplah anak. Maka pria itu berusaha menurunkan ego nya dengan Narendra mengajak berdiskusi bersama Yasmine untuk polah didik putra sulung mereka meski mereka telah bercerai. Bahkan hingga mereka kembali bersama, keduanya selalu berdiskusi tentang putra mereka.

Sebelum bercerai Narendra tidak bisa menghabiskan banyak waktu dengan putranya mengingat kesibukan nya sebagai dokter umum yang sedang pendidikan spesialis. Di tambah Narendra yang masih denial dengan status nya yang semuda itu sudah memiliki anak. Tapi setelah bercerai Narendra merasa menyesal apalagi kehilangan momen penting pertumbuhan putranya. Ditambah depresi setelah perceraian membuat Narendra banyak melewatkan hari-hari penting putranya. Dan perlahan-lahan Narendra mendekatkan diri kepada putranya yang saat itu sama sekali tidak ingin di gendong oleh nya karena tidak mengenal dirinya kalau Narendra adalah ayah kandungnya.

"Kalau mcd mau gak?" Tanya Narendra dengan lembut.

Jendra mengangguk "mauu tapi bagi Iel sama Apa ya ayah?"

"Iya sayang nanti kita beli yang banyak ya.." Narendra mengecup lagi putranya. Kejadian tadi siang terus terang telah membuat dirinya trauma setengah mati. Bayangan putranya yang menghilang membuat dirinya sangat terpukul. Apalagi isak tangis sang istri yang sarat akan rasa khawatir pun membuat Narendra merasakan gagal menjadi suami. Pria itu sangat menyayangi putra nya. Pria itu tidak mau putra nya kenapa-kenapa.

"Ayah, Ajen mau ke bunda.."

Narendra mengangguk sambil menatap putranya. "Boleh.. tapi ayah boleh tanya gak sama Ajen?"

Pengabdi Istri (The Series)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon