-Prolog-

321 148 102
                                    

Gresik, Jawa Timur, Indonesia
Pukul 07.11 WIB 13 Mei 2022

"Bangun woy! Ngebo mulu lo nyet!"

Tok! Tok! Tok!

"Bangun gak! Sebelum gue laporin ke mama!" Putri Ayu Ningsih, sedari tadi lelah menggedor-gedor pintu. Membangunkan kakak pemalasnya, yang sampai sekarang belum juga bangun!

"Duh iya-iya! Cerewet lo nak kadal!" Sahutan kakaknya terdengar, Shinta Permatasari Aulia.

"Sialan lo!" Putri menggebrak pintu kamar kakaknya keras. Setelahnya ia pergi dengan kesal, meninggalkan saudaranya daripada terkena darah tinggi di pagi hari.

Sedangkan dari dalam kamar...

Saudarinya masih linglung, melamun di atas kasur mengumpulkan nyawa. Ia menoleh ke arah jam beker, loading dulu.

"OMAYGAT-OMAYGAT! GUE KESIANGAN!" Terkejut, ia melompat dari kasur dan lari ke kamar mandi.

Belum 5 menit di dalam ia sudah keluar, mengacak-acak lemari dan menarik bar-bar seragam sekolahnya. Hijab ia lilit-lilit di leher berantakan, melesat ke sudut belajar dan menata semua barang yang dibutuhkan. Selesai!

Ia berlari menuruni tangga, membawa badannya ke ruang makan. Duduk dengan kasar, lalu mengambil sarapan awur-awuran. Pikirnya 'bodo amat, penting makan'. Keluarga yang menyaksikan hanya menggelengkan kepala. Kakek Dahlan, nenek Suci, dan mama Dewi.

"Pelan-pelan makannya Shinta, nanti tersedak loh!" Celetuk mamanya, Dewi Arini.

"Mangkannya jangan ngebo terus lo! Telat kan jadinya! Mana gue ikut telat lagi, ah!"  Sahut Putri menggerutu, ia selesai makan dari tadi. Menunggu kakaknya bersiap, seperti menunggu pohon mangganya berbuah selama 1 tahun.

"Berisik!" Sentak Shinta sebal.

Semuanya sempurna, tinggal berangkat sekolah. Dua bersaudara itu berpamitan. Shinta dengan taksi online bersama temannya, Zianica, sedangkan Putri dengan ayahnya.

Pukul 07.23 WIB..

"Cepetan lagi dong pak, kasihan nih kita telat!" Shinta berbicara.

"Sabar toh nduk, bapak sudah gas pol ini." Si sopir kalang kabut, di depan sana terjadi macet sedangkan pelanggan menyuruhnya ngebut. Perjuangan cari duit.

"Ini semua gara-gara lo! Tidur gak tau waktu, udah kaya beruang hibernasi aja!" Zianica menyahut.

"Berisik lo! Harusnya lo bangunin gue lebih awal!"

"UDAH GUE BANGUNIN DARI SUBUH TADI! GUE TELFON HP LO GAK AKTIF!"

"LO KOK NGEGAS SIH?"

"Ya lo gak tau diri sih, nyalahin orang! Benerin noh kerudung lo!"

"Sudah-sudah, ya Gusti kalian ini.." [ya Tuhan kalian ini] bapak sopir melerai, tampaknya makin pusing dengan perdebatan pemuda di belakangnya. Shinta melengos, membenarkan kerudungnya dongkol. Zianica pun sama melengosnya, lebih tertarik memandangi keadaan luar kaca mobil dibanding wajah teman sengkleknya.

"Woy Zia! Lo punya peniti gak? Gue lupa bawa..." Shinta meringis setelah mengeluarkan kalimat terakhir. 'Bisa-bisanya gue lupa, ya kali gue iket pake tali rafia', batinnya.

"Duh, gimana sih, lo? Nyusahin aja!" Zia menanggapi, ia membuka resleting tas dan mengobrak-abrik isinya, dan bingo! Ketemu! Ia memberikan peniti bohlam temuannya pada manusia jadi-jadian di sampingnya. Sedang kesal pun ia tetap membantu kawannya, meski mengulurkan secara ogah-ogahan.

"Ada lagi gak?" Tanya Shinta setelah menerima pemberian Zia.

"Banyak mau lo!"

Pukul 07.31 WIB..

Phone Love: The series of Love 1Where stories live. Discover now