Part 17 : Antara Musibah dan Rezeki

Mulai dari awal
                                    

Rambutnya dicepol asal-asalan. Begini anak gadis kalau dirumah. Tidak pakai jilbab, tampilan sangat berantakan, tidak mencerminkan gadis sejati. Tolong para remaja laki-laki khususnya jangan main datang kerumah ya, bisa jadi para gadis belum siap, kabar-kabar dulu pokoknya.

Seperti halnya Ona yang terkadang ada tamu, dirinya sedang santai didepan TV. Eh si tamu main nyelonong aja, nah ini yang membuat Ona kelabakan lari tunggang langgang menuju kamarnya yang dilantai dua. Sering terjadi. Sama kaya penulis.

"Bang!" Serunya mengintip disela-sela pintu utama. Melihat Raka dan bundanya asyik guris di teras. Tanpa dia? Sungguh kejam.

Raka yang merasa terpanggil menoleh sebentar. Dagunya terangkat tanda bertanya.

Sedangkan Ona menoleh sekeliling melihat apakah dengan tampilannya yang seperti ini akan dilihat para tetangga?. Dirasa aman gadis itu keluar dengan santai menuju teras.

"Kenapa gak pake jilbab?." Tanya bunda Lita pada anak perempuannya.

Ona hanya nyengir kuda tanpa dosa, "Hehe nanti bun." Tangannya terangkat untuk mengambil roti bolu yang tersaji. "Ada makanan enak Ona kaga di panggil ye, sungguh kejam." Kesalnya sambil mengunyah bolu coklatnya.

Raka dan bunda hanya terkekeh kecil. "Kirain adek tidur ya bun." Balas Raka yang masih asyik dengan secangkir kopi ditangannya.

"Mana ada, Ona cuma tiduran aja sambil main HP." Ucapnya mengingat kegiatannya beberapa menit yang lalu.

Raka mengangkat bahunya, "Mana abang tau." Tuturnya. "Nanti jadi latihan?." Lanjut Raka menatap wajah Ona.

Ona mengangkat wajahnya, tangannya dengan lincah menyingkirkan anak rambut yang berseliweran diarea mata. "Jadi dong! Boleh kan bun latihan motor lagi?," Balasnya sambil menatap harap kepada Ibunda.

Lita tersenyum menganggukan kepalanya. "Boleh, tapi hati-hati ya." Pesannya.

Ona mengangguk-angguk antusias. Tanganya menarik-narik kaos yang dikenakan abangnya sampai tubuh laki-laki itu terguncang karenanya.

"Ayo bang!" Ajaknya membuat Raka pusing meladeni tingkah adeknya ini. "Iya iya nggak usah tarik-tarik baju dek." Balasnya membuat Ona berjingkrak-jingkrak semangat lari masuk kerumah.

Bunda dan Raka tak heran lagi. Gadis itu memang membuat geleng-geleng kepala melihatnya.

Raka pun beranjak mengambil motor matic milik Ona yang memang sengaja dibelikan oleh ayah dulu. Matic Scoopy coklat susu itu telah keluar sempurna dari kandang dan sedang di panaskan oleh Bang Raka.

Ona pun keluar dari rumah setelah mengambil jilbab instan hitamnya. Mengambil sendal jepit yang tergeletak dirak dan memakainya.

"Bunda! Ona sama abang pergi dulu ya!" Pekiknya dari halaman, dan posisi bundanya sudah berada dirumah.

"IYA!" teriakan bunda membuat keduanya tertawa geli. "ASSALAMU'ALAIKUM!" Teriak keduanya membalas bunda.

"WAALAIKUMUSSALAM! HATI-HATI!" Pekik bundanya yang sudah berdiri didepan pintu sambil memegang centong nasi ditangan kanannya.

Ona bonceng di belakang dengan tangan memeluk posesif abangnya. Sudah biasa. Dia sengaja banget memeluk abangnya. Katanya simulasi nanti kalo udah nikah kan jadi gak kaget, hehe. Alasan yang klasik menurut Raka, tapi laki-laki itu tak mempermasalahkan.

LOVING AMBULANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang