Ekstra 1

978 82 0
                                    

Di sebuah kamar apartemen bernuansa klasik seorang pemuda masih tertidur pulas. Namun, secara tiba tiba pemuda itu terbangun dengan nafas terkenal segal, menatap sekeliling.

"Gue di mana anjirr? "

Pemuda itu menatap kalender yg ada di nakas lalu menyirit pelan.

"Gue cuma tidur semalem? " pria itu menggeleng pelan.

"Arkiel kayaknya lo mulai gila" gumam arkiel berjalan menuju kamar mandi.

Saat keluar kakinya tak sengaja menendang sebuah buku. Buku dengan sampul hitam, terlihat seperti salah satu koleksi novelnya, pria itu membuka membaca judul yg tertera di sana.

I LOVE YOU MOM AND DAD

Kurang lebih begitu yg tertera di sana. Arkiel menyirit mendudukan diri di kasur lalu membaca tiap kata di dalam nya.

"Hahh??? Ini... " arkiel menatap tak percaya novel di tangan nya. Novel itu menceritakan 3 gadis dan 2 pemuda, 6 remaja yg tumbuh dengan kasih sayang 2 teman mereka.

Ini benar benar persis seperti yg ia mimpikan, arkiel merasa apa itu mimpi atau bukan, arkiel menggeleng pelan lalu membalik kan buku yg menampilkan foto 6 pemuda pemudi di atas panggung pelaminan.

Wajahnya nampak asing arkiel memasukan novel itu ke rak buku lalu berjalan menuju nakas tak sengaja ia menemukan sebuah kotak jam kala di buka menampakan jam yg sama persis yg pernah di berikan di mimpinya.

"Mungkin semalem gue mimpi, tapi mimpinya penuh kenyataan" arkiel memakai jam itu lalu mengambil kunci mobil dan melesat menuju caffe miliknya.

"Gimana keadaan caffe? " tanya arkiel pada salah satu karyawan nya.

"Semuanya baik tuan. Arkiel mengangguk lalu berjalan menuju salah satu meja.

" haahh... Semua mimpi itu terlihat nyata... Sentuhan nya begitu melekat" gumam arkiel menatap depan tak lama seorang waiters mengantarkan menu makanan pada meja arkiel.

"Terimakasih" waiters itu nampak terkejut lalu mengangguk dengan tersenyum. Karna tak biasanya tuan mereka mengucapkan Terimakasih walau masih dengan wajah datarnya.

"Akhh" suara pekikan perempuan membuat arkiel menghentikan makan nya. Berjalan ke arah seorang gadis yg terduduk di lantai dengan darah di lengan serta kakinya, terlihat seorang waiters menunduk ketakutan kala melihat tuan nya mendekat.

"Kau bisa bekerja nona? " waiters itu mengangguk Dengan takut.

"Kembali ke ruangan saya" waiters itu langsung undur diri sedangkan arkiel menatap gadis yg masih mencoba menghentikan darah di lengan nya.

"Kalau dengan begitu darah itu tidak akan pernah berhenti nona... " arkiel menatap gadis di depan nya yg menatapnya dengan wajah terkejut.

"Permisi" arkiel menggendong gadis itu menuju mobilnya mendudukan nya di samping kemudi buru buru menuju rumah sakit.

Selepas gadis itu di tangani arkiel kini sda di ruangan dengan gadis itu yg masih terdiam.

"Emm... Terimakasih... " suara lembut milik gadis imut itu membuat arkiel mengangguk.

"Saya akan ke administrasi sebentar" gadis itu tak menyahut namun kala arkiel akan keluar dia berteriak.

"Tunggu... Biar nanti suami saya saja yg mengurus, dia akan segera kemari" arkiel nampak mengangguk ternyata gadis di depan nya sudah memiliki seorang suami.

"Emm... Saya tasya... Terimakasih sudah menolongku... Dady" ujar gadis bernama tasya itu dengan menekankan suara di akhir kalimat.

"Ya... Lain kali hati hati" tasya mengangguk tak lama seorang pemuda datang tergopoh gopoh menanyai keadaan istrinya.

"Anda siapa? " tanya pemuda itu pada arkiel.

"Ah.. Sebelumnya mohon maaf, saya arkiel, pemilik caffe tempat di mana kejadian istri anda terluka karna kelalaian karyawan saya" ujar arkiel membuat pemuda itu terdiam menatap nya.

Arkiel merasa risih di tatap begitu oleh pemuda itu apa lagi mata pemuda itu terus tertuju pada jam yg di pakainya.

"Daddy... " gumam pemuda itu membuat arkiel yg tak sengaja mendengarnya menyirit.

"Emh... Saya Nathaniel anda bisa memanggil saya niel tuan" sahut pemuda itu sopan.

"Oh ga perlu terlalu formal, kalau begitu saya kembali, permisi" arkiel keluar ssetelah mendapat anggukan dari pemuda itu.

"Kenapa dia bergumam daddy tadi? " gumam Arkiel lalu berjalan tak mau tau menuju loby.

Namun di lorong dia bertabrakan dengan seorang dokter wanita yg membawa barang barangnya sehingga barangnya berhamburan.

"Ups... Sorry.. Saya tidak sengaja maaf" suara wanita itu begitu indah kala di tangkap oleh indra pendengar an arkiel.

"Maaf saya juga tak melihat anda tadi" arkiel membantu memungut barang barang wanita itu.

Tak sengaja tangan keduanya sama sama mengambil sebuah pulpen lalu keduanya saling pandang dan terpaku di tatapan masing masing.

Tak lama sebuah sinar dari jam miliknya dan milik wanita itu menyadarkan keduanya. Arkiel menatap jam yg bersinar sama persis dengan jam yg di pakai wanita itu yg juga bersinar. Tak lama terlihat wanita itu mengerang lalu jatuh pingsan.

"Kenapa kalian hoby banget di gendong aku sih" ujar arkiel menggendong wanita itu ke atas brangkar yg suster bawa.

"Gimana dok? " tanya arkiel kala dokter selesai memeriksa dokter cantik tadi.

"Dia dokter baru di sini, tapi tidak ada yg salah dengan nya" ujar dokter pria itu membuat arkiel menghela nafasnya.

"Anda siapa dokter sela memang? " tanya dokter pria itu membuat arkiel menatap wajah angkuh milik sang dokter.

"Saya calon suaminya. Lebih baik anda keluar tuan, sebelum saya robohkan bibit bobot anda" ujar arkiel membuat dokter tersebut berjalan keluar karna enggan berurusan dengan arkiel.

Tak lama mata indah dokter cantik itu terbuka, wanita itu memegang kepalanya lalu mengedarkan sekeliling dan berhenti tepat di arkiel.

"El... " seolah familiar arkiel memegang di tempat.

"Kita ketemu... Aku... Senang banget" tiba tiba jantung pria itu berdetak cepat bersamaan dengan wanita yg arkiel ketahuilah bernama sela memeluknya.

"El... Kamu ga lupa kan sama aku? " arkiel dengan ragu menatap sela.

"Sistem" spontan sela mengangguk antusias lalu menggenggam tangan arkiel yg kini terkejut. Tanda merah di lengan gadis itu berubah menjadi bentuk love dan itu di saksikan oleh keduanya, tak lama tanda itu hilang bersamaan dengan jam tangan milik keduanya yg hancur menjadi debu.

"Akhirnya" arkiel memeluk sela erat sesekali mencium dahi wanita itu

Tanpa keduanya sadari dari jendela sepasang suami istri menatap mereka dengan tersenyum senang.

transmigrasi figuran boy (Completed)Where stories live. Discover now