(28) 5. Manusia Berencana, Manusia Lain Merusaknya 4

294 86 77
                                    

Kalau mau boleh jujur, rasanya Voni masih capek banget. Kayaknya gara-gara Sabtu kemaren itu sih. Bayangkan aja. Dari ngajar tiga jam—gantiin kelas Tora, eh langsung disambut belanja buah, siap-siap arisan, dan cuci piring seabrek.

Voni memang istirahat di hari Minggu, tapi kayaknya itu masih belum cukup. Jadi nggak heran kalau dia udah menyusun jadwal Senin itu dengan tambahan jam istirahat. Rencananya sih habis kelasnya di jam lima, dia bakal langsung balik. Nggak muluk-muluk. Dia cuma pengen tidur cepat setelah makan malam.

Rencananya. Itu memang rencana yang sudah Voni susun sepanjang perjalanan ke GALAXY. Rencana yang kayaknya memang bakal jadi rencana saja.

Tora minta Voni gantiin kelasnya di jam tujuh ntar. Nggak tanggung-tanggung sih. Tora punya dua kelas malam itu.

"Jujur saja," kata Tora sambil pegang leher. Dia membuang napas dan wajahnya kelihatan berubah lelah gitu. "Badan aku capek banget."

"C-capek?"

"Kan kamu tau sendiri. Sabtu kemaren ada arisan di rumah."

Cuma kayaknya Tora nggak ada ngapa-ngapain deh. Benar kan? Dia di kamar dan sepanjang acara berlangsung, dia nggak gerak dikit pun. Bahkan untuk angkat piring yang sudah dicuci Voni pun nggak.

"Belum lagi malamnya aku ada acara sama teman-teman."

Ya itu resiko dia kan? Lagian kan ikut acara atau pesta itu memang hobi Tora.

"Jadi kayaknya aku masih agak capek gitu walau Minggu kemaren aku udah istirahat seharian."

Persis kayak Voni. Cuma kalau Voni kan alasannya masuk akal ya? Gila aja! Nyuci piring bekas acara arisan tuh bukannya dikit loh.

"Gimana? Kamu bisa kan gantiin kelas aku?"

Tora natap Voni dengan sorot mengiba dan wajah memelas. Dia kelihatan capek banget. Cuma gimana ya?

Voni juga capek. Badannya udah berasa remuk, tapi ini Tora.

"Ya?"

Voni narik napas dalam-dalam. Bahkan kalau Tora bukan pacarnya, dia aja kasihan. Apalagi ini? Tora jelas-jelas adalah cowoknya dan Voni nggak mau Tora kecapekan.

"Iya," angguk Voni. "Aku gantiin deh kelas kamu."

Sontak saja sorot mengiba dan wajah memelas Tora hilang. Dia langsung kelihatan cerah dan nggak lupa bilang.

"Makasih banyak, Ni! Kamu memang pacar paling baik sedunia. Aku jadi makin sayang sama kamu."

Nggak perlu heran deh kalau pipi Voni jadi makin merah. Dia senyum malu gitu sambil lirik ke pintu pantri, khawatir kalau ada yang mendadak datang dan memergoki mereka.

"Udah ah," ujar Voni menarik diri dari belaian Tora. Dia mengulum senyum dengan ekspresi menggemaskan. "Malu kalau ada yang lihat."

"Buat apa malu? Toh kenyataannya kamu memang pacar aku."

"Iya iya iya. Aku memang pacar kamu dan ngomong-ngomong soal itu ..."

Suasana lagi enak. Atmosfer di antara mereka lagi bagus. Jadi Voni mencoba buat ambil kesempatan.

"... Kak Jordi kemaren nanyain soal kamu deh."

Wajah Tora langsung berubah. Senyum yang tersungging menghilang tanpa jejak sama sekali.

Voni jelas bisa nangkap perubahan ekspresi Tora. Cuma gimana? Sudah kepalang buka topik pembicaraan kan? Jadinya dia terus aja ngomong yang sebenarnya.

"Dia nanya kenapa kamu langsung pergi habis ngantar aku? Nggak pake mampir bentar gitu."

Hunky Dory 🔞 "FIN"Where stories live. Discover now