(22) 4. Pelan-Pelan Saja. Biar Kerasa dan Berbekas 5

375 93 41
                                    

Ini bukan 'katanya' loh, tapi memang sudah dibuktikan melalui penelitian ilmiah. Ternyata konsumsi kopi itu bermanfaat untuk membangkitkan rasa bahagia dan percaya diri.

Tercatat adalah kafein yang terkandung di dalam kopi berfungsi sebagai penstimulasi sehingga bisa meningkatkan suasana hati. Selain itu juga memberikan dorongan energi yang dapat menekan efek lelah.

Secara garis besar sih kafein menghambat kerja reseptor adenosin yang menyebabkan rasa kantuk. Selanjutnya hormon dopamin di otak akan naik dan inilah yang menstimulasi sensasi senang, bahagia, dan lainnya. Jadi terang saja ya kenapa kopi menjadi salah satu pilihan tepat untuk mengubah mood.

Persis dengan yang terjadi sama Voni siang itu. Apalagi yang dia sesap bukan kopi sembarang kopi. Ini adalah kopi Torab—eh!

Maksudnya ini adalah kopi dari Tora.

Duh! Voni mengulum lidah. Kopi itu masih terlalu panas.

Ini pasti gara-gara Ellys. Keseringan ledekin Tora kopi sih. Jadinya aku refleks gitu.

"Gimana?"

Tora menarik kursi kosong dan duduk nyaman. Fokus matanya benar-benar tertuju pada Voni saat cewek itu kembai menyesap, kali ini dengan lebih hati-hati.

"Berasa segar lagi kan?"

Bibir cangkir tertahan di depan bibir, Voni mengangguk. "Lebih dari segar."

Ekspresi wajah Voni memberikan jawaban lebih dari yang diharapkan Tora. Binar-binar di matanya berhasil menggambarkan perubahan suasana hati yang telah terjadi.

Cangkir kopi terangkat kembali. Voni ingin menikmati rasa khasnya lagi. Namun, sesuatu melintas di benaknya dan buat tangannya berhenti.

"Ah, Tor!"

Tora bergeming. Tanpa sadar, dia menahan napas di dada. "Ya?"

"Kamu ditanyain lagi sama Kak Jordi."

Tora membuang napas panjang. "Jadi itu yang buat kamu kelihatan lesu dari tadi?"

Sebenarnya sih nggak. Cuma gimana ya? Yang satu ini memang spontan terpateri di dalam ingatan. Soalnya Jordi udah ngasih ultimatum gitu.

"Kak Jordi nyuruh kamu ke rumah loh," ujar Voni tanpa menjawab pertanyaan Tora. "Pas acara kemaren, Kak Jordi udah nunggu-nunggu banget buat ketemu kamu."

Kaki Tora bergerak. Ia sedikit mendorong sehingga roda-roda di kursi bergerak samar. Kursi mundur dan Tora menyandarkan punggung.

"Kamu sudah bilang kan ke kakak kamu kalau aku ada acara?"

"Sudah, tapi ya itu. Kak Jordi tetap ngasih ultimatum."

Ucapan Voni memberi kesan nggak enak buat Tora. Lihat saja. Dahi cowok itu mengerut dan sorot matanya jadi berubah.

"Ultimatum?"

"Iya," angguk Voni mempertegas perkataannya. "Kalau kamu nggak mau ke rumah, katanya lebih baik kita putus."

Tora melongo. "Segitunya?"

Kali ini Voni diam. Sikap Tora mau nggak mau buat perasaannya jadi nggak nyaman juga. Saking nggak nyamannya jadi buat dia menaruh kopi di meja.

Kayaknya sih sekarang kafein nggak bakal manjur. Omongan Jordi dan Gyo sudah keburu berputar-putar di benaknya.

"Tor."

Bukan cuma lesu yang sekarang bertengger di wajah Voni, melainkan hal lain. Ada kebimbangan dan keragu-raguan di sana.

"Kamu sebenarnya serius kan sama aku?" tanya Voni takut-takut. "Sebenarnya aku nggak mau nanya gini, tapi aku beneran jadi kepikiran."

Hunky Dory 🔞 "FIN"Where stories live. Discover now