(11) 2. Persamaan Orang Baik dan Pembohong? Sama-Sama Mudah Capek 5

377 100 28
                                    

Ellys:
Kebetulan aku lagi banyak kerjaan, Kak.
Kapan-kapan aku pasti ke rumah.

Balasan Ellys nggak seperti yang diharapkan Jordi. Memang terkesan baik-baik saja, tapi nggak mengindikasikan apa pun. Sebaliknya, justru membuat Jordi merasa aneh.

Kayaknya memang mereka lagi ribut.

Jordi melayangkan pandangan ke seberang. Menembus kaca di pintu samping dan melihat Voni yang sedang bersama Ciko.

"Ck."

Decakan samar Jordi menarik perhatian Ugo. Cowok itu ikut-ikutan melihat ke titik mata Jordi memandang. Ia bergumam rendah.

"Kombinasi yang nggak bagus."

Jordi melihat Ugo dengan ekspresi tak berdaya. "Siap-siap saja telinga kita pecah."

Kayaknya Tuhan benar-benar mendengar perkataan Jordi. Tepat sedetik setelah dia berucap gitu, senar gitar Ciko mulai beraksi.

"Andaikan kau datang kembali. Jawaban apa yang kan kuberi. Kusudah tak ada duit lagi. Untuk cicilan bulan ini."

Paduan suara malam Minggu dimulai. Kali ini bukan cuma Ciko yang berhuwo-huwo. Melainkan Voni ikut-ikutan juga.

Dimulai dari tembang Andmesh Kamaleng yang berjudul Andaikan Kau Datang Kembali, Voni dan Ciko layaknya duo maut yang sukses membuat malam Minggu jadi malam duka.

"Hahaha."

Ciko terbahak setelah menuntaskan huwo-huwo sepanjang lima ketukan. Di sebelahnya, Voni ikut-ikutan tergelak seraya memukul tangannya sekilas.

"Kamu ini memang obat stres paling mujarab."

"Obat stres sih obat stres," ujar Ciko geli seraya mengusap tangannya. "Cuma ya nggak usah pake pukul-pukul juga."

Memang kebiasaan cewek sih. Kalau ketawa, bawaannya suka pukul-pukul nggak jelas. Ciko sampe mengerutkan dahi.

"Kenapa sih gitu, Kak?"

Voni masih berjibaku dengan rasa geli. "Apa? Apanya yang kenapa?"

"Itu ..."

Ciko sedikit mengubah posisi duduknya untuk bisa melihat sang kakak lebih jelas. Memeluk gitar, ia menjelaskan maksudnya.

"... suka pukul-pukul nggak jelas. Ketawa, pukul-pukul. Nangis, pukul-pukul. Marah, juga pukul-pukul. Ehm nggak bisa normal saja gitu?"

Voni mengusap basah di mata, masih cengar-cengir. "Siapa?"

"Siapa?" tanya balik Ciko. "Siapanya yang siapa?"

"Itu loh. Siapa yang ketawa, nangis, dan marah bawaannya pukul-pukul kamu?"

Ciko terdiam. Voni menyipitkan mata dan menatap lekat sang adik.

"Siapa heh? Bilang ke Kakak sini. Biar Kakak pentung juga. Sembarangan pukul-pukul kamu."

"Ini barusan ada yang pukul-pukul aku. Kayaknya sih amnesia gitu."

"Hahaha. Kalau Kakak kan nggak masuk hitungan."

Ciko mencibir. "Suka-suka Kakak aja deh."

Mendeham singkat, nyatanya Voni nggak memindahkan tatapan dari sang adik. Dilihatnya wajah Ciko yang mulai terlihat berubah. Tampak lebih dewasa dibandingkan masa abu-abu dulu.

Mungkin karena gaya rambutnya? Ehm bisa jadi.

"Kamu ada naksir cewek di kampus?"

Baru saja Ciko akan memulai lagi petikan gitarnya, Voni justru menanyakan hal yang nggak dia duga. Dia refleks menoleh dan Voni tersenyum menggoda.

Hunky Dory 🔞 "FIN"Where stories live. Discover now