(20) 4. Pelan-Pelan Saja. Biar Kerasa dan Berbekas 4

349 88 24
                                    

"Kamu mau aku kenalin sama anak pemilik toko sebelah?"

Voni tergelak. "Nggak."

"Dia juga pintar. Udah S2 dan sekarang lagi bantu-bantu ngurus toko."

"Nggak, Lys, nggak."

Ellys nggak nyerah. "Atau sama anak Pak RW aku deh. Kamu tau kan? Pak RW aku baik hati. Bibit, bebet, dan bobotnya sudah teruji secara klinis di ITB dan IPB."

Tawa Voni kembali pecah. Sementara Ellys? Cewek itu benar-benar serius. Bahkan saking seriusnya, dia udah nggak peduli lagi tuh sama empingnya.

"Kalau dia sebagus itu," kata Voni di sela-sela tawa. "Kenapa nggak kamu aja yang deketin?"

Ellys manyun. "Dia nggak suka sama cewek pendek kayak aku."

"Eh, masa?"

"Serius," angguk Ellys. "Aku kependekan buat standar dia."

"Ehm kayaknya dia tipe cowok yang benar-benar lihat fisik."

"Kalau bukan fisik, terus memangnya apa yang dilihat? Kejiwaan? Roh?"

Ah! Ini menyadarkan Voni kenapa dia dulu tertarik temenan sama Ellys. Apa aja yang keluar dari mulutnya berpotensi buat ngakak.

"Cuma, Ni."

Nah! Kalau Ellys sudah mengeluarkan kata 'cuma' maka itu biasanya ada hal serius yang akan dibicarakan. Persis kayak sekarang.

Ellys tampak serius. Nggak ada lagi tanda-tanda guyon di wajahnya yang mungil.

"Aku ngomong gini beneran karena aku peduli sama kamu."

Apalagi kalau pake pembukaan begini, sudah deh. Voni yakin kalau Ellys sudah sangat amat serius. Seriusnya ngalahin ibu-ibu yang nawar harga di pasar.

"Kamu tuh harusnya dapat cowok yang beres. Nggak kayak Tora."

Voni menarik napas. Apakah Ellys akan lanjut bicara? Atau ia bisa sedikit melakukan pembelaan?

"Lys."

Entah ini pembicaraan yang keberapa di antara mereka dengan topik Tora. Sudah nggak terhitung lagi sebanyak apa pendapat bernada serupa yang dilontarkan Ellys ke Voni.

"Kamu nggak lihat? Di antara banyak cowok, Tora itu baik banget. Cowok zaman sekarang itu loh banyak yang omongannya kasar, tukang selingkuh, dan bahkan suka mukul."

Bola mata Ellys berputar malas. Dia sedikit beringsut demi duduk tepat di hadapan Voni. Nggak peduli gimana seprai semakin berantakan, dia pastikan memaku Voni dalam satu tatapan lurus.

"Zaman sekarang memang banyak cowok nggak bener, tapi nih ya. Cowok yang omongannya nggak kasar, nggak selingkuh, dan nggak suka mukul, itu bukan cowok yang wah! Itu tuh level standarnya pacar," tentang Ellys panjang lebar. "Kalaupun ada cowok yang nggak gitu, artinya ya memang mereka di bawah standar."

Ellys meringis. Kalau dipikir-pikir, dia jadi geram sendiri. Siapa sih yang sudah menurunkan standar jadi sedrastis itu?

"Ibaratnya kalau helm, nih ya. Helm yang melindungi kepala buat kecelakaan itu adalah helm standar. Bukan helm proyek buat hindarin kita dari kang tilang. Jadi please deh. Kamu jangan nurunin standar."

"Iya, Lys, iya. Tora memenuhi standar itu kan?"

Pertanyaan Voni membuat Ellys menelengkan kepala. Secara harfiah, kayaknya sih iya. Persis kayak yang dibilang Voni. Tora nggak suka ngomong kasar, nggak selingkuh, dan nggak pernah mukul. Selain itu dia punya pekerjaan tetap. Ehm, tapi kok ada yang aneh?

"Mungkin iya, tapi sikapnya yang lain nggak."

Voni yang nyaris tersenyum, jadi urung.

"Dengar, Ni. Memangnya kamu nggak merasa sedang digimanain gitu sama Tora? Kamu lembur gantiin dia kerja sementara dia party? Bukannya dari sini ketahuan ya kalau dia nggak tau yang namanya skala prioritas? Mana wajib dan sunnah? Mana penting dan nggak?"

Hunky Dory 🔞 "FIN"Where stories live. Discover now