(23) 4. Pelan-Pelan Saja. Biar Kerasa dan Berbekas 7

317 89 57
                                    

Buat orang yang dalam rencana menjalani hidup sehat serba organik, nama Rofnus sih udah nggak asing lagi. Bolak-balik masuk televisi, majalah, atau media informasi lainnya, perusahaan yang berpusat pada sayur dan buah ini adalah pilihan tepat.

Royal Flora Nusantara sih awalnya dikenal dengan pemasaran buah-buah eksotis khas Indonesia. Terus lama kelamaan ia pun melebarkan sayap demi memenuhi keinginan konsumen yang juga pengen menikmati buah-buah asing.

Sampai sekarang sih kayaknya nggak ada yang bisa menyaingi Rofnus untuk masalah sayur dan buah. Kakinya udah mantap, juga selalu jadi pilihan pertama dan utama buat mereka yang mementingkan kualitas.

Jadi Voni nggak heran kalau Purianti Sahputri meminta dirinya buat beli buah Rofnus. Sebagai tuan rumah arisan, Puri pasti mau memberikan yang terbaik kan buat tamu-tamunya?

Cuma gimana ya? I-ini bakal dibayar Tora kan buah sebanyak ini? Aku cuma nolong milihin aja kan?

Voni sih sempat mikir gitu. Mungkin itulah alasan kenapa Puri ngirim pesan ke dia, bukannya ke Tora. Udah jadi rahasia umum kan? Cewek terkenal lebih teliti dan telaten dalam memilih.

Kayaknya sih gitu.

Voni dan Tora mendorong troli yang berbeda. Untungnya mereka nggak perlu menunggu lama untuk antre di kasir. Cuma butuh tujuh menit dan giliran mereka tiba deh.

Tora mengeluarkan semua belanjaan mereka. Sang kasir dengan cepat memindai harga dan jreeeng! Totalnya keluar senilai 1.520.000 rupiah.

"Total semuanya 1.520.000 rupiah."

Sang kasir lihatin Voni dan menunggu. Dia jadi mengerjap nggak enak, terus berpaling. Niat hati Voni mau nanya sama Tora, eh cowok itu langsung dorong troli lagi.

"Aku tunggu di parkiran."

W-what?

Voni gelagapan. Tora udah keburu pergi sementara pembayaran belum selesai. Mau nggak mau, dia pun harus keluarin dompet.

Y-ya ampun. Gaji aku tinggal berapa lagi sih?

Voni sih yakin dari empat juta yang masuk di awal bulan, belum ada pengeluaran berarti yang dia pake. Itu nggak lepas dari fakta stok skincare-nya masih ada dan cukup bahkan sampe awal bulan besok.

"I-ini, Mbak."

Pembayaran selesai nggak sampe lima menit. Voni memasukkan kartu debit kembali ke dompet dengan rasa nggak nyaman. Jadi alih-alih langsung menyusul Tora ke parkiran, dia menepi bentar buat ngecek saldo rekening.

K-kayaknya 1,5 juta cukup kan buat dua minggu? Cukup kok cukup. Ini masih lebih banyak timbang bulan kemaren.

Voni tarik napas dalam-dalam. Yah, pemikiran positif memang berguna banget biar diri jadi lebih tenang.

Perjalanan menuju rumah Tora nggak terlalu lancar seperti yang sempat dibayangkan. Berkat belanjaan yang lumayan banyak dan nggak bakal bisa teratasi dengan motor, Tora pun mengendari mobil sang ayah sehingga mereka sedikit terlambat.

Pas mereka sampe, hari sudah jam setengah empat. Bentar lagi acara bakal dimulai. Jadi nggak heran kalau mereka sudah pada heboh.

"Ya ampun. Kalian lama banget. Acaranya sudah mau dimulai."

Voni tertegun. Senyum, sapaan yang sudah di ujung lidah, dan tangan yang menawarkan salam, terjeda semua. Dia rencananya mau menyapa Puri, tapi nyonya rumah udah panik seraya menerobos buat lihat belanjaan di mobil.

"Tor! Buruan angkat sirupnya duluan. Biar bisa buat minum. Aduh! Kalian ini lama banget sih. Ni? Voni?"

Voni mengerjap. "Y-ya. Tante apa ka—"

Hunky Dory 🔞 "FIN"Where stories live. Discover now