- EPILOG -

471 62 2
                                    

Rumah dengan ruang tengah yang besar itu sepi. Hanya ada satu lelaki yang sedari tadi gelisah menatap layar laptopnya. Kuku jempolnya di gigit, berkali-kali ia memperbarui laman yang sama, berharap tampilan yang sedari tadi di ihatnya berganti.

Siang ini, harusnya tulisan besar Universitas Yonsei itu ditambahkan satu papan pemberitahuan tentang nama-nama calon mahasiswa yang berhasil diterima di sana.

"Untuk apa kau menyediakan setoples biskuit di sini kalau masih saja mengigiti kuku jari begitu, huh?"

Jaemin sedikit terkesiap. Memandangi jari jempol yang mulai basah, ia sama sekali tak sadar jika telah bermain dengan anggota tubuh yang satu itu sejak tadi. "Ah..." hanya itu yang keluar dari mulut, sementara mata memandangi saudara kembar yang mengambil tempat di sampingnya. "Ya, terimakasih sudah mengingatkan."

Jeno menghela nafas. Saat ini, memang bulan-bulannya universitas membuka pendaftaran mahasiswa baru dan Jaemin termasuk salah satunya. Maka tak ayal jika dia yang biasanya akan selalu menjahilinya itu jadi serius begini; sang kakak paham, karena itu yang dirasakannya dua tahun lalu.

Setelah akhirnya berhasil lulus SMA dengan nilai yang memuaskan, Jeno langsung memutuskan untuk melanjutkan kuliah dan sekarang sudah jadi mahasiswa semester empat Universitas Hanyang, jurusan kedokteran. Sementara Jaemin, yang lebih tertarik dengan bisnis itu justru memilih untuk memunda kuliahnya dulu untuk belajar beberapa hal mengenai hal tersebut dengan sang Ayah, Jung Jaehyun.

Ah, bernostalgia kembali pada saat ia bertemu dengan ayah kandung; itu sudah tiga tahun lalu ternyata. Ayah-Ibunya juga sudah menikah, dan kini mereka tinggal di rumah Jaehyun. Rumah yang dulu sering ia kunjungi untuk mengajarkan Sungchan bermain gitar --walau ujung-ujungnya berhenti di tengah jalan dan Sungchan enggan melanjutkan karena tak tahan dengan jemarinya yang mengeras-- hidup selayaknya keluarga bahagia, waktu benar-benar berjalan dengan cepat sejak saat itu.

"Kau tahu, sekarang kau jadi semakin sering mengigiti kukumu? Itu tidak baik untuk kesehatan--"

"Aku tahu itu, Pak Dokter," Jaemin memutus, secara tak langsung mengungkit profesi yang nantinya akan dijalankan sang kakak. "Eomma, Appa, bahkan Hyewon Noona juga sering mengeluh tentang itu. Tetapi mau bagaimana lagi? Aku sudah sangat gelisah sampai...." kalimatnya mengambang, saat mendengar getar dari sebelah laptopnya. Meraih ponsel yang layarnya menyala tersebut dan beberapa saat kemudian sudah disibukkan dengan benda berwarna violet itu, tidak lupa juga dengan senyum yang mengembang ditengah ketikan cepat jemarinya.

Tak perlu Jeno bertanya pun, ia sudah tahu jika pesan yang sedang dibalas sang Adik dikirim oleh Kang Hyewon; yang mengangetkannya mau menerima Jaemin sebagai kekasih sekitar setahun lalu.

"Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Karina? Belakangan ini ia jarang terlihat. Bahkan Hyewon Noona bilang, ia menunda agenda girls out mereka--"

"Perempuan itu sedang sibuk mempersiapkan desain untuk Hanyang Fashion Week minggu depan."

"Hooo~" Jaemin mengangguk-anggukkan kepalanya, mata itu sudah kembali pada laptop dan melakukan kegiatannya yang tadi sempat terhenti. "Seperti yang diharapkan dari pacarnya Karina--"

"Aku dan dia itu tidak pacaran ya!" Jeno memutus, lengan Jaemin ditinjunya cukup keras. "Lagipula aku sudah sering bilang kalau perempuan menyebalkan seperti dia bukan tipeku."

Sang adik mengangkat bahu dengan bibir yang dilengkungkan kebawah. "Bilangnya bukan tipe, tapi kau masih menempelinya begitu--"

"Itu karena kami satu universitas," kilah Jeno. "Jadwal juga banyak yang sama, jadi sekalian saja."

"Sekalian pendekatan, maksudmu?" Jaemin terkekeh. "'Kan kalian juga sudah berpelukan waktu itu..."

Tak mendengarkan lagi perkataan Jaemin, otak yang memutar memori pada kejadian di dapur rumah lamanya itu membuat rona merah wajah Jeno tak bisa dikontrol; tanpa disangka-sangka, adik kembarnya ini ternyata melihat adegan roman picisannya dengan Karina, yang selanjutnya selalu dijadikan bahan ejekan jika ia mengelak soal hubungan mereka yang terlihat lebih dari sekedar teman itu.

Uri Appa✔Where stories live. Discover now