- 11 -

733 103 48
                                    

Kim Jiho yang diminta oleh Kim Myungjun untuk datang ke kantornya setelah makan siang, akhirnya sampai juga di depan ruangan si pemilik firma hukum setelah sebelumnya menghabiskan santapannya dengan buru-buru. Meninggalkan Choi Hyojung dan Yoo Shia di salah satu tempat makan bermenu sandwich yang tak jauh dari MJ Law Firm, obrolan wanita yang biasanya memang terjadi saat ketiga orang itu berkumpul, terpaksa harus ditunda hari itu.

"Daepyonim, ini aku Kim Jiho..."

Kepalanya terjenguk ke dalam, di sofa tengah ruangan bisa dilihatnya Myungjun sudah menunggu bersama Johnny Seo di sana.

"Oh, Jiho-ssi. Silahkan, silahkan. Masuklah."

Disahutnya hangat salah satu anak buahnya ini, Myungjun bahkan berdiri untuk mempersilahkan Jiho duduk dan tentu saja, sebagai 'bawahan yang baik' Johnny juga mengikutinya; walau ia rasa posisi ini cukup salah mengingat jika ialah yang bekerja lebih lama dibanding Kim Jiho di MJ.

"Maaf membuat kalian menunggu..."

Jiho masuk dan menutup pintu. Memandangi kedua lelaki itu bergantian, ada kerutan samar saat melihat pada si pengacara Chicago, mengingat Myungjun tak menyebutkan kalau Johnny juga akan berada disana.

"Tidak apa, santai saja. Ini bukan rapat resmi sampai kau harus datang tepat waktu..." Myungjun duduk, namun tubuhnya terlihat condong ke arah Jiho yang mengambil tempat di samping kananya. "Kau makan siang dengan benar 'kan Jiho-ssi?"

"Eh?" Jiho nampak terkejut, namun mata itu justru melihat Johnny dengan tanya.

"Bibirmu," ia yang ditanya menunjuk sudut bibirnya sendiri. "Masih ada sisa makanan menempel disana."

Jiho tertawa canggung sembari mengusap bibirnya; benar-benar sangat memalukan harus menemui CEO dengan keadaan begini.

"Ma-maafkan aku, Daepyonim. Aku berusaha menyelesaikan makan siangku secepat mungkin--"

"Kali ini kau aku maafkan. Tapi lain kali, jangan makan dengan terburu ya, Jiho-ssi. Kesehatan karyawan bagiku nomor satu. Bagaimana jika kau makan terburu lalu tersedak? Aku---"

Deheman rendah Johnny, menghentikan kalimat si pemilik Firma Hukum MJ itu. Melirik pada rekan pengacara perceraiannya, mulut itu terbuka dengan kepala yang terangguk berkali; Myungjun dibuat sadar oleh pria itu jika ada hal yang lebih penting daripada mengomeli Jiho soal bagaimana wanita itu menghabiskan makan siangnya.

Sepertinya bukan hanya pembagian tugas saja yang terkesan asal-asalan, tapi juga dengan tatanan organisasinya; sampai Jiho masih dibuat bingung apakah Myungjun sungguh pemilik firma hukum ini karena dia yang mudah teralihkan itu selalu jadi yang ditegur karyawannya sendiri.

"Ah, tapi melebihi itu semua, alasanku memanggilmu tentu terkait kabar baik yang akan disampaikan oleh Johnny Byeon...." ia menyandarkan punggung di sofa, kakinya dilipat sembari melirik pria yang duduk di samping kirinya. "Jadi Johnny-ya, langsung saja jelaskan pada Jiho-ssi terkait pekerjaan pertamanya."

Mendengar itu adalah sebuah kabar baik saja sudah membuat pupil Jiho membulat antusias ditambah dengan kata pekerjaan pertama; sungguh jantungnya sampai jadi berdebar kencang hanya karena memikirkan ia akhirnya akan bertemu klien perdana setelah seminggu sejak kepindahan, hanya berada di kantor sebagai support rekan-rekannya yang bahkan tak punya banyak waktu untuk berada di ruangan sendiri.

"Jadi klien ini adalah seorang teman lama yang beberapa hari lalu menghubungiku dan dia memintaku untuk menangani sengketa lahan terkait cabang perusahaan yang hendak ia bangun di Korea..." ia membiarkan kalimatnya mengambang. "Tapi sayang sekali aku tidak bisa mengiyakannya. Karena apa? Tentu saja karena aku ini pengacara perceraian-- baiklah pengambilan tugas di firma hukum ini memang sedikit sembrono...." ia melirik pada Myungjun yang mengangkat alis seolah menanyakan alasan Johnny melihatnya begitu, namun diabaikan olehnya yang justru melanjutkan. "Maksudku, kalau ada kau yang berspesialisasi dilitigasi, kenapa aku harus jadi orang yang mengambil kasus temanku ini?"

Uri Appa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang