- 18 -

778 102 18
                                    

"Kalau kalian sudah mencuci piring, duduklah disini. Ada yang ingin Eomma bicarakan...."

Suara itu menghentikan gerakan si kembar, dua pasang mata saling pandang; bertanya dalam diam apa salah satu dari mereka melakukan kesalahan, sampai nada bicara Ibu mereka terdengar serius.

"Ini soal kerja paruh waktu kalian."

Seirama, kepala Jeno dan Jaemin bersamaan menoleh pada sang Ibu yang masih duduk di meja makan. Memastikan mereka tak salah dengar, anggukkan serta tatapan Ibu yang bergantian ke arah keduanya membuat anak remaja itu fokus lagi pada pekerjaan rutin mereka; mencuci piring setelah makan.

Namun kali ini terlihat terburu-buru, berkali Jeno berusaha menutupi kesalahan Jaemin yang tangannya terus terpeleset itu; membicarakan soal pekerjaan paruh waktu yang sebenarnya sayang mereka lepaskan, sungguh membuat keduanya jadi tak sabar.

Maka langsung melepas sarung tangan karet merah muda dari tangan masing-masing saat wastafel sudah kosong, tangan yang sedikit basah akibat percikan air itu seharusnya bisa mereka keringkan pada kain yang tersedia, tapi sudah terlanjur penasaran; celana rumah yang dipakai pun jadi sasaran...

"Keringkan tangan kalian dengan benar..."

Sampai mendapat teguran dari Jiho yang menangkap basah kelakuan 'jorok' kedua anaknya.

"Sudah terlanjur kering, Eomma," Jeno yang pertama kali mengambil tempat di depannya itu membalas, sembari memamerkan tangannya.

Sahutan itu dijawab Jaemin dengan anggukkan.

"Jadi apa yang ingin dibicarakan mengenai pekerjaan paruh waktu kami?" memajukan tubuh, Jaemin yang memang lebih ekspresif itu tak bisa menyembunyikan keantusiasannya terhadap obrolan tersebut; sambil berharap dalam hati jika ini adalah sebuah kabar baik untuknya dan Jeno.

"Soal itu...." setelah memperhatikan Jaemin, matanya bergulir pada Jeno yang terlihat biasa saja. Namun dari jentikan pelan jarinya, Jiho bisa memastikan jika anaknya yang satu itu juga mengharapkan hasil yang bagus dari percakapan ini. "Dilihat dari keantusiasan ini, Eomma rasa kalian sudah bisa menebak apa yang akan Eomma sampaikan terkait pekerjaan paruh waktu kalian--"

"Aku boleh bekerja lagi?"

Jaemin yang sudah kepalang senang itu berdiri, meja digebraknya sampai membuat Jeno dan Jiho berjengit karena terkejut.

"Lalu bagaimana dengan Jeno? Apa berita baik ini juga untuknya?"

Padahal Jiho belum menjawab, tapi anak bungsunya itu sudah bertanya lagi. Membuat wanita itu menghela nafas, sebelum anggukkan pasrah jadi jawaban dan kedua remaja itu jadi kompak dengan sama-sama berseru senang juga melakukan tos, bahkan Jeno juga berdiri dari tempat duduknya.

"Untuk Jaemin, Eomma tak ada tambahan apapun," setelah membiarkan anak-anaknya melakukan selebrasi, Jiho berkata lagi. "Tapi untuk Jeno, Eomma minta tolong bicarakan dengan Karina dan Sungchan soal tempat latihannya, ya," pandang itu dialihkan sesaat saat wajah Jaehyun terbayang di benaknya. "Kalian tahu jika Samchon-nya Sungchan itu klien Eomma. Jadi kalau bisa jangan lakukan latihan di sana agar tidak menganggu relasi antara Eomma dan beliau..."

Tangan yang tadinya saling bertaut itu dilepas seiring dengan pandang tanya yang berhenti, si kembar sudah duduk lagi di tempatnya dengan Jaemin yang memberi Jeno kode untuk membalas ucapan Ibunya.

"Aku..."

Entah mengapa, senang yang tadi meluap itu seketika menguap saat membayangkan ia mungkin tak akan bisa lagi sering bertemu Jaehyun, tapi pekerjaan Ibunya lebih penting, dan lagipula yang ia latih juga adalah Sungchan.

Uri Appa✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang