5️⃣ Jelmaan Setan

4.8K 495 91
                                    

Senin yang tidak seperti biasanya.

Bagi sebagian besar pekerja, mungkin menjalani hari senin butuh niat khusus karena belum puas libur dan masih terlalu jauh dengan hari libur lagi.

Hal itu tidak berlaku bagi Alisya. Senin biasanya malah menjadi hari favoritnya karena di permulaan pekan itu dia akan mendapatkan tambahan gaji dari pekerjaan sampingannya.

Iya. Selain menjadi office girl, dia memanfaatkan keahlian menulisnya untuk mendapatkan tambahan pendapatan. Dia menjadi seorang freelancer sebuah brand fashion terkenal. Tugasnya hanya membuat deskripsi sebuah konten yang akan diunggah di media sosial. Memang tidak banyak yang ia dapat, tapi setidaknya bisa menambah uang jajan untuk Bryan.

Akan tetapi, mulai senin ini, sepertinya Alisya tak lagi menyukainya. Bukan karena gaji tambahan itu, melainkan karena pekerjaan tambahan dari bos barunya yang benar-benar di luar nalar.

"Kita dikontrak buat jadi karyawan di perusahaan Citra Gemilang, bukan jadi karyawan pribadi di rumah pemilik perusahaan!" ujar Alisya dengan nada tidak terima.

Di pertengahan siang, ketika dia sudah selesai mengepel, tiba-tiba Resti memberi informasi yang tidak menyenangkan. Atasan galak itu memberi jadwal yang baru disusun ulang, dimana setiap satu minggu sekali harus bekerja di penthouse milik Renan secara bergiliran.

"Untuk itu, Al, katanya mulai hari ini semua kontrak karyawan akan diperbarui. Isi kontrak kita bakalan ditambahi tugas itu. Kata bu Resti, yang tidak setuju bisa menolak. Ya artinya harus ngajuin pengunduran diri, alias out." jawab Tari.

"Kalau gue setuju-setuju aja sih, lumayan kalau pas jadwal kerja di sana. Secara pak Renan kan pasti di sini, selesai beres-beres bisa nyantai kita. Kerjanya juga nggak berat lah, Pak Renan tinggal sendiri. Kalian mikir nggak sih, kalau ini tuh sebenarnya hadiah pak Renan buat kita, biar dalam seminggu ada waktu kerja santainya." Nana—salah satu dari mereka mengutarakan pendapatnya.

Sejak kedatangan Renan, hidup Alisya jadi kacau. Urusan kemarin dia mendapat teguran dari pemilik kontrakan gara-gara Renan menginap masih juga belum selesai, sekarang ditambah masalah baru. Harusnya, seukuran konglomerat seperti Renan, membayar asisten rumah tangga bukan masalah besar.

"Kita coba dulu aja! Lagian kata bu Resti, tambahan tugas ini hanya sementara sampai pak Renan dapat pembantu yang tepat untuk kerja di kediamannya."

Sementara apa semen-tahun? Kalau hanya dengan menambah sedikit gaji untuk karyawannya saja sudah bisa menyelesaikan pekerjaan rumahnya, untuk apa membayar orang dengan gaji lebih banyak? Rasanya Alisya sulit percaya dengan bosnya itu.

"Jadi gimana? Kita sepakat tanda tangan kontrak baru?" tanya Tari ke teman-temannya dan langsung dijawab setuju oleh mereka. Kecuali Alisya.

Mungkin di antara orang-orang ini, hanya dia yang merasa keberatan. Kebanyakan masih single, ada satu yang sudah menikah dan mempunyai anak, itupun ada suami yang membantunya mengurus anak.

Tetapi, jika pilihannya adalah harus mengundurkan diri, mau tidak mau Alisya harus berpikir keras. Gajinya freelance itu tidak seberapa, sangat tidak cukup untuk biaya hidup, sekolah Bryan, kontrakan, angsuran dan lainnya.

"Alisya, ke ruangan pak Renan! Giliran kamu."

Panggilan yang cukup mengagetkan sehingga membuat Alisya tergagap. Resti sudah berdiri di ambang pintu dengan wajah judesnya.

Tanpa banyak tanya lagi, Alisya segera menuju ruangan itu. Jika tidak karena dipanggil, tidak akan dia menginjakkan kaki di ruangan itu lagi.

Mengetuk pintu, mendapat sahutan, lalu Alisya masuk dengan tetap menjaga emosinya. Jangan sampai terlihat marah karena dia pikir tujuan Renan hanyalah memancing emosinya saja. Jika ia terpancing, tentu Renan akan merasa menang.

ALISYAWhere stories live. Discover now