"Silam yang banyak-banyak ayah! Bial papa Idan mandi! Soalnya Papa Idan kata om Aji bau ketek!" Kompor bocah lima tahun yang merasa puas saat ayahnya ikut membelanya.

Zidan mendengus kembali pagi ini sudah ada dua setengah orang yang membuatnya kesal sampe ke ubun-ubun. Buru-buru menyelesaikan pekerjaan nya, lalu ia masuk ke dalam rumahnya dengan hati yang gondok setengah mati.

"Kenapa? Kok basah-basah?" Tanya sang istri yang sejak tadi menguping dan memperhatikan dari jendela kegiatan suami nya saat menyapu tadi. Tapi wanita itu tidak tahu suaminya menjadi basah-basah begini.

Zidan menatap istrinya hanya dengan menggelengkan kepala nya sebagai jawaban. "Di siram Naren"

"Gara-gara apa?"

Zidan menghela napasnya "Tadi Ajen nangis cuma karna aku bilang kaya tuyul"

Gia yang hapal dengan mood suaminya ini pun mengelus kepala Zidan pelan. "Makanya mulutnya dijaga dong, Dan. Kasian loh Naren lagi berusaha buat nebus kesalahan ke anak sama istrinya. Eh malah kamu katain anaknya kaya tuyul mana Ajen nya nangis. Aku sih jadi Naren ya pasti kesel, susah-susah mandiin. eh dikatain tuyul pula anaknya, rasanya aku pengen banget sleding kepala kamu."

"Kamu kok bela si Naren sih? Masih naksir kamu sama Naren hah?" Tanya Zidan dengan suara yang frustasi.

Gia langsung memukul pundak suaminya dengan keras "Dibilangin malah ngelantur. Itu kan dulu waktu SMA dan itu udah panjaaaaaaaaaang banget cerita lama doang. Lagian aku cuma suka kok! Ih ngeselin banget sih kamu! Untung udah jadi suami lu! Dibilangin malah bebal"

"Kenapa kok pagi-pagi kalian udah ribut aja?" Tania muncul yang membuat Zidan berdecak keras!

Gia langsung merubah ekspresinya lantas tersenyum sambil mengadu kelakuan sang suami pada mertuanya itu "Itu Ma, tadi diluar pas Idan lagi nyapu, malah ngatain Ajen kayak tuyul, nangis kan anaknya. Mungkin saking keselnya, sama Naren yang emang kebetulan lagi nyiram bunga langsung nyiram Idan pake selang"

Tania langsung menjewer telinga anak tengah nya itu yang membuat Zidan mengaduh kesakitan. "Kamu sembarangan ngatain cucu kesayangan mama! Harusnya kamu malu dong, Dan! Keponakan nya udah mandi rajin, ini kamu masih bau iler, jorok lagi! Lagian kamu juga salah, wajar lah Naren kesel"

"Ish mama kok belain Naren sih? Kan dia yang siram Idan? Mama naksir ya sama Naren?"

Tania semakin menarik telinga putranya yang juga semakin membuat putranya mengaduh kesakitan. "ADUH MAH AMPUN nanti kuping Idan copot. Ini bukan lego soalnya"

Perlahan tangan Tania melepaskan jeweran nya "Kalau ngomong itu di filter, Dan. Gak heran sih mama, kalau Naren sampe nyiram kamu. Dia itu lagi membiasakan mandiin anaknya setiap pagi supaya disiplin. Malah dikatain tuyul, biarin suatu saat nanti kamu punya anak bakal ngalamin kaya gitu."

"Dih si mamah nyumpahi anak nya sendiri."

Tania menoyor kepala anak tengahnya yang susah dibilangin ini "Jawab mulu ini anak! Kamu udah nikah Idan, tapi masih aja kelakuan nya sama kaya anak SMP. Minta maaf nanti sama cucu mama! Paham gak?"

"..." Zidan diam tanpa berniat membalas ucapan ibu nya.

"Paham gak?"

"..." Lagi-lagi Zidan bungkam yang membuat Tania semakin gemas untuk menjewer anaknya lagi. Sedangkan Gia hanya meringis menatap sang suami yang terlihat kesakitan. Dalam hati wanita itu meminta maaf pada tuhan, karena dirinya sang suami jadi di siksa oleh ibu mertuanya.

"Aduh mama jangan jewer Idan. Sakit ih..." Zidan masih berusaha berontak dari jeweran mama nya yang sangat mematikan itu.

"Kamu ditanya diem aja! Gak punya mulut ya?"

Pengabdi Istri (The Series)Where stories live. Discover now