40. Orang Loksado

Start from the beginning
                                    

Jata menelan ludah. "Kenapa mereka mau menyerang saya?"

"Itu yang saya tidak tahu. Sudah saya bilang, mereka ini jauh lebih besar dan lebih kuat dari kekuatan saya."

"Penduduk sini bilang, kalau melihat makhluk itu, sebentar lagi akan mati. Apa benar?"

Dehen terkekeh kembali. "Nggak usah harus melihat makhluk apa pun, semua orang akan mati, Dik. Hanya Tuhan yang tahu kapan dan dengan cara apa."

Jawaban yang sama sekali tidak menjawab, batin Jata. 

"Kemudian, masalah impoten saya bagaimana, Pak?"

"Kalau soal itu, kamu bisa mandi berendam dengan air garam. Lemparkan juga garam di sekeliling rumah dan kolong rumah. Kalau melihat atau mendengar bunyi-bunyi yang mengganggu, segera siram kepala dengan air bercampur garam. Saya tidak tahu itu bisa membantu kasusmu atau tidak. Tapi berdasarkan pengalaman saya, air dan garam bisa membantu untuk menetralisasi pengaruh dunia gaib."

"Apa pindah rumah bisa mengatasi masalah?"

"Saya tidak yakin. Kalau makhluk gaibnya kelas prajurit sih bisa."

"Jadi yang mengganggu saya ini kelas apa?"

"Kamu kira-kira sendiri. Dia bisa mengikuti kamu sampai ke seberang lautan, kan? Nah kelas apa itu yang bisa menyebrang sampai jauh keluar dari wilayahnya?"

Jata kembali dibuat kagum oleh kemampuan penerawangan lelaki itu. Ia tidak pernah menceritakan kejadian di Bali, namun Dehen menyebutkan dengan akurat.

"Istri saya bagaimana, Pak? Apakah dia juga diganggu?"

Dehen kembali terdiam, kemudian terbatuk-batuk dengan suara yang keras.

"Ini aneh sekali. Saya tidak bisa membaca istri kamu. Dia seperti tersembunyi di dalam dunia yang sangat gelap. Saya tidak bisa menjangkaunya."

Jatah benar-benar merinding mendengarnya. "Kalau mendengar keterangan Bapak, masalah istri saya lebih berat dari masalah saya."

"Saya tidak bisa menjawab. Tapi dia benar-benar hilang dari pandangan saya. Kemungkinan masalahnya jauh lebih berat dari punya kamu."

Jata masih ingin bertanya lagi, namun Dehen seperti ingin mengakhiri pembicaraan itu.

"Sudah, ya. Saya tidak bisa melanjutkan lebih lama lagi pembicaraan ini. Mereka semakin dekat. Sekarang sudah sampai di dinding rumah saya. Kalau diteruskan, mereka akan masuk ke rumah dan menyakiti saya bersama keluarga saya.

"Oh, ya. Sesekali bakarlah sesuatu, misalnya jagung atau ikan, di depan pintu depan. Sambil membakar, masukkan garam ke dalam api. Itu biasanya bisa menghalau mereka sementara. Paling tidak bisa menjauhkan prajurit-prajuritnya untuk sementara waktu."

Jata mengucapkan banyak terima kasih. Walaupun lega mendapat kepastian bahwa gangguan itu bukan halusinasi, ternyata masalahnya jauh lebih besar daripada gangguan jiwa. Kalau sudah begini dan kalau boleh memilih, ia lebih memilih menjadi pasien psikiater daripada menghadapi jenderal makhluk halus. Siapa dirinya, hingga harus berhadapan dengan kekuatan gelap sebesar itu?

Jata kemudian menelepon ayahnya. Begitu diangkat, lelaki itu langsung melempar pertanyaan. "Kamu sudah pindah rumah?" cecar lelaki itu.

"Belum sempat, Pa."

"Kamu ini! Kalau dikasih tahu orang tua segera dilaksanakan!"

"Pa, kata orang dari Loksado, makhluk yang mengganggu kami tidak mempan dengan cara pindah rumah. Harus dihadapi dengan orang yang punya kekuatan besar."

"Orang dari Loksado itu tidak bisa membantu?"

"Nggak bisa, Pa. Kata dia kekuatan makhluk ini jauh lebih besar dari kekuatannya."

Matias terdiam beberapa saat. "Papa juga sudah bertanya ke tokoh-tokoh Dayak di sini. Mereka juga tidak bisa berbuat banyak, sama seperti kata orang Loksado itu. Yang mengganggu kalian ini luar biasa kuat."

"Mungkin juru kunci Istana Kuning bisa membantu, Pa?"

"Papa juga sudah bertanya pada dia. Tapi makhluk-makhluk ini termasuk muda dan baru diciptakan. Sehingga ketua-ketua zaman dulu tidak mengerti perangainya. Sama seperti di dunia manusia, kan. Generasi muda sekarang tidak bisa diatur oleh generasi tua. Begitu juga di dunia mereka."

Ayah dan anak itu terdiam sesaat.

"Papa kepingin menjenguk kalian."

"Papa nggak sibuk di kantor?"

"Papa bilang ke direksi, mau check up ke Banjarmasin."

"Enak benar bisa kerja seperti itu, minta cuti semaunya sendiri."

"Begitulah kalau sudah menjadi orang yang dibutuhkan. Daya tawarnya tinggi. Kamu nanti juga akan merasakan. Tapi semuanya harus dirintis sejak muda. Track record-mu harus bagus, baru kamu bisa mempunyai daya tawar yang tinggi. Papa kan sudah bilang berkali-kali sama kamu.

"Papa mulai mikir kalau sebaiknya kalian pindah dekat Papa saja di Pangkalan Bun. Paling nggak banyak keluarga kita di sini yang bisa membantu. Di Banjarbaru kalian punya siapa? Jauh dari siapa-siapa, kan?"

________________________

[1] Danau Loksado adalah danau di daerah Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan. Merupakan objek wisata alam yang kerap digunakan untuk arung jeram.

[2] Sungai terpanjang di Kalimantan Tengah


☆Bersambung☆

Buat yang nggak sabar nungguin apdetan, langsung cuuus aja ke Dreame.

Cerita ini udah tamat di sana. Sobat bisa memanfaatkan koin gratis di aplikasi itu.

Selamat maraton!

Percobaan 44Where stories live. Discover now