"Nah, kan cantik kalau gini!" Seru Naomi bertepuk tangan senang. "Asisten gue nunggu di depan, noh. Lo dianter sama dia ya?" Tawar Naomi.

Dan tentu saja Evelyn menolak dengan gelengan kepala. Meminjamkannya baju saja sudah cukup, dan Evelyn tidak mau merepotkan perempuan itu terlalu banyak. "Nggak usah Naomi. Ev naik motor aja."

"Iyaudah, hati-hati ya." Naomi melambaikan tangannya ke arah Evelyn. "Gue numpang tidur di sini ya, Lyn!" Teriak Naomi saat Evelyn sudah menjarak darinya.

"Iya Naomi!"

Begitulah keakraban mereka. Walau hanya berdua. Tapi Evelyn sudah merasa memiliki teman paket lengkap. Lebih baik circle kecil, namun isinya ketulusan. Dibandingkan ramai, tapi penuh kepalsuan.

***

Evelyn memarkirkan motornya dengan terburu, perempuan itu berlari ke arah pintu utama berlapis kaca, yang langsung terbuka otomatis saat sensornya mendeteksi adanya objek yang mendekat.

Evelyn mengedarkan pandangan. Ia berjalan menuju ke arah resepsionis. "Permisi mbak, saya Evelyn. Saya mendapat panggilan interview dan di suruh menghadap Presedir sekarang."

Aley—sang resepsionis nampak sedikit mengerutkan dahinya. Panggilan interview? Jika memang panggilan interview, tidak ada yang langsung menghadap presedir mereka. Karena tak ingin mengambil keputusan yang salah, akhirnya wanita itu menelpon Romeo untuk menanyakan kebenaran. Ia menyuruh Evelyn untuk sejenak menunggu, dan langsung diangguki oleh gadis itu.

"Oh, baik Tuan Romeo. Jadi, langsung menunggu di dalam ruangan?" Wanita itu mengangguk, lalu meletakan kembali telephone genggam itu dan menatap ramah Evelyn.

"Ruangan Presedir ada di lantai paling atas, sebelah kanan," katanya memberitahu. "Tapi beliau sedang ada meeting sekarang, jadi anda bisa menunggu di dalam."

Evelyn mengangguk saja, walau begitu banyak pertanyaan yang muncul dikepala. Ia baru sadar, sedari awal masuk, beberapa bodyguard menyapanya ramah, pun resepsionis yang juga terlihat menghormatinya. Evelyn menggaruk apelipisnya yang tak gatal, apakah semua pelamar kerja di sini disambut sebaik ini?

Langkah kecil Evelyn akhirnya sampai di depan pintu yang di tuju. Ia gugup bukan main, namun, ia juga tidak mungkin kan berdiri terus di depan pintu seperti ini?

Tangan Evelyn meraih gagang pintu, ia menekannya ke bawah dan pintu langsung terbuka. Temperatur udara di dalamnya terasa jauh lebih dingin, beruntung ia memakai baju lengan panjang sehingga kulitnya masih bisa bertahan meminimalisir kedinginan.

Evelyn mendudukan bokongnya di sofa, sesuai yang diperintahkan. Ruangan ini begitu mewah dan rapi.

"Sudah lama menunggu?" Suara berat itu kontan mengalihkan atensi Evelyn.

Evelyn menelan saliva, ia merasa merinding dibuatnya. Padahal Evelyn tidak berada di tempat angker. Tapi melihat tatapan pria itu membuat Evelyn sedikit merasa takut, aura dominannya begitu terasa.

Pria itu berjalan ke arah meja kerjanya, dan mendaratkan bokongnya di atas meja. Kakinya menyilang dengan kedua tangan yang dilipat di dada. Ia menatap ke arah Evelyn tak berpindah, hal itu membuat Evelyn tak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Apa yang kau lakukan? duduklah di sini." Pria itu menunjuk kursi di depannya dengan dagunya. Mengkode Evelyn untuk berpindah posisi. Evelyn bangkit meragu, langkahnya berjalan pelan ditengah upayanya menetralkan kegugupan.

Romeo AlmaheraWhere stories live. Discover now