Part 3. Gagal Terbang

131 31 4
                                    

Alex terlelap pulas di ranjang bekas pergulatan panas semalam. Dia merasakan tepukan-tepukan kecil di pipinya, yang berusaha membangunkan tidurnya.

"Alex, bangun! Aku harus pergi kerja sekarang. Aku mau kamu pulang."

Alex mengerjapkan mata berusaha terbangun. Dia menyadari bahwa dia masih berada di kamar apartement Michelle. Wanita tersebut sedang sibuk berdandan, bersiap untuk pergi. Jam menunjukkan pukul 6 pagi dan—

"Sial! Aku terlambat," umpatnya dan sontak melompat dari ranjang, lalu memunguti pakaiannya.

Secepat kilat dia berpakaian, dan tanpa pamit dia pergi begitu saja meninggalkan tempat tersebut. Bahkan Alex mengabaikan Michelle yang memanggil namanya beberapa kali.

"Bukankah seharusnya kamu sudah berangkat ke bandara?" tanya Sebastian menyambut kepulangan putranya. Alex melihat lagi arloginya untuk memastikan, sambil berjalan dia menjawab pertanyaan ayahnya. "Masih ada waktu satu setengah jam lagi."

Alex pergi ke kamar mengambil koper dan tasnya. Di lantai bawah sudah ada Sebastian dan Luciana yang menunggunya.

"Apa secepat ini kamu harus kembali, Sayang?" tanya Luciana dengan raut tak suka.

Alex mengangguk tak berdaya, lalu memeluk ibunya kemudian ayahnya.

"Aku janji, aku akan lebih sering memberi kabar kepada kalian. Juga akan aku usahakan untuk kembali setiap akhir tahun. Jujur aku tidak suka musim dingin di sana." kata Alex disambut tawa kecil oleh kedua orangtuanya.

"Alex... ayah senang melihatmu sekarang menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya." ucap Sebastian tak seperti biasanya.

Alex mengangguk paham. Dia cukup terharu dan akhirnya membalas, "Maafkan aku karena selama ini sudah membuat kalian khawatir. Bukannya aku tidak suka untuk tinggal di sini, tapi aku merasa lebih leluasa jika hidup di Amerika."

Sebastian memeluknya erat.

"Emm maaf ayah, tapi aku sudah terlambat."

Alex berpamitan sekali lagi, lalu segera pergi menuju bandara.

Sesampainya di bandara, ketika berada di pos pemeriksaan Alex menyadari bahwa dia tidak akan bisa kembali ke Amerika hari ini.

"Pak, mohon ke samping dulu! Kami perlu melayani antrian selanjutnya." kata petugas membuyarkan lamunan Alex.

Dia masih tidak menyangka bahwa paspor yang dibawanya adalah milik Angelina. Lalu dimana dengan paspor miliknya?

Beberapa kali dia mencoba menghubungi kakaknya, namun bagaiamanapun Angelina adalah pengantin baru yang sedang menghabiskan waktu untuk berbulan madu.

"Halo, Alex. Ada apa, adikku sayang?" sapa Angelina diseberang sana, setelah panggilan telepon tersebut telah tersambung.

"Apa kamu bawa pasporku?"

"Hah?" Angelina tak paham maksudnya.

"Sekarang ini aku gagal terbang, Angel. Aku bawa paspor kamu, entah dimana paspor milikku. Mungkin paspor kita tertukar."

"Emmm Alex. Aku tidak mungkin membawa paspormu. Aku sama sekali tidak membawa paspor karena sedari awal tidak berniat untuk pergi ke luar negeri."

"Bukankah kalian akan berbulan madu di Hawai?" tanya Alex karena semakin tak mengerti tentang situasi yang sedang dihadapinya.

"Maaf, aku sudah berbohong ke kalian semua. Aku tidak mungkin ke Hawai karena dokter tidak mengijinkanku untuk melakukan perjalanan panjang. Aku—"

"Angel, apa maksudmu?" tegas Alex memotong kalimat Angelina supaya kakaknya bisa mempersingkat penjelasan tersebut.

"Aku hamil."

DendamOù les histoires vivent. Découvrez maintenant