32. Kenyataan ini

9.2K 406 33
                                    

"Navisa tidak apa-apa sepertinya dia hanya syok saja dan membuat dia jadi pingsan seperti ini." Ucap dokter tersebut kepada Arga.

Arga mengangguk mengerti. "Oke dok, makasih ya"

Setelah kepergian dokter itu Arga memandang wajah Navisa yang tertidur dengan tenang itu. Wajah cantiknya masih terpancar setelah kepergiannya selama empat tahun silam ini.

Dengan membuang pikiran anehnya, Arga tidak ingin melibatkan perasaannya seperti dahulu dengan orang yang sama. Laki-laki itu memilih keluar dari kamar Navisa.

Bebarengan dengan dia keluar ada seorang dokter keluar dari kamar Shena. Dia hampir lupa dengan kondisi anaknya itu. Dengan cepat Arga masuk kedalam kamar Shena.

"She? Gimana kondisi--"

"Kondisi anak lo baik-baik aja. Udah puas?" Ketus Shena memotong ucapan Arga.

"Kondisi lo gimana?" Tanya Arga beralih menanyakan Shena.

"Gak usah sok perduli sama gue." Semprot Shena sangat kesal.

"Seharusnya tadi lo dengerin nasehat dari Navisa she. Lo lagi hamil, gak seharusnya lo melakukan seenak lo. Sekarang tau kan akibatnya, anak gue hampir celaka. Dan lo tau, Navisa dari kecil itu gak bisa berenang dan tadi dia mencoba nolongin lo. Ini semua gara-gara lo she, lo udah jahat sama Navisa." Bentak Arga.

Shena menatap tajam Arga. "Dari kecil?"

Arga terdiam dengan nafas tersenggal-senggal. Kemudian Shena tertawa menyeringai.

"Ternyata benar, Navisa itu mantan lo yang susah dilupain?" Tegas Shena.

"Ini sebabnya dia tau segalanya tentang lo, dan ini sebabnya lo lebih nolongin dia daripada gue yang kesakitan nahan perut gue yang didalemnya ada anak lo!" Tegas Shena seraya menahan rasa sakit dihati dan air matanya.

"Dan apa? Lo marah sama gue karena udah buat Navisa celaka. Otak lo dimana ga? Anak lo juga hampir celaka tapi lo sama sekali gak perduli."

"She--"

"Dan satu lagi, gue bener-bener kecewa sama lo ga! Gue kecewa" Seru Shena menggerutui Arga.

"Gue minta maaf, gue gak cerita soal Navisa, gue--" Ucapan Arga menggantung.

Shena bangkit seraya memegangi perut bawahnya yang masih terasa nyeri. Dia menarik kopernya ingin pergi.

"Al anter gue pulang" Ajak Shena kepada Gerald seraya menangis.

Gerald menahan tangan Shena. "Tenang, lo gak boleh gini."

"Sekarang lo udah bestfriend sama manusia brengsek ini? Iya?" Sekarang Shena sangat kesal dengan Gerald.

"She bukan gitu, tapi lo harus tenang. Lo--"

"Oke fine, lo berdua sama-sama brengsek!" Gerutu Shena kepada Arga dan Gerald.

"She?" Panggil Gerald.

"Shena?" Arga menarik koper milik Shena, namun dengan kasar gadis itu menariknya dan pergi dengan menangis.

"Mana kunci mobil lo" Pintar Arga kepada Gerald.

"Biar--"

"Shena marah gara-gara gue Al" Tegas Arga kepada Gerald. Dengan cepat Gerald memberikan kunci mobilnya kepada Arga. Dengan cekatan laki-laki itu pergi mengejar Shena yang mungkin belum jauh.

****

Shena terus berjalan menarik koper kecilnya seraya beberapa kali mengusap air matanya yang jatuh tanpa izin. Hatinya memang berdenyut sakit sedari tadi, tapi dirinya juga masih heran mengapa dia sangat kecewa kepada Arga padahal jauh di lubuk hati Shena tidak mempunyai rasa kepada laki-laki itu.

"Lo brengsek Arga!" Gerutu Shena terus menerus.

Satu persatu orang-orang pergi setelah dia kenal dengan Arga. Laki-laki itu benar-benar menghancurkan hidup Shena. Karena dia keluarga Shena telah hilang dan bahkan ayahnya meninggal dengan rasa kecewa, gara-gara Arga juga Gerald sudah hilang respect terhadap Shena, dan sekarang apalagi?

Arga sudah membuat Shena kecewa. Dia melupakan anaknya sendiri dan lebih peduli terhadap perempuan lain. Shena benar-benar tidak percaya.

"Dia bukan ayah kamu, dia laki-laki brengsek yang udah menghancurkan kita berdua" Gumam Shena terus menerus.

"Jangan pernah percaya sama kasih sayang yang dia kasih. Dia nikahin saya karena dia malu dicap sebagai laki-laki pengecut bukan karena dia perduli sama kamu."

Shena terus terisak seraya berjalan. Ini sudah berkilo-kilo meter Shena berjalan tanpa henti.

"Kasih sayang lo untuk anak lo bener-bener bohong ga, gue benci sama lo."

Shena menghentikan langkahnya sejenak karena merasa nyeri dibagian perut bawahnya. Shena melirik kesana kemari mencari tempat peristirahatan. Dia melihat mushola kecil dipinggir jalan. Dengan cepat Shena berjalan kesana.

Gadis itu duduk seraya berselonjoran santai mengusap perutnya yang tak ada hentinya terasa nyeri.

"Maafin aku, aku gak bermaksud buat kamu capek kok. Kita istirahat disini dulu ya." Gumam Shena.

"Mba?"

Shena menoleh kearah laki-laki yang sepertinya marbot masjid itu.

"Eum.. Maaf ya pak jangan usir saya ya. Saya cuma istirahat sebentar disini, perut saya sakit pak. Nanti kalo udah gak sakit, saya janji kok bakalan pergi." Ucap Shena dengan takut.

"Emangnya Mba mau kemana dan darimana?" Tanya marbot itu.

"Saya dari villa kenangan, mau pulang ke Jakarta. Tapi saya ketinggalan teman-teman saya." Bohong Shena.

"Aduh kasian banget, Mba mau minum?"

Shena mengangguk. "Boleh"

Marbot itu mengambilkan satu gelas air putih untuk Shena, dengan satu tegakan air putih itu langsung habis.

"Suaminya udah dihubungi belum mba? Jakarta jauh lo, gak mungkin mba sanggup jalan kaki. Apalagi lagi hamil seperti ini."

Shena menggeleng. "Saya gak punya suami pak. Suami saya sudah pergi."

"Yaampun, mau saya bantuin pesenin bis? Biar mba cepat pulang. Muka mba udah pucet loh."

Shena menggeleng menolak. "Gak usah pak, saya bisa pulang sendiri kok."

"Tapi mba keliatan lemes loh"

Shena meremas perutnya yang terasa sangat sakit itu. Tapi sebisa mungkin dia tahan.

"Kayaknya perut saya sudah gak sakit pak. Terimakasih atas bantuannya ya pak, saya mau melanjutkan jalan lagi." Ucap Shena mulai bangkit.

"Yakin bisa mba?"

Shena mengangguk. "Makasih ya pak"

Baru saja tiga langkah tubuh Shena tiba-tiba limbung, dia mencengkram perutnya yang amat terasa sakit.

"Akhhh" Wajah Shena sudah memerah, ini benar-benar sangat sakit dan Shena tidak bisa menahannya.

"Astagfirullahalazim mba"

Shena melihat kakinya yang sudah keluar cairan darah yang cukup banyak. Wajahnya berubah menjadi sangat cemas.

Shena menggeleng ketakutan. "Plis jangan pergi, habis ini jangan lo."

"Akhakaha sakit" Tangis Shena histeris.

"Tolongin saya, tolongin anak saya"

________________

Nextpart

Jangan lupa vote dan komen ya guys:)

99% TOXIC ARGAWhere stories live. Discover now