KEDATANGAN. Part 2

Mulai dari awal
                                    

“Santai bro. Gue cuman mau kenalan sama kacamata Lo doang”

“Pael! kalau sepatu baru kan kenalannya harus dipijak dulu,  kalau kacamata gimana ya?” Tanya Gilang penuh ide nakal.

“Yaaaaa,” Rafael pura-pura berpikir sambil melirik lantai. “Ya kita pijak jugalah. Hahaha”

“Keren juga sih.” Gilang menaruh kacamata Nevan ke lantai sambil melirik Nevan wajah pria ia sudah merah padam. Gilang menaruh kakinya di atas kacamata Nevan. Ia penasaran seberapa sabar pria cupu didepannya ini.

“SATU, DUA, TI....”

Bug.

Kesabaran Nevan telah habis, tanpa sadar ia memukul wajah Gilang hingga mengeluarkan darah disudut bibirnya. Murid yang menyaksikan kejadian langka itu sedikit takjub pasalnya selama ini tidak ada yang berani melawan bahkan sampai memukul Gilang.

“Hahaha. Boleh juga pukulan Lo” Gilang mengelap darah dari sudut bibirnya kemudian membalas pukulan dari Nevan.

“Pael Gimana nih, kita bantuin atau gimana?” Tanya Eric kebingungan pasalnya Gilang udah benar-benar kehilangan akal ia menghajar Nevan seperti orang yang berada di ring tinju, tanpa ampun.

“Biarin aja dia sendiri, kita liat aja sampai dia puas.”

“PAEL ADA RAZIA!” Ujar Ivan panik saat mendapatkan notif dari temannya yang berada diorganisasi OSIS.

“Woi gue ninggalin alat isap di tas” Sambar Eric panik.

“Lo ceroboh banget sih ric.” Ujar Ivan “Hari ini alat isap besok apalagi kondom?”

“Nggak usah panik. Van razianya udah sampai kelas mana?” tanya  Rafael

“Baru sampai  ke kelas sepuluh.” jawab Ivan.

“Masih ada waktu buat kita ke kelas.”

“Lang udah! Ada razia dadakan.” Rafael menarik badan Gilang membiarkan cowok berkalung mas putih itu  mengatur nafasnya.

Gilang menatap Nevan tajam kemudian mencekam kerah baju seragam Nevan . “MUNGKIN HARI INI LO BERUNTUNG. ENGGAK UNTUK BESOK!!!”

Suara halus dari mobil sport keluaran terbaru baru saja terparkir didepan pelantaran rumah mewah bergaya Eropa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara halus dari mobil sport keluaran terbaru baru saja terparkir didepan pelantaran rumah mewah bergaya Eropa. Menampakkan seorang pria setengah baya berwajah Tionghoa. ia berjalan tergesa-gesa diikuti oleh tiga bodyguard berbadan tegap dibelakangnya.

“Dimana Bos kalian?” tanya Max

“Maaf tuan. Tuan Daniel memberi pesan agar tidak diganggu,” Ucap bodyguard penjaga pintu utama dengan tegas.

“Cuih. Prasetan.” Max membuang ludahnya asal. “Berani-beraninya kalian mengusir saya. Kalian tau lagi berhadapan dengan siapa?” tanya Max kesal.

“Maaf tuan ini perintah tuan Daniel.”

“Oke kalau itu mau kalian.” Ujar Max penuh isyarat. Tanpa aba-aba tiga bodyguard yang bersama Max. Membantu bos mereka menerobos rumah bergaya Eropa itu dengan paksa.

Max berjalan dengan mantap saat memasuki rumah dengan interior Eropa klasik yang sangat terkesan mewah. Sementara itu anak buahnya masih sibuk bertarung. Ia akui pertahanan rumah Bos Mafia Daniel memang cukup kuat sekitar lima puluh orang lebih yang berjaga setiap harinya.

Max memberhentikan langkahnya. Menatap ruangan kerja Daniel. Max terkadang selalu Mikir apa yang membuat kakak angkatnya itu betah berjam-jam di dalam ruangan kerjanya itu.

Saat pria setengah baya itu ingin membuka engsel pintu, tiba-tiba saja ada dua orang berperawakan besar menyerang Max dari belakang. Dengan gerakan yang amat lincah Max meninju dan menendang secara bergantian dua orang yang menyerangnya hingga terjatuh ke lantai. Max melihat keadaan sekitarnya ia cepat-cepat membuka engsel pintu sebelum bodyguard yang lain menyadari keberadaannya.

“Huh.” Max menutup pintu dengan cepat.
Pria setengah baya itu mengendurkan tali dasinya saat menyadari keberadaan Daniel.

Daniel Aminata adalah kakak angkat dari Max. Max adalah copet ingusan yang di pungut oleh Aminata Bos Mafia yang hampir menguasai Jakarta tiga puluh tiga tahun yang lalu tepatnya saat ia berusia tujuh tahun. Ia diajari banyak hal salah satunya cara bertransaksi Narkotika.

“Dasar tidak sopan!” lirih pria brewokan itu namun dapat terdengar oleh Max.

“Aku tidak banyak waktu untuk basa-basi. Cepat katakan berita yang ingin kau sampaikan,” Ucap Daniel dingin sehingga siapa pun yang berbicara oleh seorang Daniel Aminata dapat merasakan jeri.

“Luke membawa anakmu pulang ke Indonesia. Aku takut keberadaannya sangat diincar oleh genk Charlos. Mengingat ia menuduh genk Aminata yang merencanakan pembunuhan putranya Aslan.” Ujar Max penuh keyakinan.

“Aku sudah tau” Jawab Daniel dingin sambil mengambil lembaran koran yang berbeda di mejanya kemudian melempar lembaran berita itu di hadapan Max.

“Lebih baik kau urusin anak buahmu dilampung, jangan sampai curut-curut itu buat onar!!!”

🦋🦋🦋

Gilak makin bertambah part makin seru aja. Yuk kasih vote & comen jangan lupa follow akun WP ku Buih_Ombak biar g ketinggalan aku update. Oh iya jangan lupa juga follow ig ku biar tau informasi aku update.

                         Ig : Buiih_Ombak
                      Ig : Wp. Buih_ombak

Terimakasih 💛💛💛

PSYCHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang