-SEVENTEEN

2 2 0
                                    

Menitan dan detikkan vedeo itu terus berputar cepat seiring Nining memulai berbicara. Lampu merah berkedip-kedip di sebelah angka menit tersebut. Bertanda vedeo sedang berlangsung.

“E—selamat malam saya Nining. Tujuan saya membuat vedeo ini,  saya mau bikin klarivikasi perihal berita yang saya buat kemarin. Saya mau meminta maaf yang sedalam-dalamya khususnya untuk Pak Alex pemilik restoran 'Asri Sejahtera' bawasannya berita yang saya buat kemarin sangatlah tidak benar. Alias berita tersebut hoax. Ini semua terjadi karena kesalah pahaman dari teman saya yang mengasih tahu saya tentang restoran Pak Alex.

Saya juga memohon maaf kepada rekan-rekan saya semuanya di mana pun berada yang sudah membaca berita saya kemarin, bila mana berita yang saya bagikan sangat meresahkan kalian. Saya sangat menyesal sudah membuat berita merugikan tersebut, tanpa berpikir terlebih dahulu. Saya berjanji tidak akan mengulangi lagi.

Untuk itu, maka saya berharap lebih kususnya kepada Pak Alex, serta rekan-rekan semua untuk berbesar hati memaafkan saya. Selamat malam dan terimakasih,” ucap Nining sambil kedua tangannya menangkup di depan dada.

Lalu Lasmi yang berada di samping Nining bergantian membuat vedeo klarivikasi, Lasmi juga menangkupkan kedua tangannya sama seperti Nining barusan. Setelah berkali-kali tolah-toleh menatap Nining, Lasmi lantas menatap fokus ke arah lubang kamera. Nining mendesaknya tadi memberi kode untuk segera berbicara di depan kamera. Sebelum akhirnya menganggukkan kepala.

“Se— selamat malam, per— perkenalkan ... saya Lasmi, he ...” ucap Lasmi terbata meringis canggung sekaligus tersipu malu sembari melambaikan tangannya ke arah kamera, “e— sa— saya juga mau meminta maaf ke pada Pak Alex kususnya .... Maafkan saya ya, Pak?” lanjut Lasmi menatap Alex yang berdiri di depannya sambil memegang Kamera.  Tidak ada sahutan sama sekali lantas Lasmi kembali fokus.

“Saya mengakui, bahwa ternyata saya salah memberi informasi kepada rekan saya, Jeng Nining.” Lagi-lagi Lasmi menoleh ke Nining yang berdiri di sebelahnya. Nining mendengus lalu menggelengkan kepalanya sambil menepuk jidat. Lalu Lasmi kembali fokus ke kamera.

“Mu— mukin kemarin lusa itu mata saya salah melihat, gara-gara saya keburu ke belet BAK. E— sekali lagi saya meminta maaf yang sedalam-dalamnya ke pada Pak Alex. E ... juga ke pada kamu, Jeng. Maafkan aku yang salah memberi kamu informasi, jangan marah, ya?” Lasmi menoleh lagi ke arah Nining. Cepat-cepat Nining dengan terpaksa menganggukkan kepala. Lantas Lasmi kembali menatap kamera, “mukin cukup sekian selamat malam dan terimakasih.”

Sekar tercengang setelah menyimak vedeo yang dikirimkan oleh Alex ke ponselnya. Dan memutarnya saat jam istirahatnya. Mendadak hatinya menjadi beku, ia masih sulit mencerna vedeo yang telah diputarnya tadi. Ja— jadi yang memfitnah restoran pak Alex itu mamah? guman Sekar dalam hati.

Mamah ke mari? Tapi kenapa Ya Allah? Kenapa mamah lakuin itu, apa mamah gak suka melihat Sekar kerja di sini? Pikir Sekar dalam hatinya lagi. Sekar terbengong mengumpulkan puing-puing pertanyaan yang masih acak di otaknya. Sambil ponselnya masih di posisi semula. Ia masih tak habis pikir  dengan perilaku ibu mertuanya.

“Atagfirullah ...” pekik Sekar terkejut.

Barusan ada sebuah tangan yang tiba-tiba menepuk buhu kanannya yang membuatnya terperanjat. Begitu menengok ke samping, ternyata Alex tengah tersenyum kepadanya yang berdiri di sebelahnya. Spontan Sekar menggeser duduknya untuk memberi tempat pada Alek.

Alek mendaratkan bokongnya di sofa samping Sekar duduk. Lalu membukukkan pugunggnya dan sikunya bertumpu ke kedua lututnya. Alex menatap Sekar.

“Ya ampun, Pak Alex ... bikin saya kaget,” ujar Sekar menunduk canggung.

MENGGENGGAM RASAWhere stories live. Discover now