-FIVETEEN

3 2 0
                                    

Fadhil mengintip Rosy dari celah pintu kamarnya yang dibukanya sedikit. Rosy tengah berdandan di depan cermin yang terletak di ruang tamu. Rosy tengah mengagumi kecantikan dirinya dari pantulan cermin. Mengenakan dres mini setinggi atas luntut. Berkali-kali Rosy mengibaskan gaunnya di depan cermin dengan sesekali senyum di bibirnya merekah.

Memang Fadhil akui, Rosy adiknya memang cantik. Seperti malam ini. Ketika Fadhil melongokkan kepalanya pada jam dinding yang tergantung di tempok atas pintu dalam kamarnya, jam menunjukkan pukul 21.00 malam.

Setelah berdandan dan merasa sudah cukup, lantas Rosy mengambil tas mininya di atas meja bambu. Mungkin sudah disiapkan dari sebelumnya. Lalu Rosy membuka pintu rumahnya lebar-lebar, rupanya pintu itu dibuka lebar untuk mengeluarkan motor Rosy yang sudah dimasukkan ke dalam rumah.

Mau kemana, Rosy malam-malam seperti ini keluar rumah? Batin Fadhil dalam hati.

Rosy kembali menutup rapat pintu rumah, Fadhil yang masih mengintip di balik pintu kamarnya pelan-pelan membuka pintu kamar supaya tak menimbulkan suara. Agar Rosy tak curiga ia tengah membuntutinya. Lalu Fadhil berjalan menuju pintu ia raih ganggang pintunya.

Terdengar deru suara mesin motor menyala, Fadhil sibak kelambu jendela kaca di samping pintu. Dari dalam Fadhil dapat melihat Rosy tengah menstater motor barunya. Kemudian berlahan berjalan menjauh dari rumah. Cepat-cepat Fadhil membuka pintu rumah dan berjalan menuju teras rumah.

Deru motor Rosy sudah tak terdengar bersamaan Rosy tak terlihat dari kelopak matannya. Fadhil ikuti jejak kepergian Rosy, hingga sampailah Fadhil di persimpangan jalan raya. Kendaraan sudah lenggang, karena memang sudah begitu larut. Fadhil mentengok ke sana ke mari, memastikan ke arah mana Rosy pergi.

Hingga dari ke jauhan, Fadhil dapat melihat ke arah mana Rosy pergi, meskipun suara deru motornya sudah tak lagi terdengar. Hanya memperlihatkan cahaya lampu belakang motor Rosy yang menyala. Dan baju yang dipakai Rosy yang terlihat remang-remang karena gelapnya malam.

Fadhil tengah berfikir, gimana caranya supaya bisa mengejar Rosy. Sementara, dirinya tak ada kendaraan untuk mengejar. Dalam kebinggungan, untung ada taxi yang tengah melintas. Fadhil pun mencegatnya lalu melesat masuk ke dalam mobil taxi.

Fadhil meminta pada sopir itu untuk mrngejar seseorang, sopir itu menurut. Dan berhasillah Fadhil dapat mengikuti Rosy di belakangnya. Fadhil meminta si sopir untuk terus mengikuti motor di depaanya. Mata Fadhil terus saja menatap kendaraan yang di depannya. Ia tak mau kehilangan jejak Rosy.

“Lagi ngikutin pacar atau istrinya, Mas?” tanya sopir taxi itu basa-basi.

“Adik, Bang,” jelas Fadhil singkat. Ia gak mau buang-buang waktu untuk menjelaskan pada si sopir.

“Oh, kirain pacar atau istrinya. Emang adiknya mau ke mana sih, Mas, malam-malam begini?” tanya si sopir lagi.

“Ya gak tahu, Bang. Makannya saya minta untuk mengikuti. Tolong ya, Bang, jangan kehilangan jejak adik saya.”

“Baik, pokoknya Mas tenang saja. Apa perlu kita salip lalu hadang motornya dari depan, Mas? Dengan begitu Mas bisa meminta adik Mas untuk pulang. Mumpung belum jauh ini, Mas,” usul si supir taxi.

“Tidak, Bang. Saya masih ingin memergoki ke mana adik saya mau pergi. Dan dengan siapa dia bertemu,” tolak Fadhil.

Si sopir taxi mengangguk manut. Terlihat Rosy tengah menuju kesuatu tempat, di sana ada seorang pria mengenakan pakaian serba hitam-hitam. Pria itu mengenakan jaket hitam juga. Tengah duduk di atas montor mewahnya. Fadhil melihat Rosy menghentikan motornya di depan motor pria tersebut. Fadhil meminta si sopir berhenti.

MENGGENGGAM RASAWhere stories live. Discover now