-THIRTEEN

2 3 0
                                    

Zaskia harus terima dapat omelan dari mamahnya, sore ini setelah meminta tranfer duit ke ATM-nya untuk membayar makanan yang dibelinya di lestoran milik orang yang disukainya.  Baru saja ia sampai di rumah dan baru mendaratkan bokongnya ke sofa, sudah dapat sambaran pedas sepedas cabe satu kilo dari mulut mamahnya. Ucapan mamahnya sudah mirip sengatan petir yang menyambar dirinya. Namun bukan hal yang aneh lagi di kehidupan Zaskia, omelan mamahnya sudah menjadi santapannya setiap hari. Semua karena memang mamahnya Zaskia memiliki sifat keras dan bisa dibilang judes. Acap kali Zaskia mengabaikanya sebab sudah terbiasa dengan omelan mamahnya. Ia hanya butuh waktu saja untuk mendamaikan suasana yang panas ini, setelah dirayu-rayunya hati mamahnya juga pasti akan melunak kembali.

“Udah dong, Mah, marah-marahnya. Baru saja juga Zaskia datang.” Zaskia meletakkan tasnya di samping tubuhnya. Lalu ia membungkukkan badannya untuk melepas sepatu.

“Sudah-sudah apanya! Udah pergi seharian tanpa ingat waktu hobinya mintain duit!” Mamahnya Zaskia datang menghampirinya dan duduk di sofa sebrang.

Mamah Zaskia menyilangkan kakinya dan bersedekap dada, sambil mengamati putrinya yang tengah asik membersihkan sepatunya sehabis dipakainya barusan.

“Yang minta anak sendiri juga, pakai ngomel-ngomel, pelit amat!” gerutu Zaskia.

“Makanya ... udah gede belajar cari duit sendiri! Jangan cuma bisa nodongkan tangan doang ke nyokap!” tekan Mamahnya.

Zaskia hanya melirik mamahnya dengan mengumpat kesal. Sebab hanya itu-itu saja yang keluar dari mulut mamahnya ketika ia hendak meminta duit ke mamahnya.

“Coba kamu hitung, berapa liter solar yang kamu gunakan untuk ngisi bahan bakar mobil untuk kamu gunakan jalan-jalan seharian!”

Zaskia hanya diam sambil memonyongkan bibir kesal. Menghitung berapa liter solar seharian? Ogah banget, Zaskia tidak ingin membuang-buang waktu hanya untuk menghitung berapa banyak bahan bakar yang digunakan seharian, kurang kerjaan amat! Azaskia bukan wanita yang pandai berhitung, dulu pelajaran MTK sewaktu sekolah dulu Zaskia hanya mendapat nilai dibawah lima. Bahkan telur ayam segede gaban pun pernah didapatkanya. Dan, mamahnya sama sekali peduli, malah disuruh menggoreng saja nilai yang didapat hari itu untuk makan siang. Konyolkan?

Dari pada waktunya habis buat ngitung solar, Zaskia memilih tidur. Lalu bangun dengan badan segar esok hari dan kembali mengejar-ngejar orang yang disukainya itu yang rasanya akhir-akhir ini sulit sekali ditemui.

“Masa seharian bisa ngabisin solar beratus-ratus ribu? Zaskia ... Zaskia!” Mamah Zaskia menggeleng-gelengkan kepala merasa tak habis pikir.

“Umur sudah 25, harusnya mulai belajar mandiri! Kerja cari duit sendiri ... tanggung jawab untuk diri sendiri. Bukan ngabisin waktu buat main-main gak jelas!” ceramah Mamahnya.

“Kerja di manalah, Mah? Zaskia kan gak punya keahlian,” sahut Zaskia memelas. “Melamar di bank juga ditolak mentah-mentah karena gak pandai berhitung.”

“Ngapain repot-repot cari kerja? Bukanya pacarmu itu bos besar pemilik restoran?” tanya Mamahnya.

“Iya, terus kenapa?”

“Kenapa gak coba kerja di sana?” usul Mamanya.

Zaskia tampak berfikir, dan ia baru tersadar emang benar apa yang dibilang mamanya. Pacarnya kan seorang bos, kenapa ia gak kepikiran kerja di sana. Tetapi setelah berpikir-pikir kembali Zaskia tidak yakin dengan ide mamahnya.

Zaskia medengus. “Gak mukin juga Zaskia bakal keterima di sana, kan Zaskia gak bisa masak.”

“Kamu kan bisa minta jadi asisten pacammu, bego! Tapi ya udah lah ... kamu kan emang goblok,” beber Mamahnya.

MENGGENGGAM RASAWhere stories live. Discover now