Chapter 22

205 44 0
                                    

Malam sudah begitu larut kala Sasuke dan Hinata naik ke tempat tidur. Seharian ini mereka berdua hanya menghabiskan waktu di rumah saja. Sasuke baru saja sembuh setelah tertular dari Hinata, ini sudah hari ketiga. Ia seharian ini hanya menonton Hinata membuat kue. Dan anehnya dengan menonton saja ia merasa lelah. Mungkin karena kondisi belum pulih sempurna maka ia masih merasa lemas.

Sasuke menatap langit-langit rumah dengan pikiran yang terbang ke rumah sakit. Ia mendapat kabar dari Sakura bahwa kondisinya tak ada yang berubah.

"Sasuke-kun, apa kau ingat lukisan di kamar almarhum Kakek?" Tanya Hinata yang meramaikan kesunyian.

Atensi Sasuke seketika berubah arah saat Hinata memintanya. Dan tentu saja ia ingat akan lukisan itu.

Lukisan di mana bunga liar tumbuh begitu bebas, pohon oak yang tak termakan oleh jaman, serta rumah tua nan sederhana. Itu adalah pemandangan yang membangkitkan nostalgia yang tak pernah ia rasakan. Begitu damai serta menenangkan jiwa, sungguh aneh.

"Hn, tentu."

Sasuke pun sontak penasaran. Entah kenapa Hinata tiba-tiba membahasnya? Meskipun dulu hampir dijual oleh ayahnya, tapi berkat kakek Izuna lukisan itu masih terpajang di kamar.

"...lalu?"

"Dan apa Sasuke-kun punya keinginan yang belum terpenuhi?"

Sebelah alis Sasuke tak hayal menekuk sebelah. Bagaikan bermain teka-teki, ia belum bisa memecahkan maksud arah pembicaraannya. Tapi, jika istrinya tersebut ingin bermain, maka Sasuke tak akan segan-segan mengikuti arahnya.

Posisi Sasuke yang berbaring di kasur kini terganti. Dia memiringkan badannya menjadi posisi yang mampu menatap penuh Hinata yang berbaring tepat di sebelahnya. Ini adalah posisi yang paling intim dari mereka berdua.

"Ada."

Hinata sontak terperanjat. Ia tak menyangka Sasuke akan menyambut hal ringan ini dengan serius. Padahal Sasuke adalah orang yang memiliki segalanya saja, akan tetapi ia masih saja mempunyai hal yang belum terpenuhinya. Lalu bagaimana dengan dirinya!?

"Apa itu?" tanya Hinata yang turut memiringkan tubuhnya. Ia membalas seringai suaminya dengan tatapan penasaran.

Kini jarak tubuh mereka begitu dekat, hingga ia bisa merasakan napas Sasuke menyentuh kulitnya. Dengan jarak seperti inilah, Hinata bisa merasakan jantungnya berdebar lebih dari biasanya. Belum lagi ditambah melihat wajahnya, Hinata tak menampik bahwa lambat-laun ia mulai terjerat oleh pesona suaminya tersebut.

Sementara itu, di sisi Sasuke yang terdiam sejenak, menatap lekat wajah Hinata yang semakin hari semakin cantik di matanya. Ia pun menyadari sedikit demi sedikit perubahan pada istrinya. Atau, itu mungkin bisa dikatakan sebagai kebiasaan alami yang diperlihatkan seseorang ketika orang itu telah sampai posisi nyaman bersama orang lain.

Seperti halnya kebiasaan Hinata di kala makan, ia akan memakan hal yang tidak terlalu disukainya terlebih dahulu baru memakan yang disukainya. Lalu kebiasaannya menggigit bibir ketika melihat adegan ciuman pada drama yang di tontonnya. Atau kebiasaannya tak bisa diam ketika suatu benda bergeser sedikit dari posisinya, dan hal itu sungguh membuat Sasuke yang hanya melihatnya saja sudah lelah.

Hinata sangat beda sekali dengan Sakura. Mungkin kebiasaan itu sudah melekat bertahun-tahun semenjak tinggal bersama mendiang Itachi dan Madara. Tapi Sasuke tak mempermasalahkan hal itu. Baginya, dunia Hinata adalah dunia baru yang menarik baginya. Ia bahkan ingin mengetahui lebih dalam sisi lain Hinata yang belum diketahuinya.

"Menurutmu apa?" tanya balik Sasuke.

Tangan Sasuke kemudian tergerak merapihkan helaian poni yang menghalangi mata bulan Hinata yang bersinar indah. Sedangkan Hinata hanya berwajah sedikit masam saat Sasuke tiba-tiba menyuruhnya untuk menebak.

Baby BreathWhere stories live. Discover now