Menelusuri Kenangan

232 52 12
                                    


(Meet Sagita & Kaivan versi yang ada di dalam bayanganku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Meet Sagita & Kaivan versi yang ada di dalam bayanganku. Kamu boleh punya bayangan sendiri karakter mereka kayak apa, kok. Heheh)


Kendaraan kantor cabang rupanya menjemput kami di bandara. Kaivan mengatakan kepada si driver bahwa dia yang akan menyetir dengan alasan agar lebih fleksibel dan tidak mengganggu jadwal liburan supir itu. Begitulah awal mulanya sehingga kini hanya ada aku dan Kaivan di dalam kendaraan dinas ini. Kaivan duduk di kursi kemudi dan aku duduk di kursi penumpang. Kami menelusuri jalanan kampung halamanku dalam keheningan yang terasa canggung. Pusat kota kabupaten ini terletak di sepanjang bibir pantai. Pemandangan yang familiar, suasana yang familiar. Berada di samping Kaivan di dalam mobil seperti ini membuatku déjà vu. Beberapa kali di hari libur atau ketika ketika kami sama – sama mengambil cuti, Kaivan akan menyetir mobil membawa kami pulang ke rumah Bapak.

"Aku pernah tinggal di sini."

"Hah? Di kabupaten ini?"

Sebuah percakapan di antara kami terlintas di pikiranku. Setengah tahun lebih setelah perjumpaan pertama kami, ketika Kaivan sudah mengakhiri hubungan dengan Meyra dan mulai menjalin hubungan denganku, Kaivan berinisiatif untuk menemui Bapak demi mengutarakan kesungguhannya.

Aku ingat Kaivan berkata kepadaku bahwa dia pernah tinggal di sini karena ayahnya yang seorang abdi negara dimutasi ke tempat ini. Kaivan sempat bersekolah SMP dan SMA di sini.

"Mungkin kita pernah tidak sengaja bertemu. Hampir enam tahun aku di sini. Bersekolah di kabupaten ini."

"Aku tidak ingat pernah bertemu denganmu."

"Menurutmu, kalau misalnya kita pernah bertemu di masa lalu saat masih bersekolah, apakah kita bisa bersama seperti sekarang?"

"Pertanyaan macam apa itu?"

"Aku hanya berandai – andai."

"Tidak penting apa yang terjadi di masa lalu. Tidak penting apakah kita pernah bertemu atau tidak. Yang terpenting sekarang kita kan sudah sama – sama."

Aku masih ingat dengan jelas isi percakapan itu. Aku masih ingat dengan jelas bagaiamana Kaivan tersenyum dan dengan tangan kirinya dia mengusap pipiku sementara tangan kanannya masih mencengkeram erat kemudi mobil.

"Aku sangat cinta sama kamu, Git. Jangan tinggalin aku, ya."

Saat itu kebahagiaan di hatiku membuncah. Perasaanku berbalas. Aku jatuh cinta pada Kaivan sejak pandangan pertama. Sejak pertama kali melihatnya aku nyaris tidak bisa melepaskan tatapanku dari wajah Kaivan. Ketika mengetahui bahwa dia sudah memiliki kekasih, ada bagian dari hatiku yang merasa sakit. Tetapi, saat ini aku sadar kalau aku begitu naif. Kaivan memutuskan Meyra demi bisa bersamaku. Ada rasa bersalah yang sekonyong – sekonyong menyergap perasaanku. Aku seharusnya tidak menghancurkan hubungan Kaivan dan Meyra. Aku seharusnya tidak membiarkan Kaivan memutuskan hubungannya dengan Meyra. Apakah permasalahan dalam pernikahan kami adalah balasan Tuhan karena aku sudah mengacaukan hubungan mereka?

SHOOTING STARWhere stories live. Discover now