Rayyan pun memahami niatnya itu, Ana bahkan sering bertemu dengan Rayyan yang rutin mengunjungi Linda dirumahnya.

Ana entah kenapa merasa kalau Rayyan sedikit lebih memperhatikannya ketika datang, ia sering membelikannya baju, kerudung atau menemaninya jalan-jalan ke daerah sekitar sana guna membuatnya paham jalanan sana, memberitahu tempat-tempat yang mesti dirinya ketahui ketika disana.

Contohnya sekarang, mereka sedang berada disebuah taman bermain, sekalipun itu dalam keadaan musim salju, mereka terduduk disana sembari meminum coklat panas.

Menampak beberapa wahana permainan yang terlihat cukup berbeda dari wahana permainan di ancol atau taman bermain yang ada di Indonesia.

Lebih tepatnya tadi mereka bersama Linda, tapi wanita itu ijin pulang duluan karena ada sedikit urusan.

"Mas Ray, emang kerja ilegal gitu enggak takut ya? Takut ditangkep, takut dosa, takut orang-orang terdekat mas dikejar polisi, atau takut segala macem hehe?" tanya Ana.

Rayyan tersenyum tipis. "Iya, takut sebenernya. Makanya ngerasa pengen udahan aja dari dulu." balasnya.

"Bagus sih, udah ada niat dari dulu. Sesuatu hal yang sekalipun masih ada didalam niat, itu udah keitung kebaikan kok mas." ucap Ana, Rayyan tersenyum. 

"Apalagi kalo itu bener-bener dilakuin." ucap Ana lagi.

"Oh iya. Keadaan kakak kamu gimana?" tanya Rayyan.

"Udah melewati masa kritis minggu terakhir. Nanti aku mau tanyain lagi ke perawatnya." jawabnya. Rayyan mengangguk.     

Mendadak atensi Ana teralihkan menuju suara gaduh ramai orang yang sedang dipontang-panting oleh salah satu wahana taman bermain itu.

Tampak memusingkan, membuat Ana merasa sedikit ngeri ketika melihatnya.

Rayyan bertanya. "Kamu mau naik itu?" tanya Rayyan.

"Enggak makasih, ngeliatnya aja udah puyeng." tolaknya, Rayyan tertawa.

"Terus masa kesini enggak ngapa-ngapain?" tanyanya.

"Hmm, kalo gak kita naik itu aja!" ucapnya seraya menunjuk ke arah komedi putar yang disana mayoritasnya dinaiki oleh anak kecil. Tentu saja membuat Rayyan tertawa geli.

"Bukannya itu kerjaannya muter-muter doang? Itu mah bikin puyeng juga." ucap Rayyan.

"Hehe iya juga ya." ucapnya menggaruk kepala.
 
Tiba-tiba seseorang merasa mengenali Rayyan, ia berjalan mendekatinya mencoba memastikan. Rayyan tersadari dengan kehadirannya dan langsung mengenali pria China itu.

Mereka saling menyapa satu sama lain, terlihat cukup akrab. Ana merasa sedikit terabaikan disana.

Tapi ia mencoba untuk membiasakan hal itu, entah dari mana dirinya bisa saling mengenal, tapi ada yang cukup membuatnya janggal ketika ia lihat sebuah baju seragam yang dipakai oleh pria itu bisa sama persis dengan yang dipakai oleh para polisi yang memburu Alcyone waktu itu.

Bahkan bisa dipastikan ia memiliki sebuah pangkat yang tinggi didalam organisasi itu.

Benar-benar tidak bisa diduga, kenapa seorang kurir narkoba sepertinya bisa memiliki relasi seorang polisi dan terlihat sangat akrab? Itu kan hal yang aneh.

Merasa kalau pembicaraan diantara Rayyan dan polisi itu akan berlangsung lama, Ana pun memutuskan untuk duluan pulang.

Karena khawatir mengganggu waktu mereka. "Mas Ray, aku pulang duluan ya." ucap Ana.

"Eh? Jangan.... Biar saya aja yang antar." ucap Rayyan.

"Enggak mas, aku mau pulang sendiri aja. Yah? Bye." ucapnya mempermisikan diri pada polisi itu juga lalu segera pergi dari sana.

Meskipun Rayyan merasa tidak enak juga membuatnya pergi begitu saja. 
Suasana disana masih dalam keadaan turun salju, tapi tidak terlalu tebal, masih hujan ringan.

Ana membuka dan melebarkan payungnya, berjalan menuju pintu keluar taman bermain, sayang juga sih langsung pergi begitu saja tanpa main-main terlebih dahulu.

Tapi dirinya juga tidak mau lama-lama hipotermia berada diluar dalam keadaan musim salju seperti ini.

Dipinggir jalan dekat sana, dirinya mendadak menghentikan langkah kakinya, ia melihat tukang jualan yang menjual syal, topi, mantel dan segala macamnya.

Dirinya pun segera mendekatinya dan lihat banyak syal bagus yang sang penjual jajakan, kebetulan ia tidak memiliki syal dikarenakan syal miliknya telah ia berikan pada Alcyone saat itu, ia berkeinginan untuk membelinya lagi karena dirasa itu hal yang cukup berguna untuknya ke depan.

Ia memilih syal berwarna merah lalu memberikan uangnya pada sang penjual lalu mulai berjalan kembali dari sana, memakai syal merahnya itu. 

Ana mulai kembali berjalan, tanpa ia sadari dirinya mulai berpapasan dengan seseorang, tidak lain orang itu adalah...

Mafia Kejam Dan Gadis Yang Dijualnya [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora