36| Kabur

61 3 0
                                    

Hai selamat kembali!
Mumpung libur, jadi hari ini Nagana up lagi
Gimana sama puasanya tadi? Semoga pada lancar ya
Nagana jujur umurnya udah makin pendek
Semoga masih tetap antusias
Yuk tap vote dulu
Happy reading guys!
.
.

"Di mana Zay?"

"Mungkin sedang mandi."

Vita menikmati salad selagi Davino menyesap kopi. Setelah beberapa jam berlalu, Davino menyadari bahwa ucapannya semalam begitu keterlaluan. Tidak peduli berapapun kebaikannya, Davino tidak seharusnya mengatakan Runa liar. Bagaimanapun, Runa adalah darah dagingnya sendiri.

"Pa, Runa enggak ada di kamar." Zay masih mengenakan celana boxer dan kaos putih. Wajahnya sudah dicuci, tapi ia masih membawa sikat gigi.

"Apa maksudnya tidak ada di kamar?"

"Kamarnya kosong. Runa enggak ada," jelas Zay.

"Paling-paling ke rumah sakit menemui cowoknya," seloroh Vita.

"Aku udah nelepon Naga dan dia bilang enggak ada. Lagipula Runa hilang dari jam empat subuh tadi."

"Darimana kamu tahu dia hilang jam segitu?" heran Davino.

"Aku ngecek Runa jam empat tadi  dan nunggu sampai sekarang, tapi Runa enggak kembali, Papa!"

"Suruh satpam kemari."

Runa dilaporkan keluar membawa sebuah koper besar. Ia memakai mantel hitam dan juga kacamata. Sebuah mobil menjemput di dekat gerbang. Satpam tidak bisa menghentikan, karena Runa mengancam. Jadilah Davino memijat pelipis.

"Itu putri Caskia."

"Mama Runa?"

"Iya."

"Pa, itu kan Faye. Sahabatnya Runa." Zay masih ingat wajah Faye. Perempuan itu sering berkunjung ke kediaman mereka.

"Dia keponakan Caskia."

"Sebentar, jangan bilang Runa beneran mau ninggalin kita."

"Cepat temui dia dan bujuk kemari."

"Enggak-enggak, Papa harus ikut juga. Runa kan paling sakit hati sama Papa."

"Apa kalian tidak bisa tenang? Ini waktunya sarapan." Vita menyentak meja. Telinganya panas mendengar nama Caskia.

"Ya, udah deh. Aku coba duluan."

Tak lama setelah kepergian Zay, Davino menyusul. Vita mencekal lengan suaminya.

"Biarkan anak itu keluar dari rumah ini. Dia memang tidak seharusnya bergabung."

"Runa adalah putriku."

"Tidak! Dia hanyalah anak yang terjadi, karena ketidaksengajaan."

"Darahku mengalir dalam darah Runa. Apa kamu masih belum mengerti sekarang?"

"Dav, hanya Zay yang berhak atas kamu. Cukup perhatian dia seorang. Dia anak kamu, anak kita!"

Davino tetap meninggalkan meja sekalipun Vita berteriak di belakangnya. Sekarang dia benar-benar paham. Mau Runa anak hasil ketidaksengajaan atau bukan, dia pada kenyataannya sudah terikat kepada Runa atau sebetulnya malah sangat menyayanginya sampai-sampai takut kehilangan Runa.

 Mau Runa anak hasil ketidaksengajaan atau bukan, dia pada kenyataannya sudah terikat kepada Runa atau sebetulnya malah sangat menyayanginya sampai-sampai takut kehilangan Runa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
NagaNa | REVISIWhere stories live. Discover now