35| Capek

70 3 0
                                    

Hi selamat malam semuanya!
I am back with bonus chapter. Selamat memasuki bulan puasa bagi yang muslim ya! Saya selaku author dari Nagana meminta maaf apabila melakukan kesalahan secara sengaja maupun tidak disengaja. Selamat membaca✨
.
.
.

"Mental Hideo enggak stabil sejak kecil. " Silas menggeser sekaleng minuman. Runa membiarkan bulir airnya jatuh ke meja.

"Lo enggak akan kuat ngeliat dia waktu SD, Na. Enggak berani ketemu orang, makan sembunyi-sembunyi, takut suara keras, apalagi teriakan. Dia selalu berusaha enggak terlihat."

"Tapi dia kelihatan normal sekarang."

"Hideo ikut terapi dan semacamnya. Semakin kondisinya membaik, dendamnya malah terpupuk. Dan lo boleh ngebenci gue. Gue sendiri setuju dengan ide Hideo. Biar bagaimanapun Naga terlalu jahat. Efek kejahatannya di masa kecil membuat Hideo jadi rusak sepenuhnya."

"Naga keterlaluan banget, Anjing." Bagas menyela. Matanya menerbitkan kejengkelan. Dulupun dia dan Naga sempat membully beberapa anak, tapi tidak pernah meninggalkan masalah seserius ini.

"Dia emang kayak gitu sejak kecil. Gue enggak heran." Anas menimpali.

"Kalau gue jadi Hideo, gue juga pasti marah." Runa akhirnya menerima perasaannya. Namun matanya tersenyum pedih.

"Tapi sayang banget gak, sih? Rumah yang tadinya nyaman sekarang hancur tanpa sisa."

"Setidaknya keadaan udah tenang, Na." Arka menghibur. "Naga dan Dendi udah dirawat. Hideo juga udah diamanin."

"Gue enggak akan ikut campur lagi."

Runa meninggalkan kafetaria. Yang lain menghela pendek. Frustasi, tapi juga tidak rela persahabatan mereka hancur.

"Na." Maxim menegakkan kepala. Ia telah menunggu lama di parkiran demi bertemu Runa.

"Ngapain lo di sin?" Runa celingukan. Ia takut juga adanya penyerang yang lain. "Lo seharusnya di kantor polisi."

"Sebentar aja, Na."

Maxim meremas jari-jari Runa. Matanya lebih redup daripada biasanya.

"Mungkin lo mikir hubungan kita itu cuma kebohongan demi misi Hideo. Enggak, Na. Gue yang ngambil insiatif duluan."

"Pada akhirnya lo memanfaatkan gue, kan?"

"Na, lo kan udah tahu dari awal kalau gue emang jahat."

"IYA GUE TAHU, TAPI GUE ENGGAK PERCAYA KALAU LO NUTUPIN FAKTA SOAl DEO!"

Runa menarik tangannya. "Max, kita udah deket banget, loh. Gue juga nyaman sama lo dan gue bahkan bersikap terbuka. Gue pikir lo bener-bener udah nganggap hubungan kita, tapi ternyata enggak! Semua tingkah manis lo itu palsu!"

"Gue akan berubah, Na." Maxim berujar cepat. Ia terlampau takut kehilangan Runa.

"Gue enggak butuh. Sekarang balik ke kantor polisi sebelum gue laporin lo di sini."

Maxim merengkuh tubuh Runa. "Gue benar-benar sayang sama lo, Na."

Naga menonton dari jarak sepuluh meter. Ia mengenakan pakaian rumah sakit. Rambutnya yang lepek diterbangkan oleh angin, sementara telapak kakinya telanjang.

Maxim kini menempelkan dahi. "Tapi lo benar. Bahkan kalau gue berubah, itu enggak akan merubah apa-apa. Gue terlanjur enggak pantas sama lo, tapi kalau lo butuh sesuatu, lo bisa datang ke gue."

"Lo bakalan dipenjara, enggak usah mengada-ada."

Runa menabrak lengan Maxim. Langkahnya melambat melihat Naga. Kondisinya tidak baik sama sekali. Jelas ia kabur dari rumah sakit. Namun Runa tidak mau terlibat lagi. Hubungan mereka cukup sampai di sini.

NagaNa | REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang