33| Rapuh

63 5 0
                                    

Ola, amigos!
Siap enggak baca kelanjutan Nagana?
Btw, thiz is playlist of Nagana
Silahkan didengerin n Happy Reading ✨

Ola, amigos!Siap enggak baca kelanjutan Nagana?Btw, thiz is playlist of NaganaSilahkan didengerin n Happy Reading ✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

"Apa ini beneran Mama?" Naga melemparkan HP. Itu jatuh ke dekat lengan Katherine dan masih menyala. Orang-orang yang ada di meja saling pandang. Jarang-jarang putra CEO datang ke perusahaan mereka.

"Mama sedang rapat." Katherine menjauhkan HP tersebut.

"JAWAB AKU, MA!"

Katherine alhasil menatap pasrah pada asistennya. Orang-orang digiring keluar selagi Katherine membaca satu persatu tulisan yang tertera.

"Dari mana kamu mendapatkannya?"

"Itu benar-benar Mama, kan?" desak Naga.

"Zeros enggak akan berguna untuk kamu dan perempuan bernama Runa itu akan merusak nama keluarga kita. Dia putri dari seorang jalang."

"MA! ZEROS DAN RUNA ITU KEBAHAGIAAN NAGA!"

"Jangan mempercayai hati kamu, Naga. Itu hanya kepalsuan."

"Mama enggak paham. Tanpa Zeros dan Runa, Naga udah lama jadi gila."

"Hati kamu terlalu lemah. Kamu bergantung pada hal-hal yang rapuh."

"Mama emang enggak pantas jadi seorang Ibu. Mama jahat seperti Papa! Mama enggak pernah mikirin perasaan Naga!"

"Beraninya kamu berteriak di depan perempuan yang melahirkan kamu." Kathrine menyentak meja. Telunjuknya terlempar pada Naga dalam sorot kemarahan.

"Dengar, Naga! Apa yang Mama lakukan sekarang adalah memastikan kamu bahagia sampai Mama tiada."

"Enggak, yang Mama lakukan sekarang adalah memastikan kebahagiaan Mama sendiri. MAMA EGOIS!"

"Mama tidak akan egois seandainya kamu bisa mengatur diri sendiri dan punya kebahagiaan. Tapi apa? Kamu mengambil jalan yang salah. Terjerembab pada hal-hal tidak berguna dan mempertahankan masa depan kamu."

Katherine menyentuh kedua bahu Naga. Matanya yang indah melemah seketika. "Naga percayalah, Mama sayang sama kamu."

"Seorang Mama enggak akan tega mencelakai anaknya sendiri. Itu yang Naga tahu."

"Itu hanya sedikit. Mama meminta mereka tidak memukul terlalu keras."

Naga tertawa. "Jadi pembantaian di lapangan dan di jalan juga ulah, Mama?"

"Tidak, Naga. Mama cuma meminta mereka mengancam kamu."

"Mama tahu Naga punya masalah mental. Berani-beraninya Mama menekan Naga. Apa Mama pengen Naga jadi gila, gitu?

"N-aga, tidak begitu, Sayang."

Naga menarik dirinya. "Naga sedari awal memang enggak pantas jadi anak Mama kan? Fine, mulai sekarang Naga akan berhenti jadi anak Mama. Selamanya!"

NagaNa | REVISIWhere stories live. Discover now