Part 44

456 67 20
                                    

"Tobio?"

Hinata tersenyum. Ia meremas selimut nya kuat. Ia ingin menangis dikala mendengar suara kageyama yang menyentuh lembut gendang telinganya.

"Kau sedang apa?"

"..."

Deg

Hinata terkejut dengan pernyataan kageyama, namun ia berusaha untuk tetap tersenyum, meskipun matanya tak dapat berbohong jika ia sebentar lagi akan menangis.

"Maaf, aku hanya ingin..." Hinata menarik nafasnya pelan, berusaha menetralkan dadanya yang sakit.

"Aku hanya ingin minta maaf atas perilaku aku kemarin, jaga kesehatanmu tobio"

Tutt

Hinata mematikan telepon sepihak. Ia menangis. Tidak separah beberapa waktu lalu, hanya saja pernyataan kageyama terlalu sakit untuk dimaafkan.

Sakusa masuk ke dalam kamar rawat hinata. Sakusa terkejut dengan hinata yang menangis seusai menelepon kageyama. Dengan segera, sakusa merengkuh tubuh hinata, sembari menenangkan dengan lembut, ia mengusap rambut orange hinata.

"Sudah ku bilang jangan meneleponnya kan?" ucap sakusa perlahan. Hinata mengangguk lemah.

"Baiklah, sekarang kau tidur saja ya?" Hinata menatap wajah sakusa. Sakusa yang bingung hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Lapar" ucap hinata dengan hidung yang memerah sehabis menangis. Tak lupa juga puppy eyes yang dia punya. Sakusa terkekeh, ingin sekali dia menciumnya ups tidak boleh. Sakusa pun keluar untuk mencari makanan untuk hinata.

Setelah beberapa menit, sakusa kembali dengan bubur ditangannya. Hinata pun tersenyum manis, ia menerima bubur dari sakusa. Sakusa yang melihat senyum saudaranya pun mengusap rambut hinata pelan.

"Bisa makan sendiri?" tanya sakusa. Hinata menatap sakusa.

"Tidak hehe" Hinata tersenyum hangat, sakusa pun mengambil alih bubur di tangan hinata kemudian membukanya dan menyuapkannya ke mulut kecil hinata. Setelah selesai makan, hinata kedatangan keluarganya. Dengan perasaan senang, Hinata dan keluarganya tersenyum manis, hinata tak kuasa menahannya, berakhir menangis bahagia.

KAGEYAMA POV

Setelah kepulangan atsumu, aku memukul tembok dengan keras. Tak peduli dengan tanganku yang berdarah, pikiranku masih tertuju kepada mobil itu. Itu bukan mobil atsumu, aku tau betul benda milik atsumu. Dengan perasaan kacau, aku membanting seluruh barang barang yang ada di rumahku.

Tak beberapa lama kemudian, telepon ponsel ku berdering, dengan segera aku pun mengangkatnya tanpa memperhatikan siapa yang meneleponnya.

"Moshi-mosh-"

"Tobio..?"

Deg

Seketika jantungku berdetak lebih cepat. Ternyata hinata yang meneleponnya.

"Ada apa?" tanyaku.

"Kau sedang apa?"

Aku terdiam, bisa bisanya ia masih menanyakan aku sedang apa. Dengan pikiran yang masih kalut, aku pun berteriak.

"Urusan kau apa ha?! kau siapaku?! kau bukan siapa siapaku sekarang hinata, tidak usah ikut campur, jalang" ucapku sarkas. Aku terkejut dengan mulutku yang tiba tiba refleks berbicara seperti itu.

Bisa aku dengarkan, pihak sebelah terdiam. Aku menyimak suaranya dengan serius. Sepertinya dia menahan sesuatu?

"Maaf, aku hanya ingin..."

WITH(OUT) YOU  Where stories live. Discover now