[COMPLETED]
SEBELUM MEMBACA CERITA INI DIMOHONKAN AGAR VOTE & KOMEN bukan memaksa tapi berkat vote sama komen itu author bisa jadi berkembang lagi dan semangat lagi🙏☺️
Perjalanan yang dibuat oleh takdir membuat seorang remaja ingin menemukan setit...
Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.
Haikal pulang lebih dulu karena Johan dan Edward yang masih ada urusan di rumah sakit. Namun, bukannya pulang dia malah mampir ke suatu tempat. Dia membuka pintu rumah yang terlihat sudah terbangkalai. Mulai menyusuri dan melihat setiap sudut rumah itu. Haikal menaiki tangga dan menemukan beberapa ruangan. Membuka salah satu ruangan dan menemukan kamar yang masih rapi, namun berdebu.
Berjalan mendekati meja belajar yang berada di sudut ruangan itu. Haikal membuka setiap laci dan menemukan berbagai macam obat dan beberapa catatan usang. Mengambil salah satu obat, 'obat penenang?' batin Haikal. Dia mengambil lagi obat-obatan yang berada di laci. Haikal juga membaca semua obat itu. "Kau meminum semua ini?" Tanyaya entah pada siapa.
"Seharusnya kau meminta resep dulu agar tak overdosis obat" dumalnya. "tapi jika aku jadi kau, aku akan melakukan hal yang sama bahkan lebih buruk dari ini sepertinya." Haikal tertawa kecil setelah mengatakan itu. Saat dia membuka laci dia menemukan buku usang yang sepertinya buku catatan. Haikal mengambilnya dan membukanya. "Maaf aku membukanya."
Haikal membuka buku itu, di halaman pertama tertulis a notebook II. Haikal duduk di kursi usang itu dan membuka halaman buku selanjutnya.
" Aku menulis catatan ini. Sebenarnya ini juga catatan yang sama dengan buku yang selalu aku bawa namun, isi dari buku ini sedikit kubedakan." Haikal mengerutkan keningnya, apa maksud dari tulisan itu. Namun tak mau berpikir buruk akhirnya Haikal membuka halaman selanjutnya lagi.
2 Januari
"Aku tahu, hanya kau saja yang membuatku menjadi pribadi yang lebih baik, karnamu aku juga mengerti bagaimana kasih sayang keluarga sesungguhnya, bagaimana rasanya dikhawatirkan, bagaimana rasanya saat kau ingin menunjukkan jati dirimu yang asli bukan dirimu menjadi orang lain. Aku tahu ini berlebihan, namun memang ini yang aku rasakan. Kau datang seperti obat yang aku butuhkan saat aku sakit. Semoga kita selalu bersama, Artur."
6 Maret
"Hari ini aku dibuat iri oleh Jino, dia mendapatkan apa yang diinginkan hanya karena nilainya tinggi dalam tiga mapel sekaligus. Lalu bagaimana denganku? Aku juga terkadang mendapatkan nilai itu, namun mengapa rasanya aku tak terlihat?. Jika nilaiku turun mengapa baru kalian melihatku? Apa aku harus memperburuk nilai dulu agar aku bisa bicara dengan kalian? Agar kalian melihatku di keluarga ini, atau hanya untuk menjadi topik. Jika nilai buruk menjadikan kalian perhatian denganku, aku akan melakukannya."
8 Maret
"Saat aku pulang sekolah aku melihat ada anak seumuran ku yang dijemput ayahnya, dia senang sekali dan bercerita banyak dengan ayahnya. Tapi mengapa anak itu bukan aku? Jika saja baba selalu menganggap ku aku tak akan meminum obat-obatan itu, aku meminum itu hanya agar aku tak sakit walau obat itu akan merusakku lebih dalam jika aku mengonsumsinya dengan dosis yang dilarang.""Jadi ini alasanmu meminum obat itu?" Haikal mengusap catatan itu pelan "maafkan aku..." Entah sejak kapan air mata Haikal sudah menetes melewati pipinya, dengan cepat Haikal mengusap air mata itu. Kemudian dia membaca catatan selanjutnya.